5

28 7 0
                                    

"Terimakasih buat teman-teman osis, mpk, dan klub-klub sekolah yang udah bersedia untuk hadir pada rapat osis kali ini." Hansel dengan blazer osisnya berdiri gagah di depan. Wajahnya yang memang tampan terlihat sangat berwibawa meski dalam hati ingin mengumpat melihat Jae dan Hidan yang cekikikan sambil memotret dirinya.

Bakal jadi meme chat lagi wajah gantengnya itu.

"Festival kali ini mungkin akan sedikit berbeda dari festival tahun lalu." Hansel memberi kode pada Jero yang berada di depan laptop untuk memindahkan slide presentasi yang telah mereka rancang berminggu-minggu lalu. "Sesuai rapat dengan kepala sekolah dan guru-guru lainnya, kami sepakat kalau festival ini bakal diselenggarakan secara terbuka atau orang-orang dari luar bisa ikut menikmati festival ini."

Salah seorang anggota mpk yang duduk di belakang mengangkat tangannya. Hansel mengangguk mempersilahkan orang itu untuk bertanya.

"Mohon maaf sebelumnya. Perkenalkan saya Aska. Kalau boleh tau apa tujuan osis untuk menyelenggarakan festival ini secara terbuka? Dan untuk biaya bukannya bakalan banyak pengeluaran? Ingat, kalau mau diadakan secara terbuka biaya yang dikeluarkan pasti besar." tanya seseorang bernama Aska itu.

Jero tersenyum, ia menatap Hansel yang memberikan kode untuknya. "Izin menjawab saudara Aska. Sebenarnya usulan ini bukan hanya dari osis saja melainkan usulan langsung dari kepala sekolah. Beliau bilang festival ini bertujuan untuk menarik lebih banyak minat masyarakat terutama untuk siswa-siswi smp yang sebentar lagi memasuki jenjang SMA. Untuk masalah biaya, kami akan memasukkan  proposal ke beberapa tempat dan juga sekolah bersedia memberikan dana berapapun untuk festival kali ini. Mungkin itu saja dari saya, bagaimana saudara Aska?"

Seina yang duduk di dekat kakaknya diam-diam kagum melihat bagaimana Hansel dan Jero menjelaskan dengan sabar kegiatan festival ini. Awalnya ia ogah untuk ikut rapat, tapi berhubung ketua klubnya tidak datang akhirnya ia datang menggantikan. Seina kita rapatnya akan tegang, namun ternyata berjalan dengan santai. Lagian dia juga sudah tahu kok rancangan acaranya seperti apa karena Hansel telah memberikan mereka gambaran acara yang harusnya dirahasiakan.

Hansel dan Jero pandai membuat suasana menjadi positif.

Setelah kurang lebih sejam, akhirnya rapat selesai. Beberapa orang mulai meninggalkan ruang osis, sementara beberapa lainnya masih menetap untuk berbincang seperti Jae, Hidan, Seina, Jero dan Hansel.

"Hiro kapan balik dari Bandung?" tanya Hansel pada Seina.

Seina mengangkat bahunya acuh. "Gak tau. Btw kak, jadi sinematografi bertanggung jawab buat dokumentasi sama poster doang?".

"Nggak doang yah!" ralat Hansel. "Dokumentasinya itu harus bagus banget karna bakal dimasukin ke laporan, belum lagi rekaman video yang harus kalian edit buat dimasukin ke akun YouTube sekolah, terus ngedesain poster itu gak gampang. Karna ini acara besar, jadi buat posternya harus niat!"

"Iya-iya..." Seina memcebikkan bibirnya. Tatapannya beralih ke arah kakaknya yang tengah berdiskusi tidak penting bersama anak-anak Nayanika yang entah sejak kapan telah berkumpul full member plus Jero.

Matanya fokus pada Wildan yang sepertinya baru bangun namun tetap tampan. Tanpa sadar ia menyengir lebar, mengundang dengusan dari Hansel.

Jae menarik Wildan yang baru datang dengan wajah lempengnya. "Nih, lihat nih! Ganteng kan pengganti lo?" pamernya pada Jero. Yang ditarik langsung protes.

"Hm, iya ganteng.." balas Jero tidak niat. Kerjaannya masih banyak tapi harus diganggu oleh manusia-manusia tolol nan gila seperti teman-temannya.

"Lagian lo diiming-imingi apasih sama Hansel? Kenapa kau rela mengkhianati abang dengan masuk sebagai sekertaris osis dan meninggalkan posisi gitaris Nayanika?" Hidan dengan akting buruknya bertanya.

Jero menghela nafas panjang. Sedikit lelah dengan teman-temannya. "Mending kalian latihan aja. Beruntung banget kalian dikasih kesempatan buat bawain tiga lagu. Kalian gunakan kesempatan ini buat narik minat orang-orang. Asal kalian tahu, gue sama Hansel rela bujuk kepsek biar kalian bisa tampil lama gak cuman satu lagu doang. Btw, ingat yah. Lagunya harus yang semangat. Nanti di festival pasti orang-orang bakal capek, kebetulan kalian juga tampilnya agak siang. So, lagunya harus bisa membangkitkan semangat!"

Anak-anak Nayanika mengangguk semangat. Kali ini mereka akan berusaha semaksimal mungkin karena ini bisa saja merupakan kesempatan terakhir mereka untuk tampil.

"Btw Manda kemana?" tanya Jero.

"Lagi demam anaknya." jawab Surya.

Jero memicingkan matanya. Ingin berkata sesuatu namun ia urungkan. Sedangkan Hansel yang berada tidak jauh dari mereka diam-diam menguping.

Seina mempercepat langkahnya untuk menyusul Wildan yang berada jauh di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seina mempercepat langkahnya untuk menyusul Wildan yang berada jauh di depannya.

"Kak Wildan, haiii!" sapa Seina dengan nada ceria dan senyum manisnya yang kalau kata Hani merupakan senjata ampuh.

Wildan menoleh, membalasnya dengan senyum terpaksa. "Hai."

"Kalian mau latihan yah?" tanya Seina pura-pura tidak tahu. Padahal tadi ia berdiri tepat di samping kakaknya yang dengan jelas mengatakan kepada Nayanika untuk latihan.

"Iya nih. Lo gak belajar?"

Senyum Seina mengembang. "Nggak ada nih. Kebetulan lagi jamkos. Niatnya mau ke kantin sih, tapi lupa palak bang Jae."

"Ohh..." setelah mengatakan itu, Wildan berjalan mendahuluinya.

"Woahhh, seorang Seina yang cantik imut lucu sexy bohay badas kiyowo ini dicueki oleh makhluk tampan itu??" Seina geleng-geleng kepala menatap Wildan yang berbelok masuk ke ruang klub band. "Ck ck ck... Pasti kak Wildan bakal menyesal menolak pesona diriku. Karena orang secantik diriku harus bisa bersanding dengan orang tampan seperti dirimu ea."

"BABI KECILKU SEINA??" teriak Hani dari ujuang koridor. Gadis bermulut toa itu berlari sambil merentangkan tangannya bersiap memeluk Seina.

Dengan segera Seina berlari menghindari pelukan dari orang aneh yang sayangnya merupakan sahabat dekatnya itu. Sebenarnya ia tidak masalah sih dipeluk. Hanya saja pelukan Hani bisa meremukkan segala sesuatu. Ia tidak suka.

Ia berlari menuju ruang klub. Dengan tergesa tangannya memutar kenop pintu, tanpa menyadari bahwa ada Wildan yang berniat keluar. Tanpa menoleh ke depan ia berlari masuk dan menabrak dada bidang milik Wildan.

Mereka berdua terjatuh dengan posisi Seina berada di atas Wildan.

Di depan pintu Hani berdiri sambil menutup mulutnya terkejut. Sementara Jae yang sedang menyetel bass miliknya menganga lebar. Hidan tertawa terbahak-bahak, dan Surya yang menatap dengan tidak suka?

Bagaimana tidak, selain posisinya yang ambigu, tangan Wildan juga melingkar pada pinggang ramping Seina.

"WOI ADEK KU SEINA, JANGAN MODUS KE ANAK ORANG LU!" teriak Jae histeris.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Law Of First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang