3

86 16 0
                                    

Suasana ruang tamu lumayan ramai setelah anak-anak Nayanika datang. Kertas-kertas lirik berserakan di meja dan lantai, suara tawa menggema lalu disusul peringatan dari Manda, si manajer klub band.

"Diskusi woi diskusi, bukan kospley jadi penghuni kebun binatang!" tegur Manda.

"Lagi mau apa kak? Kok keliatannya sibuk banget?" bisik Seina pada Manda.

"Sebulan lagi 'kan ada festival ulang tahun sekolah, jadi kita bakal manggung." jawab Manda. Ia mengalihkan pandangannya dari laptop dan menatap Seina dengan ceria. "Dan lo tau? Nayanika bakal bawain tiga lagu, satunya bawain lagu cover, duanya bawain lagu Nayanika sendiri!"

"Beneran?! Kok bisa?" tanya Seina heran. Karena setahu dia, Nayanika tidak pernah tampil lebih dari satu lagu.

"Bisa dong... Kita 'kan punya Hansel. Lagian sekali-kali kita pake orang dalam."

Seina mengangguk. Sudut matanya menangkap Wildan yang tengah memakai headphone sambil bersenandung pelan. Seina tidak tahu lelaki itu menyanyikan lagu apa, tapi yang pasti Wildan sangat tampan hari ini.

Sudut bibirnya terangkat, salting sendiri karena ketampanan Wildan. Ia tidak tahu saja kalau Wildan sedikit risih diperhatikan seperti itu.

"Jadi kita bakal cover lagu apa?" tanya Jae.

Seina diam-diam kagum, kalau mode seperti ini kakaknya ganteng banget. Benar-benar mode Jae, bukan Jaelani.

"Hansel request lagunya Bang Yedam Wayo." sahut Manda.

Jae mendengus. "Skip. Kpopers gabut kayak dia gak usah ditanggapi."

"Lagu yang cocok dibawain pas konser." imbuh Wildan. "Dekat di hati atau celengan rindu bagus tuh."

Jae mengangguk. Ia melirik Surya yang nampak fokus pada kertas lirik di depannya. "Kalau lo?"

"Gue sih terserah. Tapi menurut gue bawain celengan rindu aja, soalnya itu lagu pasti banyak yang tau. Ntar bagus kalau kita nyanyi, penonton juga ikut nyanyi 'kan?" jawab Surya. Matanya mengarah pada Seina yang diam-diam menyimak.

"Gimana Sei?" tanya Hidan. "Gue minta pendapat lo dari sudut pandang penonton. Soalnya kalau gue nanya Manda, pasti nyuruhnya bawain lagu exo."

Manda berdecih.

Seina berdehem. "Kalau gue sih terserah. Celengan rindu juga bagus kok, kayaknya cocok buat suaranya kak Surya.."

Pasti kak Wildan bakal ganteng banget kalau bawain lagu itu, batin Seina. Ia mengulum bibirnya, menahan senyum. Kakinya tidak sengaja menendang tangan Hidan yang sedang minum, dan tak sengaja tumpah mengenai baju Wildan.

"Aduh! Sorry Wil..." Hidan langsung mengambil tisu, dan mengelap baju Wildan.

"Gak papa..."

Seina buru-buru bangun, dan mendekati Hidan. "Eh? Eh? Aduh kak Hidan maaf, Seina gak sengaja!"

"Makanya Sei, jangan kayak cacing kepanasan dong!" tegur Jae. "Sana, cariin Wildan kaos di lemari gue!"

"Gak usah, lagian gak basah amat..." tolak Wildan.

Jae menggeleng. "Jangan gitu, baju lo ketumpahan sirup, ntar lengket."

Seina berlari kecil menuju kamar Jae. Jantungnya berdegup kencang karena takut. Ia takut pandangan Wildan kepadanya berubah. Ia menarik kaos dari lemari Jae dengan asal-asalan, lalu segera berjalan ke ruang tamu.

"Kak, ini bajunya..." ia menyodorkan kaos ke Wildan.

Wildan menerima kaos itu, lalu beralih menatap Seina. "Toiletnya dimana?"

"Ah, sini gue temenin."

Seina berjalan menuju belakang, disusul oleh Wildan. Setelah keduanya menjauh, anak-anak Nayanika kembali pada pekerjaannya masing-masing.

Surya diam-diam mengulum bibirnya, menatap Seina dan Wildan. Ada sedikit cemburu yang ia rasa.

Seina bersandar pada wastafel dapur, menatap ke arah pintu toilet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seina bersandar pada wastafel dapur, menatap ke arah pintu toilet. Dalam kepalanya, ia menyusun kata-kata untuk meminta maaf pada Wildan.

"Yakali gue bilang, maaf kak gak sengaja, soalnya gue salting ngebayangin lo nyanyi lagu celengan rindu.." gumamnya, setelah itu bergidik ngeri.

Tak lama pintu toilet terbuka, Wildan keluar sambil menenteng bajunya yang sedikit basah. Matanya tak sengaja menatap Seina yang masih melamun di wastafel.

"Seina?" panggilnya.

"Iya?"

"Gue boleh minta kantongan gak?"

Seina mengangguk. Ia meraih paper bag di salah satu rak dapur, lalu memberikannya pada Wildan.

Wildan menerima paper bag itu. "Thanks."

"Em... Kak?" panggil Seina pelan.

Wildan yang sibuk melipat bajunya menoleh, menatap Seina dengan alis terangkat.

"Gue minta maaf gak sengaja nendang kakinya kak Hidan, terus minumnya kena baju kakak..."

"It's okay, lagian cuman sirup, bukan air keras."

Seina mengerjapkan matanya. Ini Wildan lagi ngejokes kan?

Wildan menggaruk kepalanya. "Gak lucu yah?"

"Hehehehe, lucu kok kak."

"Gak usah ketawa kalau gak lucu. Gue emang gak pintar ngejokes kayak abang lo."

"Justru jokes nya bang Jae lebih gak lucu!" protes Seina.

Wildan tersenyum. Ia bersandar pada meja makan, lalu menatap Seina. "Lo beda banget sama abang lo. Kayak, lebih dewasa lo nya daripada dia."

"Ya iyalah. Abang kan gobloknya kuadrat. Jadi takut anak-anak Nayanika jadi sesat gara-gara abang..."

Wildan tertawa, membuat Seina mau tidak mau harus tertawa.

Gawat, sepertinya Seina suka dengan makhluk sejenis kakaknya...

Gawat, sepertinya Seina suka dengan makhluk sejenis kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Law Of First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang