PROLOG

821 104 6
                                    

Happy Reading

“When big sister whispers, run as far as you can.”

○ Judul ○
DIAM

"Anak sialan! Kembali ke sini kalian berdua!"

Kaki luntang lantung berlari ke segala arah, menghiraukan betapa gelapnya rumah besar itu sekarang. Yang terpikirkan oleh pria dewasa ini hanya satu, menangkap kedua mangsanya malam kini.

Langkah demi langkah terdengar beriringan dengan bunyi sesuatu yang berat sedang di seret. Penuh dengan kecaman, ketakutan mengambil alih tubuh dua anak kecil sampai membuat tubuh tertegun sembari memeluk satu sama lain.

"Kak, yeon. Rora takut..."

Yang terkecil berujar gemetar pada yang lebih dewasa. Kesedihan terkumpul dalam hati melihat sang adik yang menetaskan sebanjir air mata.

Tangan kecilnya mengusap wajah pucat itu, tidak lupa dengan pelukannya yang semakin dipererat. "Jangan menangis, Rora. Adik kak Yeon kan kuat!"

Kalimat penenang tidak pernah bisa membutakan mata Rora, apa yang di katakan oleh sang kakak tidak pernah sama dengan perasaan di dalam hati yang sesungguhnya. Dan ia tahu itu, menutup mulut rapat-rapat agar tidak mengeluarkan isak tangis.

Berharap mereka bisa bertahan sampai esok pagi tanpa luka baru di tubuh.

Ahyeon, dia kakak yang terbaik. Rora sangat mensyukurinya, tidak ada orang lain yang sedekat dengan dirinya melebihi sang kakak.

Saat tidak tahu harus berbuat apa, sang kakak ada untuk mengarahkannya.

Saat ketakutan, sang kakak ada untuk menenangkan dan menghibur.

Dalam pandangan anak kecil berumur 8 tahun ini, sang kakak ialah malaikat baginya.

Begitu pun dalam kondisi sekarang, lihat lah betapa beraninya Ahyeon melawan rasa takutnya sendiri demi sang adik.

Waktu terus berjalan, keheningan dalam gudang yang mereka huni terasa masih tenang. Tidak ada tanda-tanda akan datangnya seseorang.

"Kemana perginya ayah garang itu, kak?" Tanya Rora dengan muka polos, Ahyeon mengusap seluruh rambutnya kebelakang untuk melihat dengan jelas wajah sang adik.

Ujung bibirnya terangkat naik, "Tidak tahu, kakak coba cek dulu ya? Kamu tunggu di sini, jangan kemana sampai kakak kembali!" Kalimat terakhirnya di pertegas.

Rora mengangguk dengan cepat dan menuruti saja tuturan sang kakak. Ahyeon beranjak pergi dari tempat persembunyian mereka dengan teramat perlahan tanpa menciptakan bunyi apa pun. Sebelum itu ia menggeser sebuah papan besar untuk menutupi kembali sang adik.

"Hati-hati, kak." Mati-matian mencoba tidak menangis, jika terjadi sesuatu pada sang kakak ia pasti akan pergi untuk menyusul.

Iya, kemana pun itu.

Tunggu, apakah ia bisa memegang janji itu sepenuhnya?

Harus kemana ia mengeluhkan semua siksa derita ini? Bahkan semesta juga tampak mendukung perangai buruk sang ayah.

Ia dan sang adik terlalu muda untuk semua ini, seberapa jauh mereka lari pasti akan tetap tertangkap.

"Ayah? Ayah di mana?"

WHISPER [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang