2

66 19 0
                                    

"Mau kemana lo?" tanya Jae yang baru saja keluar dari kamarnya. Lelaki itu baru bangun tidur, terlihat dari rambutnya yang acak-acakan, dan mata yang belum terbuka sempurna.

Seina menoleh, menatap jijik kakaknya yang sedang menggaruk keteknya. "Mau kerkom."

Jae mengangguk, namun ia menelisik adiknya dari bawah sampai atas. Kok mewah banget. "Kerkom dimana bedak tebal gitu? Itu juga lipstik merah banget kayak habis disengat tawon. Lo mau kerkom apa mangkal?"

"Rumah Hani lah. Menurut lo temen gue siapa selain dia?"

"Lo mau mangkal bareng? Lagian lo kenapa masih temenan sama kembaran knalpot?" tanya Jae kaget.

Dia trauma dekat-dekat dengan Hani, karena gadis itu agak sedikit aneh menurutnya. Padahal cantik dan wajahnya keliatan polos. Taunya suka baca novel delapan belas coret. Suaranya juga kadang lembut, kadang ngegass, agak mirip dengan knalpot motor racing. Dia takut kalau adeknya juga ikut-ikutan.

Seina mendengus pelan. "Gak usah lebay. Gitu-gitu lo juga pernah naksir sama Hani."

"Kan lo bisa bareng Kenan..." Jae cemberut.

"Ogah. Anaknya lebih aneh daripada Hani." Seina menggeleng jijik. "Gue juga udah bosan liat dia."

Ngomong-ngomong Kenan itu sepupu mereka. Ayah Kenan adalah adik dari ibunya Jae dan Seina.

Jae memanyunkan bibirnya. "Padahal gue mau minta tolong, soalnya anak-anak band mau datang. Lo tau kan, abang lo ini gak bisa masak?"

"Gofud aja apa susahnya?"

Tapi kalau anak band mau datang, berarti Wildan juga ada dong?

Ah, Seina berharap agar Hani membatalkan kerja kelompok mereka agar ia bisa tinggal membantu kakaknya dan bertemu Wildan.

Lumayan, selain bertemu Wildan, kakaknya juga gak perlu repot-repot kan?

Ting!

Mendengar suara notifikasi dari ponselnya, Seina segera membuka pesan itu dan berharap pesan itu berasal dari Hani.

Hanibabi Sweetie 🤢
P
P
Kerkomny gk jdi
My beby bala bala Kenan ngjkin gw jln
AVV gw mleyot, fly and terbanting

Seitan AVV👽
Y
Semoga jln jlnny lncr selancar taik lo

Seina melompat senang. Sebenarnya agak tidak suka karena hubungan Kenan dan Hani semakin meningkat. Sepertinya sebentar lagi akan ada pasangan gila. Jae yang masih menggaruk keteknya jadi heran, apalagi ketika Seina berbalik dan menatapnya dengan tatapan cerah.

"Lo mau dibuatin apa?"

"Kerkom lo gimana?"

"Hani ada acara."

Jae mengangguk. "Lo masak apa aja deh, jangan lupa minumannya sekalian. Gue mau mandi dulu."

Seina mengangguk. Jae beranjak dari sana, tapi sebelum itu ia meraup wajah Seina dengan tangan yang ia gunakan untuk menggaruk ketek sebelumnya.

"BANGS@ LO JAELANI!"

Seina bisa mendengar suara tawa dari dalam sana. Ia mengusap wajahnya dengan tisu basah yang selalu ia bawa kemana-mana.

"ARRGHHH BAU BANGET SUMPAH! LO GAK MANDI BERAPA TAHUN?!"

Seina menata cemilan yang ia buat di atas piring, lalu berlanjut membuat minuman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seina menata cemilan yang ia buat di atas piring, lalu berlanjut membuat minuman. Hanya  ada sirup nanas, kopi dan teh. Karena cuaca lumayan panas, ia berinisiatif untuk membuat sirup nanas saja.

Tapi saat ia membuka kulkas, ternyata es batu sudah habis. "Kerjaan jaelani nih pasti. Habis minum es, freezer nya gak di isi balik."

Ia membanting pintu kulkas , lalu beranjak menuju kamar Jae dan mengetuknya dengan brutal. "Woi Jaelani?! Udah selesai belum mandinya?! Es batu habis woi!"

"Kalau habis yah beli dong! Gue masih luluran nih!" sahut Jae.

Seina menarik nafas yang dalam lalu menghembuskannya. "Sabar Sei, sabar... Beli es batunya dulu, lalu hantam kepalanya kemudian."

Ia berjalan malas menuju warung depan untuk membeli es batu. Setelah selesai ia berjalan sambil menendang kecil kerikil yang ada di jalan.

Matanya melirik kesana-kemari, kompleks lumayan ramai. Mungkin karna hari minggu, jadi anak-anak atau orang tua sedang berada di rumah mereka.

Tatapannya tanpa sengaja melihat seseorang dengan rambut yang lumayan panjang berjalan searah dengannya. Dengan ilmu bucin yang ia punya, ia bisa memastikan bahwa yang di depannya adalah Wildan.

Sebelum menghampiri pemuda itu, ia terlebih dulu merapikan rambutnya, lalu memasang senyum semanis mungkin. Ia berjalan dengan cepat, menyusul Wildan.

"Kak Wildan?" panggil Seina lembut.

Ini kalau Jae dengar, mungkin kakaknya itu sudah tertawa terbahak-bahak sambil guling-guling mendengar adiknya berbicara selembut itu.

Wildan menoleh, lalu tersenyum tipis. "Adeknya bang Jae 'kan? Lo ngapain?"

"Abis beli es batu nih." Seina mengangkat kantung plastiknya. "Kakak mau ke rumah?"

Wildan mengangguk. Seina ikut mengangguk.

Setelah itu hening. Baik Wildan maupun Seina fokus pada jalan. Ah, sebenarnya hanya Wildan. Kalau Seina malah sesekali mencuri pandangan kepada Wildan, menatap hidung mancungnya dari samping.

Seina berjalan mendahului Wildan saat pagar rumahnya terlihat, ia segera membuka gerbang dan mempersilahkannya masuk.

"Kakak duduk dulu, bang Jae nya lagi luluran katanya." Seina mempersilahkan Wildan untuk duduk di ruang tamu, dan segera berlalu menuju dapur.

Wildan mengangguk pelan. Matanya fokus mengamati rumah Seina. Rumahnya berlantai dua, namun tidak terlalu besar. Halaman depannya juga lumayan, tapi agak kosong karena hanya ada satu pohon mangga saja.

Tak lama Seina datang membawa nampan berisi cemilan dan juga minuman dingin. "Diminum dulu kak."

"Makasih..."

"Gue panggilin bang Jae dulu."

Seina menaiki tangga dengan tergesa-gesa, lalu mengetuk kembali pintu Jae dengan brutal. "WOI! TEMEN LO UDAH DATANG NIH! LO MANDI LAMA BANGET?! KOSPLEY JADI UBUR-UBUR LO?!"

Seina tidak tahu saja, kalau Wildan yang baru saja ingin meminum minumannya langsung tersedak mendengar teriakan gadis itu.

Jae keluar dari kamarnya dengan celana pendek dan kaos Doraemon andalannya. "Apasih? Abang lo ini berusaha memperganteng diri..."

"Nyenyenye... Kak Wildan nungguin lo di bawah tuh!"

Jae turun ke bawah, disusul oleh Seina. Baru saja Seina mendudukkan dirinya, suara bel berbunyi.

"Dek, bukain dong!"

Seina tersenyum menatap Jae. "Semoga kaki lo lembek kayak ubur-ubur!"

 "Semoga kaki lo lembek kayak ubur-ubur!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Law Of First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang