Sorak sorai terdengar begitu ramai dari tepi lapangan SMA Harmoni Bangsa, tentu saja karena tim basket kebanggaan mereka yang berisikan para cowok tampan sedang melakukan latihan untuk kompetisi yang akan datang dalam satu bulan. Zio Arnamawa, kapten yang memimpin tim basket sekolahnya, orang paling tampan nomor 1 di sekolah dengan tinggi yang menjulang dan tatapan tajamnya yang mengikat puluhan penonton di tepi lapangan, sedangkan sisanya bernasib malang karena terjebak di dalam kelas dengan kegiatan belajar yang berlangsung. Bagi cewek-cewek di SMA Harmoni Bangsa, melewatkan kesempatan menonton tim basket putra sekolah mereka adalah suatu kemalangan yang harus disesali seumur hidup, karena tak bisa menyaksikan ketampanan Zio yang rasanya menjadi kian bertambah saat sedang bermain basket.
Zio memiliki postur tubuh tinggi kekar dengan tatapan tajam yang terkesan dingin dan tak bersahabat. Rahangnya tegas dengan sebuah bibir seksi yang sangat jarang menarik sebuah senyum.
"Zio! Semangat! Huuuuuuuu!" Teriak para penonton dari tepi lapangan, dipimpin oleh seorang wanita yang tampak paling mencolok dengan penampilan modisnya di antara penonton yang lain. Ia adalah Olivia Narendra, seorang tuan puteri dari keluarga Narendra yang selalu sibuk untuk menjodohkan tuan puteri mereka dengan Zio.
Zio menggelengkan kepalanya saat mendengar suara Olivia, merasa risih setiap kali cewek itu ada di dekatnya. Mencoba mengatur kembali fokusnya, Zio mengoper bola di tangannya ke arah temannya, Arkan, yang menjadi cowok paling tampan nomor 2 di sekolah. Saat Arkan menerima bola tersebut, sorakan heboh kembali terdengar.
"Arkan! Aaaaaa!" Teriak para penonton heboh.
Arkan sama tingginya dengan Zio, keduanya tampak seperti anak kembar karena sudah bersama sejak di Taman Kanak-Kanak. Hanya saja, Arkan memiliki wajah yang manis, dengan sepasang mata teduh yang selalu ikut tersenyum saat bibir tipisnya menarik sebuah senyum. Beda dengan Zio yang hanya unggul di bidang olahraga, Arkan juga ungul dalam mata pelajaran dan sering mewakili sekolah dalam olimpiade.
"Apasih cewek itu? ngapain coba dia jalan ke tengah lapangan?" Sinis Olivia saat matanya menangkap seorang cewek yang sedang berjalan ke arah tengah lapangan dengan santai.
Tubuhnya mungil dengan tinggi hanya sekitar 155cm, rambutnya hitam sepundak dengan poni lurus yang membingkai wajahnya sempurna. Bibirnya kecil dan berisi, ditemani pipi yang tembab dan membuatnya terlihat imut serta cantik secara bersamaan. Kulitnya terliat putih mencolok di antara tim basket yang memiliki kulit tan.
Raina Maheswari tak tau ada latihan basket di lapangan. Ia menyetel musik kencang-kencang di earbuds miliknya sedangkan matanya fokus membaca sebuah novel romansa yang membuat wajahnya terus tersenyum sepanjang jalan. Ia ingin ke kantin yang bersebrangan dengan gedung kelas, melewati lapangan menurutnya lebih cepat daripada melewati lorong-lorong sekolah yang berputar. Kakinya melangkah dengan mantap sebab Raina tau ia hapal jalan, tak masalah sekalipun matanya menatap baris demi baris tulisan yang ada di sebuah buku dalam genggamannya.
"Woy minggir!" Teriak Olivia dari arah lapangan, membuat perhatian Arkan yang sedang mendribel bola basket teralih.
"Fokus, Kan!" Teriak Zio kepada Arkan. Arkan pun melempar bola itu ke arah Zio, mengijinkan Zio mencetak satu poin terakhir di sesi latihan pagi ini. Namun niat hanyalah niat. Bola itu melambung tinggi jauh dari perkiraan Arkan, melewati tubuh tinggi Zio dan mengenai kepala Raina yang sedang tersenyum membaca adegan mesra di novelnya.
Raina spontan memegang kepalanya, sebelum akhirnya jatuh pingsan hingga membuatnya menjadi titik kerumunan.
"Raina! Ya ampun, Rain!" Teriak seorang wanita dari jauh dengan suaranya yang cempreng. Ia berlari memecah kerumunan dan berjongkok di dekat Raina, menepuk-nepuk pipi temannya itu untuk sadar. Dia adalah Ciara Kisare, teman dekat Raina.
YOU ARE READING
Ooops! It's Rain
Teen FictionRaina benci hujan sedangkan Zio menyukai hujan. Kehadiran Raina yang secara tiba-tiba di kehidupannya membuat Zio membenci hujan, hujan yang melambangkan arti nama Raina, bukan hujan sungguhan. Intinya, Zio membenci Raina. Keduanya bagai langit dan...