Part 14

34K 2K 4
                                    

Rama mencoba menelpon Salsha, tapi hasilnya, nihil. Sama sekali tak diangkat.

Rama menjambak rambutnya dengan kasar. "Bloon lu Ram, seharusnya lo kejar dia. Bukannya malah kayak orang bego yang ga peduli!" Teriak Rama dari dalam kamarnya.

"Berisik lo!" Teriak Gibran sambil menggedor-gedor.

"Gue ini yang berisik!" Teriak Rama.

Tidak ada lagi suara gedoran pintu kamarnya.

Rama menjatuhkan dirinya ketempat tidur, membuat pola bintang.

Lalu tertidur.

***

Salsha: Do, jangan nyontek lu pas UN.

Valdo: ya, enggaklah, Sha. Masa gue nyontek, kata siapa tuh?

Salsha: gue.

Valdo: udah dulu ye, gue mau belajar buat nanti UN.

Salsha: yayaya, terserah.

Valdo: sip:).

Salsha menaruh handphone nya diatas nakas sebelah tempat tidurnya.

Bahkan dia tak bisa menangis lagi, karena stok air matanya belum diisi ulang. Salsha begitu kecewa ke Rama, cuma karena dia belum memberi jawaban, dia langsung mencari pengganti Salsha.

Sebegitu tak pentingnya kah dia?

Apa Rama hanya mempermainkannya sama seperti cewek yang lain?

Bahkan Salsha masih ingat, ketika Rama mengatakan bahwa dia sudah tidak menjadi player lagi, dengan penuh keyakinan di setiap katanya, bahkan itu demi dia.

Salsha juga sama sekali tak mengangkat telpon dari rama, atau juga tak membalas Line Rama.

Dia ingin mencoba beristirahat terlebih dahulu, dan mencoba untuk melupakan Rama.

Tapi, bagaimana jika dia tidak bisa?

Setelah menyimpan rasa ke Rama sejak 1 tahun yang lalu, bukanlah hal mudah untuk melupakannya.

Namun, dia sama sekali belum bisa menghapus rasanya. Atau dia masa mau menunggu lagi, seperti dulu saat pertama kali bersekolah disekolahnya, tapi dengan keadaan yang berbeda.

Sudahlah Salsha pusing memikirkan itu semua.

***

"Adek gue nangis ya?" Tanya Regan memasuki kamar Salsha, ketika cewek itu baru saja bangun dari tidurnya. "Siapa yang buat lo nagis? Lo diapain? Sekarang orangnya dimana?" Tanya Regan lagi.

"Awas kak, gue mau mandi dulu." Salsha berusaha menyingkirkan Regan dari hadapannya, karena menghalangi jalannya untuk ke kamar mandi.

"Jawab dulu pertanyaan guee," Regan menangkup kedua pipi Salsha. "Entar sama gue, lo bakal dianter ke sekolah, tapi, lo harus jawab dulu pertanyaan gue."

"Pertanyaan yang mana dulu? Lo nanya kayak kesetanan sih."

"Lo nangis ya? Diapain? Gara-gara siapa?"

"Gue ga nangis."

"Terus tuh mata, kok bengkak?" Regan menunjuk kedua mata Salsha.

Salsha memegang kedua matanya. "Malem, mata gatel-gatel." Ucap Salsha kemudian tersenyum meyakinkan.

Regan manggut-manggut, Salsha menghembuskan nafas lega, jika memberitahu kalau dia menangis ke Regan, apalagi karena Rama. Dipastikan, Rama setelah ini tak akan hidup tenang.

Waiting for You [PRE - ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang