Halooo guysss, ketemu lagi!
Sebelum baca vote dulu, ya? Dan jangan lupa tinggalin komen! Komen singkat aja, aku udah mood banget;)
~~Happy reading~~
•
°
•
°
•
°
•
°
----Tandai yang typo!!
***
"Fatamorgana yang kutulis menolak tawaran untuk menjadi nyata." -APTL🐇🦋🐇
Di dalam ruangan UGD, keenam cowok itu sama-sama terdiam memandangi Evan dengan sangat prihatin.
"Van? Gue waktu itu cuman bercanda, kenapa lo nekat bikin muka lo babak belur buat mirip kayak babi hutan? Padahal gak babak belur aja udah mirip banget sama babi hutan," celetuk Riki. Bahkan di saat sahabatnya sekarat cowok itu masih saja bercanda.
Cakra yang berada di samping Riki langsung menoyor jidat cowok itu. "Ngawur lo!" Cowok itu mendelik dan langsung mendapat balasan cengiran kuda dari Riki.
"Bercanda di sampingnya orang yang kesabarannya transparan. Ditoyor 'kan lo." Vano berucap sembari geleng-geleng kepala. Sedangkan Raka, Nathan dan Nizar hanya terkekeh.
"Emang kenapa Evan bisa kayak gini?" tanya Nizar. Seketika semua pandangan mengarah ke arah Riki.
"Apa? Woyy, lo pada mau nuduh gue? Gue gak tau kenapa babi hutan ini bisa kecelakaan. Tadi aja gue gak sengaja liat dia," pungkas Riki mencoba menjelaskan.
"Gak usah panik juga kali," ucap Raka.
Danu menghembuskan nafas gusar. "Gak mungkin 'kan? Evan kecelakaan cuman gara-gara Liliyana lagi?" Danu mencoba menetralisasi pemikirannya agar tidak berpikir jika sahabatnya kecelakaan hanya karena seorang wanita.
"Lama-lama gue liat-liat, Evan tambah stress plus gila gak sih? Tiap detik cuman mikirin Lilyana doang, palingan juga dia lagi ngimpi ketemu sama tuh cewek." Vano menduga-duga dengan menatap miris ke arah sahabatnya.
"Bentar lagi kayaknya dia bakal kena dosis Lilyana." Raka menimpali, yang langsung disambut tawa dari para sahabatnya. Kecuali Cakra. Manusia sok dingin itu hanya geleng-geleng kepala.
Riki merogoh saku celananya, untuk mengambil ponsel miliknya. Cowok itu menatap ke arah layar ponsel dan melihat jam yang tertera di sana.
"Udah jam lima sore." Lelaki itu bergumam, lalu kembali mematikan ponselnya. Kemudian cowok itu bangkit dari duduknya dan menatap ke arah manusia-manusia ilahi di hadapannya. "Gue cabut duluan."
"Eh, lo mau kemana? Main cabut aje lo." Raka menarik baju Riki agar kembali ke tempatnya.
"Ini udah sore. Gue kesini juga gak sendirian, gue bareng Aurora. Kalau gue gak antar dia pulang, gue takut nanti tuh cewek kena marah bokapnya." Riki menjelaskan kepada para sahabatnya, sembari kembali berdiri.
"Satu pergi semua harus ikut pergi," ucap Cakra, lalu ikut berdiri dan disusul oleh keempat sahabatnya.
"Yaelah, kalo lo semua pergi terus yang jagain Evan siapa?" Cowok itu mendadak khawatir. Mengingat jika mereka semua pergi, maka babi hutan itu akan sendirian di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Path Through Loss
Teen Fiction"Asmaraloka anantara kita ditemani oleh timira. Rinai yang terus turun dari nabastala sebagai tanda lara ini. Amorfatiku hanya kau anggap pajangan saja. Asa yang kau berikan kepadaku ternyata tidak lebih dari gurat luka. Semuanya telah berakhir ingi...