Prolog

22 4 0
                                    

Malam ini tampak lebih gelap dari biasanya, Raina tak bisa melihat apapun hingga sorot dari lampu mobil yang berhenti di hadapannya mampu membuat mata Raina terpejam, silau. Ketika sepasang matanya terbuka, hal yang ia temukan dari cahaya yang menerangi gelapnya adalah sebuah tubuh mungil temannya yang terbaring penuh darah.

Hujan kemudian turun secara tiba-tiba, begitu deras seakan langit memuntahkannya dengan sengaja untuk menjadikan malam ini sebagai malam traumatis untuk Raina. Petir bergemuruh, Raina menutup telinganya seraya menangis. Dari mobil yang lampunya masih menyala itu, seorang pria paruh baya turun dengan payung berwarna putih yang sangat mencolok di antara gelap malam ini.

"Pelita." Raina mengguncang tubuh Pelita yang digenangi darah, namun Pelita tak menggubris. Raina tak bisa merasakan respon dari temannya lagi. 

"Masih ada yang hidup." Ujar pria paruh baya itu pada seseorang di seberang telepon.

Raina tercengang mendengarnya, ia tak tau harus lari ke mana sebab jalan ini tak pernah ia lalui sebelumnya. Belum lagi, dua orang teman yang tadi bersamanya kini tak ada lagi; satu di antaranya meninggal sedangkan satunya entah sembunyi di mana. Raina takut.

Bugh!

Sebuah batu melayang mengenai pria di bawah payung putih yang sedang menelepon, membuat perhatiannya teralihkan kala tangan Raina ditarik untuk lari oleh seseorang. Seseorang yang memiliki tangan mungil sepertinya. Bukan, tangan ini tak terasa seperti tangan Natanael, teman lelakinya yang sedang bersembunyi entah di mana.

"Bunda, tolong bawa aku ke bunda." Ujar Raina di tengah napasnya yang tersenggal-senggal. 

Cengkraman tangan itu semakin menguat di tangan Raina, Raina merasa terlindungi hanya dengan cengkraman tangan itu. Hujan kian menderas, begitu juga dengan kehadiran kilat yang sesekali menjadikan kegelapan malam tak ada apa-apanya. Di belakang kedua anak kecil berusia 7 tahun itu, pria paruh baya tadi masih mengejar, sedang di dalam mobilnya yang masih menyala, anak kecil lain sedang tertidur dengan sangat nyaman. Ia tak tau bahwa ayahnya sedang mengancam nyawa seseorang di tengah derasnya hujan.


Ooops! It's RainWhere stories live. Discover now