04. Kecewa

83 59 7
                                    

Sebelum baca, vote and comment, ya! Kalau bisa follow akun author!

Kalau ada typo bilang, ya. In syaa allah, nanti aku perbaiki.

{•_•}

"Jadi gimana, Rik?"

Masih di markas yang sama, ketujuh sahabat itu berkumpul, duduk berdampingan di atas sofa.

Ketujuh sahabat itu berasal dari keluarga yang bisa dibilang 'kaya', jadi tak heran jika markas mereka menyediakan sofa.

"Gue masih belum tau, tapi gue udah tau anaknya Om Devan dan gue coba deketin dia buat cari bukti," ucap Riki. "Tapi gue ngerasa aneh, karena dia gak tahu apa-apa tentang Om Devan padahal dia anaknya, dia cuman tahu kalau Om Devan kerja di perusahaan bokap gue," jelas Riki, heran.

"Anaknya cewek apa cowok?" tanya Raka angkat suara.

"Cewek, Ka," ucap Riki, memutarkan bola mata malasnya.

"Cantik gak?" tanya Raka sekali lagi, sesuai dugaan Riki sahabatnya pasti akan menanyakan hal tersebut, sebab Raka adalah satu-satunya playboy di sini. Plus kalau lihat cewek cantik gayanya langsung sok keras padahal ceweknya gak minat.

Riki mengacuhkan pertanyaan Raka, sungguh ia sangat malas untuk menanggapinya.

"Udahlah, Ka..., lebih baik lo perbaiki muka lo kasihan gue liat lo tiap hari godain cewek tapi tetep aja jomblo," ucap Vano bernada mengejek.

"Sorry ye, Van, muka gue itu ganteng. Gue masih jomblo karena pacaran itu hukumnya haram, hayoloh lo bolos ngaji, ya?" tuduh Raka sembari merapikan rambutnya.

"Halah, bilang aja lo gak laku," ucap Vano tak mau kalah.

"Bacod lo!" Raka mendengus kesal.

"kalian bisa diem gak?" celetuk Evan. "Berisik," timpalnya. "Kalau boleh tau, siapa nama anaknya Om Devan?" Evan menghembuskan napas pelan dan kembali bertanya kepada Riki.


"Namanya Aurora." 

"A-Aurora?" Evan mengulangi ucapan Riki.

"Iya, kenapa? Lo kenal sama dia?"

"kalian pada ngomongin apa sih? Om Devan, Aurora, bukti, petunjuk maksudnya apaan?!" pekik Cakra menggebu-gebu, ia sungguh bingung karena sedari tadi Cakra tidak mengerti apa maksud dari perkataan para sahabatnya.

Semua mata menatap ke arah Cakra. "apa?" Lelaki itu merasa bingung saat semua sahabatnya menatapnya secara bersamaan, itu membuatnya bergidik ngeri.

"Lo beneran gak tahu, Kra?" tanya Nizar, dengan tatapan matanya yang menyipit.

Cakra menggeleng pelan. "Gak" ucapnya.

Riki mendekat ke arah Cakra. "Jadi gini, Bang. Om Devan kerja di perusahaan bokap gue-"

"Terus masalahnya apa?"

"Dengerin dulu, ngeb." Kesal Riki. "Jadi, jabatan, Om Devan di perusahaan bokab gue itu cuman seorang manajer, tapi kekayaannya bisa melebihi kekayaan Bokap gue dan setelah diselidiki ternyata, Om Devan korupsi Bokap gue lihat kejadiannya lewat CCTV," jelas Riki, panjang kali pendek.

A Path Through LossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang