My big question for all of you guys, kenapa kalian malas komen dan vote?
Kalo kalian ga vote dan komen HunQueen ga bakal update!
***
Setelah menghabiskan waktu di ruangan rahasia di rumah Sehun, kini Lisa berdiri termenung menatap seorang perempuan yang tampak kalut dengan duduk di lantai bersandar pada ranjang tidurnya.
Kim Jisoo. Perempuan cantik itu duduk termenung sembari menggigiti kukunya, pikirannya melayang jauh. Entah bagaimana caranya tapi ia merasakan hawa yang begitu dingin di kamarnya. Ia menoleh kanan kiri lalu menutup jendela saat menyadari benda tersebut masih terbuka lebar.
Ia terkejut saat tiba-tiba kamarnya seolah di hempas angin ribut. Hordeng yang menutupi jendela tiba-tiba berkibar kencang, lampu tidur di samping kasurnya tiba-tiba jatuh membentur lantai. Beberapa benda di atas nakas tempat tidurnya ikut berserakan seolah di hempaskan seseorang, membuatnya bergidik ketakutan.
"Ya! Ya! Kenapa ini?" Jisoo berjalan menghimpitkan tubuhnya pada dinding, berusaha menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.
"Kim Jisoo!"
Jisoo seolah mendengar seseorang mendesiskan namanya, membuat bulu kuduknya meremang ketakutan. Ia beringsut duduk memeluk kedua lututnya di sudut dekat jendela. Mengatur napasnya yang mulai tak beraturan.
"Berani-beraninya kau menghianatiku!" Lisa berucap marah sembari menghempaskan semua barang yang ada di meja rias Jisoo, beberapa produk kecantikan milik perempuan itu pecah tak tersisa.
Sekali lagi angin bertiup kencang, kali ini lampu di ruangan itu ikut padam, menyisakan temaran cahaya bulan.
Lisa berdiri menjulang di hadapan Jisoo yang semakin gemetar, ia melihat bagaimana perempuan yang sudah ia anggap saudaranya itu menangis tergugu.
Jisoo merasakan tenggorokannya tercekat seolah di cekik seseorang saat -- tanpa sepenglihatannya-- Lisa mencengkram lehernya erat. Berdesis marah saat menyadari betapa bodohnya dia selama ini karena mempercayai Jisoo.
"Aku tidak akan membiarkan hidupmu tenang." Bisik Lisa tepat di hadapan Jisoo yang berusaha menghirup udara sebanyak mungkin saat ia merasa akan mati detik itu juga.
"Kau akan merasakan penderitaan di setiap detiknya. Dasar tidak tau di untung!" Dengan begitu Lisa menghempaskan cengkramannya membuat Jisoo menghirup oksigen di sekitarnya dengan rakus.
Perlahan angin yang sedari tadi bertiup kencang mulai berhenti, menyisakan udara lembab akibat pendingin ruangan. Kamarnya yang terlihat mirip kapal pecah tak di perdulikan Jisoo saat ia dengan cepat berdiri lalu menyambar ponsel dan kunci mobilnya juga tas. Berlari meninggalkan kediamannya masih dengan rasa takut yang menyelimuti.
***
Jisoo berdiri sembari menunduk di depan sebuah pintu apartment. Tangannya mengepal dan sedikit bergetar, ia menunduk menatap kakinya sembari berpikir keras.
Haruskah ia mengetuk pintu itu? Atau, ia bisa langsung masuk?
Tangannya terangkat bersiap untuk memasukkan pin pintu, tapi sedetik kemudian ia urungkan niatnya itu, ia berbalik dan memilih meninggalkan apartment itu dengan air mata membasahi pipi.
Ia kembali pada mobilnya, duduk termenung memluk stir mobilnya dengan perasaan gamang bercampur resah.
"Aahhkkk!"
Jisoo memukul stir berulang kali mengesampingkan rasa sakit yang menjalari tangannya. Ada ketakutan yang tersirat di benaknya.
Bagaimana jika semua yang telah ia rencanakan hancur sia-sia? Bagaimana jika semua yang telah ia lakukan sejauh ini hanya berbalaskan kekecewaan? Bagaimana jika ayahnya kecewa? Bagaimana jika ia gagal menjadi anak yang membanggakan ayahnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
IF WE LOVE AGAIN
RomanceAngin malam yang terasa dingin perlahan menusuk permukaan kulit pemuda tampan itu, ia berdiri memandang kelap-kelip pemandangan kota seoul dari jendela kamarnya. Bersedekap dada sembari termenung memandang kejauhan. Ia berulang kali menghela napas...