Usia dua puluh lima tahun masih sendiri, yang benar saja?! Benar, Alula berusia dua puluh lima dan masih jomblo. Pekerjaannya lumayan ribet. Yang membuat ribet sih bukan tugas dari bosnya tetapi dari pasangan bosnya. Ibu bos. Iya ibu bos, kan atasan Alula bapak bos.
Lula nama panggilan si gadis berponi itu bekerja sebagai sekretaris dari sebuah perusahaan industri perfilman dan rumah produksi. Perusahaan milik Sertiawan dengan CEO Fajar Sertiawan.
Pagi ini Alula cepat-cepat pergi ke bandara untuk menjemput sang bos. Sesampainya di sana dia menunggu kedatangan sang atasan.
Setelah menunggu kurang lebih tiga puluh menitan dari banyaknya orang yang berlalu-lalang di dalam bandara muncullah sesosok perempuan yang menghampiri Alula. Perempuan itu berpakaian modis dan terlihat serba mahal. Karena logo brand ternama yang melekat pada beberapa barang yang dipakainya, salah satunya kacamata hitam yang bertengger mengapit hidung mancungnya.
"Lula..." Sapanya sambil memposisikan kacamata ke atas kepala dengan senyum anggun.
Dengan sopan Alula menjawab, "Selamat siang Ibu Sarah." Sebuah senyuman Alula berikan di akhir kalimat pada Sarah yang notabennya pacar sang bos.
"Saya sedang menunggu kedatangan Pak Fajar katanya beliau akan pulang hari ini dari Amerika, Bu." Jelas Alula.
"Aduh Alula, kan sudah beberapa kali aku bilang jangan terlalu formal gitu ah." Balas Sarah mengibas-ibaskan tangan tanpa canggung.
"Eh, iya Bu, eh? Aduh saya gak enak manggilnya Bu Sarah." Jawab Alula bingung dan canggung.
"Gak apa-apa panggil Sarah aja. Sama aku santai aja kali." Balasnya, "oh iya, Fajar bilang dia menyuruh kamu untuk menjemputnya kan?"
Alula mengangguk dengan sopan.
"Fajar belum bisa pulang hari ini. Dan yang kamu jemput hari ini adalah aku, Lula. Jadi yuk kita berangkat sekarang." Ajak Sarah.
"Oh jadi tujuan Pak Fajar menyuruh saya ke bandara untuk menjemput Ibu ya." Terang Lula dengan sopan dan bernada hati-hati.
"Aduh kita seumuran kali, La. Jadi panggil nama saja gak apa-apa kok." Tolak Sarah terus menimpali dengan bosan karena dirinya disebut dengan embel-embel Ibu terus oleh Alula.
Alula hanya tersenyum canggung karena masih bingung harus memanggil pacar bosnya dengan sebutan apa.
Mereka berjalan beriringan menuju mobil yang dibawa oleh Alula bersama sopir dari kantor tempatnya bekerja. Sambil menuju mobil Sarah mengatakan bahwa dia ingin mampir dulu ke sebuah coffee shop di daerah Jakarta Selatan.
"Aku gak tahu kalau Mbak Sarah menemani Pak Fajar bekerja di sana." Terang Alula.
Kini mereka sudah berada di salah satu kedai kopi terkenal di daerah Jaksel. Entah terkenal karena namanya yang sudah ada di beberapa negera atau karena orang-orang yang mengunjungi tempat tersebut pastilah dari kalangan sultan.
Alula mah apalah hanya kacung dan budak korporat yang jika ingin mengunjungi tempat-tempat begitu hanya bisa dilakukannya di awal bulan saja. Haha. Maklum habis gajian isi dompet masih tebal guys.
Alula memutuskan memanggil Mbak kepada Sarah karena menurutnya bagaimanapun juga Sarah adalah pacar bosnya. Karena memanggil namanya langsung kurang sopan, katanya.
Sementara menurut Sarah, dipanggil Mbak Sarah jauh lebih okelah daripada Ibu Sarah. Sebab dirinya masihlah berstatus pacar seorang Fajar Sertiawan, belum menjadi nyonya Sertiawan. Sarah cukup tahu diri untuk urusan klaim-mengklaim nama panggilan. Gaya bicara mereka pun Sarah memintanya agar jangan terlalu formal.
YOU ARE READING
My Love, Is You.
RomanceAwal pertemuan Alula dan Mahar itu tidak akur. Di awalnya saja sudah tidak mau akur bagaimana selanjutnya? Segala hal selalu mereka perdebatkan. Katanya sih wajar kalau dua orang punya dua argumen. Saking jarang akurnya sekalinya akur hanya ketika...