Chapter 3: Hilang.

109 3 0
                                    

"Ayah, aku mau bertanya sesuatu"
"Ada apa?"
"Ibunya temanku berpisah dengan ayahnya. Bagaimana itu bisa terjadi?"
"Belum waktunya kamu belajar tentang hal seperti itu nak"
"Setidaknya, beri aku pengertian. Bagaimana mungkin cinta bisa hilang begitu saja? Mereka tidak mungkin bersatu jika bukan karna cinta kan? Apakah cinta akan hilang secepat itu? Apa artinya cinta jika begitu? Aku tak mau menikah karna cinta kalau begitu."
"Bukan cinta yang menghilang sayang sehingga mereka berpisah. Dan cinta tidak akan pernah hilang. Mungkin hanya tertutupi oleh suatu hal. Bagai kaca mobil mu yang tertutup kabut"
"Lalu hal apa yang dapat menutupi cinta seseorang hingga tidak cinta lagi?"
"Entah, mungkin kekecewaan yang teramat besar. Saking besarnya cintamu sudah diselimuti oleh kemarahan dan kekecewaan. Tapi tidak akan mungkin seseorang menyerah begitu saja pada cinta, karna cinta tidak akan menyerah secepat itu."
"Bagaimana dengan mobil yang tertutup kabut. Kapan kabut itu akan memberikan jalan. Dan siapa kabut ini?"
"Mobil yang tertutup kabut ini suatu saat akan menemukan jalan terang. Dengan cara menyalakan lampu mobil. Tetapi sebelumnya kita berjalan dalam kabut bukan? Jadi mungkin saat kita sudah menemukan jalan keluar, kita berada di jalan yang lain. Akan sangat beruntung kalau bisa kembali ke jalan semula. Tetapi apa daya jika menemukan jalan baru. Toh tujuan jalan ini sama-sama menuju kebahagiaan. Lalu kabut itu siapa, mungkin tidak hanya 'siapa' yang bisa menjadi kabut, tapi 'sesuatu' pun bisa menjadi kabut. Ke egoisan, kekecewaan yang besar, kecemburuan, hawa nafsu, khilaf, kebosanan, kebencian, pertengkaran, atau hal-hal jelek lainya"
"Kalau begitu ayah, ayah bagai mengartikan bahwa cintapun ada cinta yang salah."
"Darimana kamu menyimpulkanya?"
"Ketika ayah bilang, saat keluar dari kabut, dan kita tidak menemukan jalan yg sebelumnya tapi malah menemukan jalan yang baru, tapi menuju arah yang sama. Bahagia. Berarti cinta yang salah itu benar adanya, iyakan yah?"
"Entah apa yang dimaksud cinta yang salah. Tapi jatuh cinta pada orang yang salah, itu benar adanya."

1 tahun berlalu. temanku menginjak kelas 2 SMP. Keadaanpun jauh lebih baik. Teman-teman barunya yang asik dan menyenangkan membuat tahun ini tidak begitu terasa. Waktu kebelakang hanya bagai memori kebodohan yang tak mau ia ingat kembali. Untuk mengingatnyapun temanku tak bisa. Temanku sangat bersyukur, karena disaat keterpurukanya dia menemukan teman-teman yang dapat membuatnya tak melirik sedikitpun ke masalalu. Semuanya lancar tak bergelombang. "Ternyata aku bisa melewati ini, tunggu beberapa bulan lagi menuju kenaikan kelas. Maka semuanya benar-benar bagai buku yang baru. Tak akan ada kenangan yang bisa menghadang. Sempurna." Benak temanku.

Bagai hidup yang tak mungkin memang. Temankupun menyadari hidup tidak mungkin selurus ini. Dan saat itupun tiba. Sama seperti kemarin. Masih seperti petir yang tiba-tiba lancar. Bagai mimpi paling buruk datang kebali. Disaat temanku sudah mulai bahagia, diwaktu menuju perjuangan akhir, dimana dia hanya tinggal bertahan beberapa bulan lagi untuk bisa sepenuhnya survive. Kutukan datang.

Sang pria: PING!!!

Begitu mudahnya? Hanya dengan sebuah sapaan singkat, menguak semuanya kembali? Semua mimpi buruk itu datang kembali.
Setelah sang pria resmi pacaran dengan sang wanita, temanku tak hentinya menangis di malam hari, mengutuki dirinya sendiri.
"Bodoh memang. Aku hanya berharap lebih dari semua ini. Jadi selama beberapa tahun ini, hanya cukup dengan hubungan adik dan kakak? Bodoh. Masih untung dia menganggap begitu. Bagaimana kalo dia hanya menganggap aku seorang adik kelas yang sok kenal? Bodoh. Aku merasa paling hina. Tapi, jika memang begitu, untuk apa selama ini emoji-emoji yang sangat menyanjungku itu? Emoji yang membuatku berharap hingga sekarang. Emoji yang cukup menjelaskan kedekatan kami. Apa yang salah selama ini antara aku dan dia??!!? Aku bisa gila bila memikirkan tentang apa dan bagaimana aku dan dia!! Apa yang salah dariku hinggia aku bisa seperti ini??"
Kutakan demi kutukan terus terlontar dari mulut temanku. Semuanya bagai berhenti berputar. Dunia bagai tak memiliki rotasi, air bagai mengalir dari hulu-nya, daratan bagai kolam renang penuh larva. Sebegitu terpuruknya temanku. Tapi tak ada hal yang bisa menjelaskan padanya apa yang sebenarnya yang ia rasa. Semuanya campur aduk. Ia tak tahu harus menjelaskanya dari mana. Semuanya terpuruk, temanku tenggelam dalam rasa yang tidak ia mengerti.
Sibuk dengan perasaanya temanku sampai tak menyadari keberadaan teman-teman disekitarnya. Temanku tipe oranh yang sulit terbuka dan susah dekat dengan orang. Dalam artian dekat, untuk menceritakan keluh kesahnya. Hingga teman-teman barupun bermunculan dan mendekatinya. Teman-teman baru ini cukup membuatnya nyaman sehingga suatu saat dia mulai terbuka dan menceritakan apa yang ia rasakan.

"Kamu tahu apa yang kamu rasakan saat ini? Kamu sedang kecewa yang teramat dalam. Kekecewaan kamu dibarengi dengan kebencian, kekesalan, dan entah lah apalagi itu hanya kamu yang rasakan. Tapi itu semua nampak jelas. Kamu belum bisa menerima apa yang telah ia lakukan. Karena semua itu tidak sesuai harapan kamu kan? Tapi coba kita lihat. Tidak ada yang bisa kita salahkan disini. Sang pria tak sepenuhnya salah dengan semuanya yang telah terjadi padamu. Karna bahkan kau bukan seseorang di hidupnya. Maksudku, pernah kah kau menjalin status denganya? Mungkin bahkan untuk menyatakan perasaanmupun kau belum pernah mencoba kan? Bagaimana dia bisa tahu? Ya wajar semuanya datang tiba-tiba seperti ini. Kalau saja dia tahu apa yang kau rasa, pasti dia akan melakukan sesuatu terlebih dahulu. Karena ada perasaan yang harus ia jaga"

Sempat kesal dan marah mendengar apa yang terlontar dari perkataan temannya. Tapi itu tidak salah sepenuhnya. Bahkan itu adalah kata-kata paling benar. Dan menjelaskan semua apa yang dirasakanya saat ini. "

"Kecewa? Iya. Ternyata kecewa yang sedang kurasakan.
Marah? Iya. Aku sangat marah dengan kenyataan yang terjadi.
Benci? Iya. Entah kenapa semua tentangnya menjadi ladang kebencian bagiku.
Tapi benar, aku tak bisa sepenuhnya menyalahkanya, karna aku tak pernah memberitahu apa yang kurasakan. Mungkin ini letak kesalahan awalnya. Bodoh memang. Terlalu naif untuk menyadari dia tidak pernah jadi miliku itu nyata adanya."
Selanjutnya, pemikiran seperti itulah yang membuatnya sadar dan kembali hidup. Sedikit demi sedikit dia mulai berusaha acuh dan tidak peduli sesikitpun pada sang pria. Teman-teman barupun tak ia sia-siakan. Ia lebih mendekatkan diri dan lebih banyak meluangkan waktu dengan teman-teman barunya. Hingga saat ini, hingga bencana ini datang kembali. Semuanya kembali lagi. Mimpi teramat dalam dari keburukan. Kebencian bagai muncul kembali kepermukaan dan menyeruak. Kekecewaan tak kunjung hilang hingga saat ini. Tapi dibalik itu semua, ada kerinduan yang tak bisa temanku bendung. Temanku merindukanya. Mungkin begitupun sang pria.

Sang pria: PING!!!
Sang pria: PING!!!
Sang pria: PING!!!
Sang pria: PING!!!
Sang pria: hey
Sang pria: :)

everything has changed.Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin