Zio barusaja hendak menaiki mobilnya ketika Olivia datang dan tersenyum manis ke arahnya. Zio, Olivia dan Arkan tinggal di satu kompleks perumahan yang sama. Biasanya Olivia memang datang ke rumah Zio dan meminta tumpangan, hal yang menurut Zio sangatlah sia-sia karena Zio tentu tidak akan mengabulkannya, lagipula Olivia punya sopir pribadi, untuk apa Zio mengantarnya dan membuat sopir Olivia menganggur?
"Pagi, Zio." Sapa Oliv riang. Gadis itu terlihat seperti hari-hari biasanya; selalu tampil modis dan cantik. Oliv memiliki postur tinggi yang membuatnya terlihat seperti model dan cocok mengenakan segala jenis pakaian. Bahkan, seragam sekolah SMA Harmoni Bangsa yang khas dengan vest biru kotak-kotaknya saja terlihat seperti pakaian seorang model di tubuh Oliv.
Zio, tak menjawab sapaan Oliv. Pria itu hanya memerhatikan Oliv dalam diam, membuat Oliv tersipu malu.
"Gue cantik, ya, hari ini?" tanya Oliv malu-malu seraya menyampirkan helai rambutnya ke belakang telinga.
Zio menghela napas pelan, kemudian masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya, membuat Oliv berlari mendekat. Zio membuka kaca jendela, lagi dan lagi menatap Oliv yang kini berdiri di sisi pintu mobilnya yang terkunci.
"Kalau lo mau nebeng, gue ga bisa. Gue duluan." Ujar Zio dan langsung menutup kembali kaca jendela mobilnya. Ia kemudian melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah, membuat Oliv berlari kecil mengikutinya sampai ke gerbang rumah Zio. Oliv tersenyum manis, kemudian melambaikan tangannya.
"Hati-hati, Zio!" Kata Oliv setengah berteriak.
Hati Oliv sakit, ia benci penolakan. Oliv sangat anti mendengar kata 'tidak'. Tapi dari Zio, Oliv terus mendapatkannya. Jika mengingat masalalu, Oliv akan merasa sangat terluka. Dari semua orang, dulu Zio lah yang paling menjaganya. Zio selalu membuat Oliv merasa terlindungi. Zio selalu memerlakukannya sangat spesial, mungkin karena Oliv satu-satunya teman perempuan yang Zio miliki. Tapi Oliv menganggapnya lain, Oliv berpikir Zio menyukainya.
Setelah semua perlakuan spesial itu, setelah Oliv jatuh hati padanya, Zio menjauh. Zio berubah sejak keluarga mereka mengumumkan perihal pertunangan keduanya kelak. Zio benci dijodohkan, di saat Oliv berpikir pria itu akan sangat menyukainya.
"Bareng gue aja, Liv." Ucap sebuah suara yang membuat Oliv menolehkan kepalanya dengan terkejut.
Di hadapannya, ada Arkan dengan motor sport merahnya yang berhenti untuk memberikan Oliv tumpangan. Oliv tertawa pelan, kemudian naik ke motor Arkan setelah mengikat rambutnya supaya tidak kusut terkena angin. Setidaknya, Arkan tidak meninggalkannya seperti yang Zio lakukan. Arkan masih menganggap Oliv bagian dari persahabatan mereka dulu.
***
Raina datang ke sekolah lebih awal, namun bukan kelasnya tempat pertama yang Raina datangi. Masih dengan memakai tas punggungnya yang berwarna merah muda, Raina berdiri di depan pintu kelas Zio. Satu per satu teman sekelas Zio berdatangan, menatap Raina aneh karena wajah Raina terlihat khawatir. Ia merasa gugup tentang Zio yang mungkin akan salah paham dengan dirinya, seorang siswi SMA yang membaca cerita dengan keterangan 20 tahun ke atas. Lagipula Raina bingung, kenapa bunda sampai seniat itu memberikan keterangan usia segala. Toh, hanya Raina yang akan membaca novelnya.
Zioarnamawa: 11 IPA 2
Itu adalah pesan terakhir yang Zio kirim di ruang obrolan mereka semalam. Raina tak pernah menginjakkan kakinya ke gedung kelas IPA, karena ia berasal dari peminatan IPS, ia juga bukan tipe siswi yang suka mengelilingi sekolah. Raina hanyalah Raina, ia akan diam dan membuat dunia sendiri di kepalanya.
Dari kejauhan, sosok Zio yang menjulang tinggi terlihat. Kakinya melangkah dengan lebar dengan gaya berjalan yang sangat keren menurut Raina, entalah, dia merasa Zio seperti karakter-karakter tampan yang ada di setiap penggambaran novel yang pernah ia baca. Raina terkesima, semakin Zio mendekat, sudut bibir Raina semakin tertarik membuat sebuah senyum manis yang ia sendiri pun bingung untuk apa senyum itu ia persembahkan.
YOU ARE READING
Ooops! It's Rain
Teen FictionRaina benci hujan sedangkan Zio menyukai hujan. Kehadiran Raina yang secara tiba-tiba di kehidupannya membuat Zio membenci hujan, hujan yang melambangkan arti nama Raina, bukan hujan sungguhan. Intinya, Zio membenci Raina. Keduanya bagai langit dan...