Malam ini, di tengah gelapnya malam yang tampak indah ditaburi bintang-bintang, menyisakan Oh Sehun yang tampak duduk termenung di ruang kerjanya. Ini sekitar pukul setengah satu dinihari, dan entah kenapa Sehun tidak dapat memejamkan matanya.
Ia fokus menatap laptop di hadapannya dengan sebelah tangan memegang dagunya. Ia bersandar di kepala kursi kerjanya sambil memutar tubuh ke arah kiri dan kanan.
Tadi, beberapa jam lalu Jisoo mengirimkan sesuatu berupa potongan cctv ke alamat emailnya. Sengaja ia tak mambuka email tersebut karna saat itu ada Lisa bersamanya.
Setelah Lisa pergi dari ruang kerjanya, baru lah Sehun membuka email dari Jisoo. Sedikit berpikir keras tentang potongan cctv yang ada di hadapannya itu.
Aku dan Chanyeol yakin bahwa mobil sedan itu merekan jelas kecelakaan tuan Kim.
Itu pesan yang Jisoo sematkan di dalam emailnya tadi, membuat Sehun segera memeriksa mobil yang di maksud setelah Lisa meninggalkan kamarnya. Karena tidak mungkin ia menyelidiki kasus ini di hadapan Lisa, karena sejatinya, gadis itu juga pasti mengalami trauma kan? Tapi nanti, saat semuanya mulai menemukan titik terang, Sehun berjanji akan memberitahu Lisa.
Sehun berkali-kali memutar potongan cctv itu, berkali-kali juga ia mem-paus videonya guna memastikan apa yang baru saja di tangkap maniknya.
Ia memainkan mouse yang ada di tangannya, menerka-nerka apakah itu adalah mobil yang sama atau penglihatannya yang salah.
***
Di sebuah ruangan kecil yang penuh dengan beberapa barang yang tidak terpakai itu, nampak seorang pemuda duduk berlutut dengan kepala tertunduk. Napasnya memburu, ada beberapa luka di tubuhnya yang membuatnya kadang meringis tertahan.
"Tidak berguna." Umpat seseorang di hadapannya yang memegang sebuah stik golf di tangannya. Ia berkacak pinggang sembari berdesis marah pada seseorang yang kini tertunduk tak berdaya di hadapannya.
BUK
BUK
BUK
Pukulan bertubi-tubi itu kembali menghantam tubuh ringkihnya, menimbulkan rasa sakit yang teramat mendalam tanpa mampu ia luapkan. Ia meringis berusaha menahan tubuhnya yang bergetar agar tak tumbang, karena hal itu hanya akan membuatnya semakin merasakan sakit.
"ANAK TAK TAU DI UNTUNG, ANAK TIDAK BERGUNA!" Teriakan memekakkan telinga itu menggema di sepenjuru ruangan yang kecil itu, sedikit menimbulkan getir di lubuk hatinya.
"Ampun ayah!! Ampun." Pemuda itu berlutut mencium kaki ayahnya, berulang kali meneriakkan kata ampun agar sang ayah berhenti menghantam tubuhnya seolah itu adalah samsak tinju.
"Kau mempermalukan keluarga Go dengan perbuatanmu!" Desis sang ayah tepat di telinga sang putra sembari mencengkram dagu pemuda itu erat, teramat kesal melihat kelakuan sang Putra yang selalu salah di matanya.
"Ta-tapi. Ayah, aku hanya...." pemuda itu tak sanggup melanjutkan kalimatnya saat sang ayah dengan kesal kembali menerjang tubuhnya, kali ini tendangan sang ayah mampu membuat tubuhnya terpental jauh, membuatnya membentur dinding dengan tubuh belakangnya.
"Bakatmu hanya satu Go Jong Eun, mempermalukan keluarga!" Desis ayahnya yang mana hal itu mampu membuatnya terhenyak marah, ia berdiri dengan sedikit linglung, menghadap sang ayah yang perlahan menuju pintu, hendak meinggalkannya.
"Aku hanya ingin mewujudkan impian ayah untuk menjadi pemimpin Korea. Dan aku sudah melakukan hal yang benar dengan menyingkirkan lawanmu ayah." Desis pemuda bernama Go Jong Eun itu penuh tekanan, ia tak perduli jika sang ayah kembali meluncurkan tendangan atau bahkan pukulan untuknya, ia tidak perduli. Karena saat ini, yang ia pikirkan hanyalah ia harus menunjukkan pada sang Ayah bahwa ia bisa mewujudkan impian pria tua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF WE LOVE AGAIN
RomanceAngin malam yang terasa dingin perlahan menusuk permukaan kulit pemuda tampan itu, ia berdiri memandang kelap-kelip pemandangan kota seoul dari jendela kamarnya. Bersedekap dada sembari termenung memandang kejauhan. Ia berulang kali menghela napas...