Chapter 02.

387 86 11
                                    

Happy Reading

“When big sister whispers, run as far as you can.”

○ Judul ○
KEINGINAN SANG ADIK

Ahyeon menunggu dengan begitu sabar, bertahun-tahun telah ia jalani semua ini walau berbagai hambatan mengganggu ia tetap bertahan.

"Uhuk! Uhuk!"

Mengeratkan sebuah syal lembut yang memilit lehernya agar terhindar dari rasa dingin yang menyerang.

Benar, ia jelas sedang demam. Terlihat wajah dan bibirnya yang sangat pucat serta tenggorokan yang cukup sakit bila diajak untuk berbicara.

"Maaf karna membuatmu menunggu lama, sayang."

Sungguh, ucapan lembut wanita yang tampak telah berkeriput di depannya sekarang membuat seluruh tubuhnya menghangat, tersenyum bahagia memandangnya.

"Bunda, bagaimana kabarnya? Sehat kan?"

Jennie terkekeh pelan, tebaknya selalu benar. Hal pertama yang tersampaikan dari mulut putri sulungnya pasti ialah pertanyaan itu.

"Sehat," Ia menjeda kalimatnya memandang teliti wajah Ahyeon. "Sepertinya kamu yang kurang sehat, yeon."

Ahyeon memasukkan kedua tangan di dalam kantong jaket, bersandar dengan nyaman di hadapan sang ibu.

"Bunda tidak perlu khawatir, ini cuma demam biasa kok. Bentar lagi juga pasti bakalan sembuh."

"Kamu sudah minum obat?"

Ahyeon menggeleng sembari tersenyum.

Jennie menggebrak lirih meja, walau terhalang oleh kaca, ia tetap ingin melihat lebih dekat wajah cantik putrinya.

"Jaga dirimu baik-baik, Ahyeon. Minum lah obat jika sakit dan makan lah jika lapar. Kamu pasti kelelahan menanggung semua beban seorang diri, maka bunda minta tolong sama kamu jangan terlalu memaksakan diri."

Memasang kedua pendengaran, Ahyeon menyimak baik nasehat sang ibu.

"Dan jangan salah kan dirimu lagi. Ya, sayang?"

Jika tidak terhalang oleh kaca di depannya, ia pastikan akan langsung memeluk tubuh sang putri sulung.

Ahyeon, bertahun-tahun telah berlalu dan Jennie menyadari jiwa anaknya ini yang kian merapuh.

Setiap hari ia hanya mampu berdoa agar cepat di keluarkan dari tempat jeruji besi ini agar mampu menanggung kembali segela derita hidup putrinya.

"Aku tidak bisa melakukannya."

Jennie memasang wajah sedih. "Kenapa, yeon?"

"Karna memang aku yang salah, bunda. Kalau aku lebih bisa menahan emosi ku pasti Rora tidak akan trauma dan bunda tidak mungkin terkurung di tempat ini."

Penjara, ia memandang menyedihkan dirinya sendiri sebab durhaka mencebloskan sang ibu dalam tepat simulasi neraka ini.

Jennie menggeleng sambil tertunduk, tidak sanggup melihat tatapan pasrah Ahyeon. "Tidak Ahyeon, tidak. Bunda yang memilih jalan ini sendiri, tidak ada hubungannya dengan kamu sama sekali."

Memecahkan suasana yang menegang, Ahyeon tertawa pelan. Begitu bahagia wajah yang tampak dari luar.

Jennia tentu peka dengan perubahan dadakannya, ia segera mengalihkan pembicaraan.

WHISPER [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang