Chapter 1: harapan.

201 4 0
                                    

Cinta itu tulus, penuh pengorbanan, tidak menuntut, begitupun dituntut. Cinta tidak memiliki tujuan, pada siapapun orangnya, kamu bisa jatuh cinta kan?
Cinta itu murni, suci, tak bisa dikehendaki, tak bisa dikendalikan, dan juga, buta.

Temanku adalah seorang gadis sebayaku. Walau dia lebih muda datiku 1 tahun, tapi pemikiranya dan cara kami berinteraksi tidak menunjukan kesenjangan umur kami. Dia seorang yang baik, dewasa bersikap, pemikiran, dia juga orang yang asik, easygoing, teman yang keren, dan juga teman yang baik tentunya. Kami sudah berteman kira-kira 3 tahun dan terus berjalan. 3 tahun bukan waktu sebentar bukan? Selama 3 tahun ini kami berteman sangat baik. Berbagai Intrik sudah sangat wajar kami hadapi, cerita suka duka warnai tahun-tahun kami. Temanku ini sudah menginspirasiku dalam berbagai hal. Dari kedewasaanya, kelucuanya, caranya berteman, caranya menyelesaikan masalah, juga yang paling menginspirasiku sehingga saat ini sedang kutuliskan disini. Kisah cintanya.

-SD-
Temanku bukan tipe seseorang yang menggilai pria. Dia bahkan pintar menutupi perasaanya terhadap pria. Tapi entah, pria satu ini sangat berbeda. Membuat nya berdebar sangat kencang, menggila, dan meletup-letup bagai kembang api. Tahun ini sang pria akan sekolah ke SMP. Temanku yang jenjangnya 1 tahun dibawah sang pria hanya bisa pasrah karna mau tak mau hal seperti ini bukan kuasanya. Dan hal itupun berlangsung. Sang pria duduk di bangku SMP dan temanku masih di sekolah yang sama.
"Hanya 1 tahun menunggu, tahun depan aku akan menyusulnya kesekolah yang sama. Harus" fikir temanku.
1 tahun menunggu ternyata tidak begitu menyakitkan karna tidak dapat bertemu sang pria lagi. Beruntungnya kami besar di jaman sosisal media, membuat akses mereka berkomunikasi tidak terhalang. Selama satu tahun penantian itu mereka tetap berkomunikasi, masih tetap bisa bersendagurau, bercerita, bahkan temanku menceritakan tentang keinginanya dan niatnya untuk menyusul sang pria di SMP yang sama dan sang priapun mengapresinya. 1 tahun sudah dilewati, 1 tahun yang ditunggu telah datang, dan dengan usaha baik dari temanku dia masuk ke SMP yang didambakanya. SMP yang sama dengan sang pria.

-SMP-
Masa Orientasi Siswa (MOS) tidak begitu menegangkan baginya. Karna sebelumnya sang pria sudah memberikan masukan dan bocoran tentang masa orientasi SMP yang standar dan tidak perlu di takuti. Dan benar saja, temanku melewatinya dengan sangat baik mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan sang pria. Dan akhirnya temanku resmi menjadi siswi di SMP yang dia harapkan, SMP yang sama dengan si pria.
Hari-hari di SMP merupakan hal yang baru bagi temanku. Teman baru, suasana baru, lingkungan baru, guru-guru baru, pelajaran baru, kantin baru, kelas baru, semua halnya serba baru. Tapi tidak dengan cintanya, tak ada cinta baru, tak ada orang baru, semuanya masih tetap sama seperti 1 tahun yang lalu. Kelas temanku berada di lantai 2. Dan beruntungnya dia satu lantai dengan sang pria. Ini keuntungan yang luar biasa baginya. Kesempatan inipun tak ia lewatkan. Dia dapat menatapi aktifitas apa saja yang dilakukan sang pria. Mulai dari bercanda dengan teman-temanya, ketika dia sedang melamun di teras kelasnya, atau kadang pula kadang temanku bagai mendapatkam tiket VVIP untuk menonton sang pria saat sedang main bola dari lantai 2. Bahkan tak jarang temanku dan sang pria bertemu tatap. Komunikasi merekapun lancar seperti dulu. Chatting setiap harinya.
Waktu demi watu di SMP telah terlewat. Tak terasa sudah menuju akhir tahun ajaran. Selama hampir 1 tahun di SMP itupun kiblatnya masih tetap sama.
Pandangan temanku tak pernah bosan walau hanya menatap sang pria yang bengong melamun atau bercanda gurau di kodidor kelasnya setiap hari. Tapi kali ini agak aneh. Sang pria yang biasanya duduk melamun sambil menatap ke lapangan dengan pandangan kosong, kali ini dia duduk dengan muka bertanya dan menatap ke arah kelas sebelahnya. Biasanya sang pria yang tak memiliki tujuan untuk di tatap, kini seperti ada yang dicari dari tatapanya.
Hari demi hari selanjutnyapun demikian. Temanku tak bisa mengingkari rasa penasaranya.
"Apa yang sebenarnya dia cari?" Fikir temanku setiap saat.

Gosip beredar bagai angin, begitu cepat berhembus. Tapi gosip yang sedang ia dengar saat ini bagai badai. Kencang anginya, penuh petir meledak-ledak, awannya sangat gelap, menakutkan, dan siap membawa perahu terbang bersama badai.
"Kak itu lagi deket sama kakak cewe yang sebelah kelasnya ya?"
"Ko kak itu rajin muncul di TimeLine aku sama kakak cewe yang sebelah kelsnya ya?"
"Cantik ya kaka itu pantes cowonya naksir"
Seketika temanku sangat benci topik perbincanganya dengan teman-temanya. Bagai badai, temankulah sang perahu yang sedang dibawa terbang badai. Ditimpa petir, ditiupi angin kencang sampai kayu-kayu kapal pecah terurai, dan dibawa terbang badai sampai ke awan-awan gelap di langit.

everything has changed.Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin