Chapter 01.

439 95 3
                                    

Happy Reading

“When big sister whispers, run as far as you can.”

○ Judul ○
PERANG DINGIN

"Rora? Kamu sudah selesai?"

Perempuan muda cantik rupawan itu menoleh pada temannya, tersenyum begitu manis dengan anggukan yang menyakinkan.

"Sudah, kok. Terimakasih telah menemaniku, Hyein."

Hyein membalas senyumnya, ia terpesona akan kebaikkan hati sang teman. Keduanya memandang bersamaan sebuah makam yang menjadi tujuan mereka pergi ke tempat peristirahatan seluruh orang yang telah berpulang.

Ia tersengih kecil, "Kamu baik banget, Ra. Padahal dulu kamu sering dapat perlakukan tidak mengenakkan dari ayahmu. Tetapi kamu tetap mau mengunjunginya, yah walau itu juga jarang."

Senyuman manis Rora kian melebar, tertawa pelan mendengar utaraan hati temannya.

Terus memandang makam ayah tirinya, Rora sudah lebih dewasa sekarang. Mengeluh pun tidak ada gunanya, ia harus berlapang dada atas semua cobaan. Seharusnya ia bisa lebih bangga karna masih mampu bertahan sampai sekarang.

"Yang sudah berlalu biar lah berlalu, Hyein. Kakak selalu bilang setiap orang berhak untuk memaafkan dan di maafkan. Apapun itu, aku tidak peduli. Intinya, jalani saja. Toh, hidup cuma sekali. Aku juga orang yang tidak lepas akan dosa, tidak pantas untuk menghakimi siapapun."

Hyein berkerut dahi menatapnya. "Wah, kamu kuat banget Rora. Kalau jadi kamu mungkin aku sudah gila, sih."

Rora tertawa riang, bersamaan dengan hawa yang mendingin dan langit-langit yang tampak mendung.

"Sudah, ayo kita pulang. Bentar lagi kayaknya hujan, nih." Ajak Hyein.

Sekali lagi Rora mengangguk, sebelum itu ia mengeluarkan sebuah kantong plastik yang tidak pernah terlihat oleh sang teman sejak tadi.

"Apa itu, Ra?" Rora hanya tersenyum tipis.

"Bentar, ya."

Mungkin ia akan semakin jarang datang ke tempat ini, Rora sudah bertambah dewasa. Kepadatan dan segela urusan juga kian membanyak. Tapi entah lah, jika bisa hidup lebih normal tanpa rasa bersalah, Rora tidak akan pernah menyibukkan dirinya sendiri.

Sebuah segenggam tangkai bunga yang indah di keluar kan dari dalam kantong plastik itu. Meletakkan dengan perlahan di atas makan sang ayah.

Termenung sejenak memandangi tempat peristirahatan sang ayah selalu dapat membuatnya mengingat berbagai kenangan di masa lalu.

Seolah mengajak Rora untuk terpuruk kembali dalam kesedihan, kenangan pahit jauh lebih mendominasi berbagai perasaannya.

Ah, sepertinya ia baru sadar bahwa hujan telah turun. Memandang penuh keatas dan melihat sang teman yang sedang memayunginya dengan payung berwarna hitam.

Hyein menghela nafas kecil sambil tersenyum padanya. "Haduh, jangan menangis sekarang ya, Ra? Kita di pemakaman lho, nanti aku bingung nenangin kamu gimana."

Benar, mereka berdua telah cukup lama berada di sini. Tempat luas ini sudah menjadi sepi tanpa kehadiran orang lain di sekitar selain mereka.

Hyein mengusap lengannya yang merinding, pikirannya mulai tidak karuan akan hal-hal mistis yang mengganggu.

WHISPER [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang