Tandai yang typoo⚠
-O0O-
~~Gunanya mata untuk melihat,
gunanya telinga untuk mendengar
dan gunanya mulut untuk berbicara.
tetapi terkadang kita harus diam atas
apa yang kita lihat dan kita dengar~~
|
|
|
|
••Semua orang bisa menceritakan
pahitnya kehidupan, tetapi mereka tidak
tahu di mana tempat untuk bercerita••~•~
Apa yang bisa dibanggakan dari seorang yang memiliki penyakit? Bahkan penyakit mematikan, membuat penderitanya bisa meregang nyawa kapan saja.
Tidak ada manusia yang ingin sakit, tidak ada manusia yang ingin terbangun di dalam ruangan yang berbau khas obat-obatan. Banyak orang mengeluh, padahal sudah diberi fisik yang kuat dan lengkap.
Jika mereka yang bertubuh sehat dan kuat masih mengeluh, masih tidak bisa bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan. Lantas bagaimana dengan dia yang saat ini mati-matian melawan penyakit mematikan?
Dia Selvina Frey Aliander, saat ini sedang terbaring lemas tak sadarkan diri, pasca mendapatkan perawatan medis, bahkan gadis itu menggunakan alat bantu pernapasan.
"Bagaimana kondisi anak saya, dok?" tanya seorang wanita setengah baya, tampak jelas kekhawatiran serta kecemasan di matanya.
Sepulang sekolah tadi tiba-tiba Frey tak sadarkan diri karena penyakit jantungnya kambuh. Ibu Frey segera membawa Frey ke rumah sakit.
Dokter Adrian menghembuskan nafas panjang, ia baru saja keluar dari ruangan. Dokter Adrian yang menangani penyakit Frey. Penyakit mematikan yang hanya memiliki kemungkinan kecil untuk sembuh.
"Kerusakan jantungnya semakin parah," ujarnya, menatap wanita sekaligus seorang ibu di hadapannya. "Kita harus bertindak cepat sebelum terlambat. Frey membutuhkan donor jantung secepatnya," ucap Dokter Adrian serius. Sedangkan yang diajak bicara hanya diam termangu. Wanita atau kerap dipanggil Selvi itu hanya diam, menatap penuh kecemasan.
Dua detik kemudian bulir-bulir bening berhasil lolos dari kelopak mata itu. Seorang ibu mana yang tidak hancur perasaannya saat mendengar kabar kondisi anaknya yang kian memburuk?
Melihat Selvi yang tak merespon, dokter Adrian kembali membuka suara, "Frey harus mendapatkan donor jantung dalam jangka waktu tiga bulan, jika terlambat saya minta maaf jika sesuatu terjadi pada Frey," ucap Dokter Adrian.
"Di mana saya bisa mendapatkan donor jantung dalam waktu secepat itu d-dok?" ucap Selvi, wanita itu terisak. Air matanya terus mengalir, bibirnya gemetar, tangisan itu penuh penyesalan.
Selvi merasa gagal menjadi seorang ibu, karena dirinya lah, putri semata wayangnya menderita seperti ini. Mengapa, Tuhan? Mengapa harus anakku yang menanggung semuanya? Mengapa bukan aku yang kau beri penyakit itu?
"Saya akan bantu mencari pendonor jantung untuk Frey," ucap Dokter Adrian.
***
Suasana sore saat ini sangat indah. Matahari sore yang sebentar lagi akan terbenam itu terlihat jelas di ujung danau.
Terlihat seorang gadis sedang duduk di kursi kayu di pinggir danau. Menikmati keindahan yang sudah lama ia tidak melihatnya, wajah natural-nya terkena sinar matahari menambah kesan cantik di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Path Through Loss
Novela Juvenil"Asmaraloka anantara kita ditemani oleh timira. Rinai yang terus turun dari nabastala sebagai tanda lara ini. Amorfatiku hanya kau anggap pajangan saja. Asa yang kau berikan kepadaku ternyata tidak lebih dari gurat luka. Semuanya telah berakhir ingi...