Rama duduk di sofa yang berada di ruang keluarga rumahnya untuk menunggu Papanya pulang bekerja.
Dia ingin membicarakan tentang pembatalan perjodohan konyol ini.
Dia begitu kesal dengan semua yang ada sangkut-pautnya dengan perjodohan, bagaimana tak kesal. Dijodohkan oleh orang asing yang tak begitu dikenalnya.
Rama mendengar derap langkah kaki menuju ruang keluarga, terlihatlah pria parubaya masih dengan menggunakan jas kantornya.
"Pa..." panggil Rama.
"Kenapa Ram?" Tanya Papanya masih berjalan menuju dapur.
"Pa, Rama mau ngomong sama Papa." Ucap Rama.
Papanya menghampiri Rama yang berada di ruang keluarga. Lalu, duduk disebelah Rama.
"Mau ngomongin apa?" Tanya Papanya.
"Rama mau batalin perjodohan konyol ini, kalau Papa menolak... papa bisa tau sendiri kelanjutannya bagaimana." Ucap Rama dengan sorot mata serius.
Papanya mengembuskan napas panjang. "Papa juga sebenernya gamau maksa kamu kaya gini Ram." Ucap Papanya yang membuat wajah Rama menampakkan sorot kebahagiaan. Dia masih ada peluang.
"Tapi, mau bagaimana lagi, usaha Papa yang di Bekasi udah gaada harapan. Papa juga gatau karena apa, Papa akan menyelediki itu lebih lanjut tentang kenapa usaha disana bisa kaya gitu," Ucap Papanya.
"Tapi Papa ga bisa menolak perjodohan itu begitu saja, kesepakatan tetaplah kesepakatan." Lanjut Papanya.
Rama menggeram, Papanya tetap pada pendiriannya. "Papa mau 'kan melihat Rama bahagia nanti." Papanya mengangguk.
"Tapi jangan kaya gini caranya, Pa." Lanjut Rama.
"Kamu bisa belajar menerima Alle, Ram."
"Rama gapernah dan ga akan pernah mau menerima begitu saja orang yang baru Rama kenal." Ucap Rama, rahangnya mengeras tanda dia menahan emosi, dia sudah muak tentang semua ini.
"Tapi, kamu harus menerima dia Rama, bagaimana pun caranya." Ucap Papanya dengan penuh penekanan.
"Dan Rama gaakan pernah setuju," Rama mengedikkan bahunya, "Rama mau ke kamar dulu, Pa." Pamit Rama ke Papanya.
Papanya mengusap mukanya dengan kasar. Dia tau semuanya akan menjadi seperti ini.
--
Salsha membulatkan tekadnya untuk melupakkan Rama, tapi, dia masih belum begitu saja.
Tapi, menurutnya acting nya tadi pagi, kurang bagus untuk menjauhi Rama. Ketika cowok itu mendekatinya.
Salsha sebenarnya rindu pada cowok itu, tapi mau bagaimana lagi. Dirinya sudah terlanjur sakit hati.
Salsha takut jika hati dan logikannya bertentangan. Hatinya berkata kalau dia harus mendengarkan penjelasan Rama terlebih dahulu. Tapi, logikanya berkata kalau dia tinggalkan saja Rama, semuanya sudah jelas. Tidak semuanya belum jelas, celetuk hatinya.
Menunggunya terlalu sakit bagi Salsha. Ya, benar, dia hanya bisa menunggu dan menangis. Menurutnya dirinya ini terlalu cengeng. Salsha sadar dan Salsha tau itu.
Entah sampai kapan Salsha mau menunggu Rama, tanpa mau mencari penggantinya. Rama saja sudah mencari pengganti Salsha. Masa Salsha belum.
Valdo. Nama cowok itu terbesit di otak Salsha. Valdo, ya? Hm... bagi Salsha, Valdo itu baik, baik banget malah. Ganteng, iya. Lucu, juga iya. Hm... Salsha sudah menganggap Valdo sebagai kakaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting for You [PRE - ORDER]
Teen Fiction‼️PRE - ORDER 1 - 30 Maret 2021‼️ Salsha menyukai Rama semenjak MOS SMA hari pertama berlangsung. Namun yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu. Tak peduli dengan Rama yang di-cap sebagai player, maupun berandal yang cukup terkenal di sekolahnya. Tet...