Isu Pertama; Tiga anak remaja misterius

9 0 0
                                    

"Diam!!!. " Teriak laki-laki yang ada di tengah mall tersebut.

Aku dan beberapa orang yang sudah terikat di giring ke tengah mall tersebut. Dan di kumpulkan ke dekat tiang besar penyangga bangunan tersebut. Tepat di hadapan kami berkumpul para orang-orang yang berpakaian jas serba hitam di itu  hadapan kami.

"Jangan ada yang berteriak lagi, kalo tidak ingin saya lubang kepala kalian. " Ucapnya kembali sembari mengusap senjata api di tangannya.

Banyak dari kami yang hanya diam menurut untuk di ikat dan di jarah beberapa barangnya, dan sebagian hanya bisa menangis tak bersuara melihat barang-barang mereka di jarah oleh sebagian dari mereka.

Ya mereka nampaknya segerombolan perampok yang cukup besar, karena bisa dilihat dari banyaknya anggota dan kecakapan mereka yang begitu ahli tanpa pandang bulu langsung menjarah beberapa barang pengunjung dan tak luput barang-barang berharga yang ada di mall ini. Kejadian ini seperti sudah di atur karena untuk melakukan aksi seperti ini dengan sangat apik dan teratur.

Sementara itu saat aku sedang kesal menggerutu di dalam hati karena harus terjebak di dalam perampokan ini ada sekelompok orang yang menegurku.

"Hai sini biar ku bantu lepaskan. " Kata seseorang remaja lelaki di belakang ku yang sedang mencoba memotong ikatan tali di tanganku.

Aku yang melihat ini pun hanya diam melihat orang ini dengan tenangnya memotong ikatan ku tersebut. Setelah terlepas ku pegangi tanganku, mungkin karena rasa kebas yang kurasa membuat spontan memeganginya.

"Sudah jangan cemas aku tidak melukai tanganmu bukan. " Tanyanya kembali kepadaku.

Aku masih binggung melihatnya bagaimana tidak dia masih bisa tenang dan bahkan melepaskan ikatanku dengan mudahnya di tengah kekacauan ini. Apa dia anak bodoh yang cari mati jelas-jelas para perampok ini telah mangancam kita dan bahkan tak segan menunjukkan senjatanya pikirku dalam hati.

"Tidak, tidak, kami tidak bodoh kok. Kamu hanya tidak tau apa yang sedang terjadi. " Balasnya menjawab suara hatiku.

"Ha apa yang kamu bilang???. " Jawabku spontan karena bingung dia dapat tau isi hatiku.

"Sudahlah jangan bingung, kamu ingin bebas kan ikuti kami kalo mau keluar dari kekacauan ini. " Balasnya dengan senyum manis.

"Riss..., kamu sudah selesai di sana?. " Panggilnya kepada seseorang disana.

Kemudian ku perhatikan beberapa para perampok tersebut sudah terikat sebagian dan terlihat remaja kurus berkulit putih dan rambut pirang berjalan dengan menjulurkan lidahnya. Menenteng borgol di lengan kanannya menghampiri lelaki berbadan tegap dengan potongan rapi yang baru saja menolongku.

"Berisik sekali kamu ben, bagaimana kamu sudah menemukannya?. " Jawabnya sambil menghampiri kami.

"Ini." Jawab dia kembali sambil menunjukku kepadanya.

"He kenapa kalian tidak ikut di ikat di sana???. " Teriak salah seorang di belakang kami.

Kami yang tidak menyadari perampok tersebut pun hanya diam. Bahkan salah satu tanganku sudah di pegang oleh perampok tersebut.

"Slow bos, slow jangan gegabah. " Terlihat tangan remaja pirang terabut dengan mudahnya memegang tangan perampok tersebut yang membuat tanganku terlepas dari genggamannya.

Matanya bersinar warna ungu gelap dengan sinar yang terang seakan menghipnotis perampok tersebut, bahkan sampai keluar air liur pada perampok tersebut. Mata perampok itu seakan terpanah dengan sinar rona matanya itu. Aku pun masih memperhatikannya. Ini kejadian yang sangat menakjubkan pikirku.

"Hei jangan tatap matanya. " Selah remaja yang di panggil ben itu.

Aku pun tersadar dan melihat sekeliling tampak perampok yang tadi hampir menangkapku sudah terkapar dilantai dengan di borgol oleh lelaki pirang itu.

"Biarlah Ben, siapa tau dia ingin menikmati sedikit ronaku. " Tampaknya dengan sedikit bercanda.

"Jangan terlalu berlebihan menggunakanya, oh iya Bell kamu sudah mendapatkannya?. " Tanyanya kembali namun entah dengan siapa dia bertanya itu.

"Ini barang belanjaan mu. " Kata seorang wanita dengan memakai jaket hodie menyodorkan tas belanjaan yang merupakan milikku.

Aku yang di sodori itu pun menerimanya walaupun tidak tau kalau ada dia sedari kapan sudah berdiri di hadapanku.

"Ayo sudah tidak ada yang tertinggal kan?. " Tanyanya kembali kepada kita.

Kita pun kompak menganggukkan kepala setuju bahwa tidak ada yang ketinggalan. Mereka pun jalan dengan tenangnya tak luput lelaki bernama Ben tersebut menggandeng ku agar aku tidak tertinggal.

"Baru sebentar aku beraksi masa sudah pulang saja?. " Gerutu Moris di jalan sambil berjalan mundur di depan kami.

"Sudahlah kita jangan ikut campur terlalu dalam ke kawasan tersebut, aku tidak ingin terjadi apa-apa. " Jawab Ben kemudian.

"Oh ya kamu sudah menghubungi  polisi bukan?. " Tanya Ben kembali.

"Sudah, aku juga meninggalkan pesan lucu di kantong celana pemimpin mereka. " Jawab Moris dengan kesal.

Tanpa sadar kami sudah berhasil keluar dari mall tersebut melewati pintu belakang dengan mudahnya. Tampak keadaan di luar sangat terik mungkin ini sudah tengah hari pikirku.

"Hai maukah kamu ikut dengan kami sebentar. " Tanya Ben kemudian padaku.

"Ikut?, ikut kemana?. " Jawabku menjawab pertanyaan nya.

"Ayolah ikut saja, kami akan menunjukkan sesuatu yang mungkin kamu butuhkan. " Jawab Moris menimpali rasa penasaranku.

"Tidak usah takut, kami tidak akan berbuat aneh kepadamu. Kami hanya ingin menunjukkan sesuatu yang mungkin kamu butuhkan karena kita sama. " Jawab Ben kemudian menjawab rasa ragu di wajahku.

"Baiklah, lagi pun kalian sudah menolongku. Mungkin ini balas budi yang bisa aku lakukan. " Mengiyakan jawaban mereka.

Kemudian Ben pun mengambil ponsel pintarnya yang ada di sakunya. Dia pun menekan beberapa tombol dan nampak dia sedang menelpon seseorang dengan ponsel tersebut. Tak selang beberapa saat datang mobil hitam dengan gawa mewah hadir di sebrang jalan dekat dengan kita. Ben pun mengajak kita mendekati mobil tersebut. Aku, Moris dan Belle pun mengekor di belakang Ben yang menghampiri mobil tersebut.

Kemudian terbuka kaca pengemudi tersebut dan tampak seorang supir yang rapi melihati kami dan seakan sudah mengerti dengan tugasnya dia pun membuka pintu penumpang untuk kami. Aku duduk di belakang bersama Moris sedang Ben duduk di bangku depanku bersama Belle. Walau terlihat ramping mobil ini dari luar namun menurutku ini cukup luas dan nyaman di duduki. Tanpa berselang lama setelah kita siap duduk rapi di belakang dan menutup pintu mobil, mobil pun melaju kemudian.

°°°

Kutukan atau Berkah ; Petualangan akhir sembilan remaja terkutuk yang di berkahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang