BAB 25🥀

21 7 0
                                    

Happy reading ❤️‍🩹
*
*
*
*

Bel pertanda jam istirahat pertama telah berbunyi sepuluh menit yang lalu, para siswa-siswi yang berada di dalam kelas juga telah berhamburan pergi ke tempat tujuan mereka masing-masing, Begitu juga dengan Luna dan Lily kedua gadis yang telah resmi menjadi sahabat beberapa hari yang lalu.

Kedua gadis cantik itu terlihat berada di kantin kedua tempat favorit Lily. Di bangku paling ujung, terlihat keduanya tengah duduk manis sembari menunggu pesannya masing-masing.

"Na, jangan dengerin kata-kata mereka ya! Gue tahu kok mereka tu cuma sirik dan iri sama Lo Karna bisa berangkat bareng sama ka Andra" ucapnya menatap lurus ke arah Luna yang terlihat memainkan Handphone Apple gigit dengan mimik wajah serius.

Gadis berambut sebahu itu meletakkan Handphonenya asal, Luna menatap balik ke arah Lily yang juga menatap ke arahnya. ia tersenyum tipis. "Gue gak akan terpengaruh dengan kata-kata sampah yang mereka keluarin liy," ucapanya santai sembari menyadarkan tubuh mungilnya pada sandaran bangku kantin.

Lily Tersenyum, "bagus lah," ujar lily tenang.

Tak lama pesanan mereka tiba, Bu kantin mulai meletakkan nampan yang berisikan bakso serta mie ayam ke meja, tak lupa Luna dan Lily mengucapkan terimakasih yang diangguki ramah oleh ibu kantin.

Lily menatap bakso Miliknya lapar, gadis berambut sepinggang itu mengangkat tangannya untuk berdoa sebentar.

"AMIN!" Lily mulai melahap nikmat bakso berukuran boal pingpong yang berada di hadapannya cepat, lihat lah ia benar-benar tak mempedulikan tatapan-tatapan sinis dan norak yang dilontarkan kepadanya.

Prinsip Lily teh gini, "abaikan saja selagi mereka tidak membuat mu rugi!"

Lily Tersenyum miring sembari menatap wajah-wajah menyebalkan disekitanya acuh, 100% ia benar-benar ingin mencakar habis wajah-wajah songong itu sekarang!!"

Ia mengalihkan perhatiannya ke arah gadis berambut sebahu, Lily menatap dalam wajah cantik Luna yang kini terdiam, sembari menatap kosong ke arah lain.

Lily menyenggol pelan siku Luna guna menyadarkan gadis itu dari lamunannya sesaat, "Na? Dimakan mie ayam Lo keburu dingin itu" ucap Lily menunjuk mie yang berada di hadapan Luna

Aluan melirik tak berselera ke arah mangkuk mie nya, gadis itu menggeleng kecil. " Gue gak mau, Lo aja yang makan ya? Tenang entar gue yang bayar"

Lily menggeleng tak habis pikir, "mesen makan bukannya di makan malah di kasih ke orang! Lo kalo gak niat buat makan gak usah mesen na mubazir tau!" Omelnya berkacak pinggang, lihat lily benar-benar terlihat seperti Andra sekarang.

Luna mengangguk, "sorry liy gue gak bakal ngelakuin kesalahan yang sama lain kali" Luna mengedikan sebelah mata kanannya ke arah Lily yang kini gengsi memperlihatkan kedutaan senyum dibirainya.

Luna meraih lengan kanan gadis berambut sepinggang untuk di rangkulnya, "i'm so sorry liy, gue gak bakal mesen sesuatu yang sebenarnya gak gue butuhkan lagi deh" sumpahnya menunjukan raut wajah se-menyedihkan mungkin ke arah gadis berambut sepinggang.

Lily menatap ceria ke arah Luna, "gue maafin dehh, tapi ada syaratnya.." Luna mengangkat sebelah alisnya bertanya, "apa?"

Lily Tersenyum misterius, "Entar malam temanin gue ke rumah sepupu gue!"

*
🥀🥀🥀
*

"Assalamualaikum! Luna pulang" teriaknya berlari cepat ke arah anak tangga sembari menenteng tas sekolahnya di bahu.

"Waalikumsalam, nona nanti turun makan ya!"

Gadis itu mengangguk sembari tersenyum, "siap bi!" Ujarnya memperagakan gaya hormat.

asisten rumah tangga yang kerap disapa bi sulas tersenyum tipis, "bahagia selalu nona Luna" batin nya kembali melakukan perkejaan yang sempat tertunda.

Brak!

"Huft pusing.."Lirihnya merebahkan tubuh pada kasur bernuansa hitam putih, gadis itu memejamkan mata sesaat lalu membukanya lagi secara beberapa detik.

"Ini Kenapa jadi makan pusing?" Lirihnya memijat pelipis yang berdenyut nyeri.

Gadis itu memaksakan dirinya untuk beranjak dari kasur. Sebelumnya ia susah Mengganti seragam sekolahnya menjadi baju santai biasa.

Menuruni tangga lantai bawah secara perlahan dengan senandung kecil yang mengiri, Luan sudah berada di lantai terbawah namun ia harus di kejutkan dengan kehadiran seseorang yang telah lama ia rindukan kehadirannya, namun.. tak dirinya pungki bahwa seseorang itu juga adalah alasan untuk  membunuh dirinya secara perlahan.

Gadis itu melangkah secara perlahan ia menatap rindu wajah ayu yang sudah tak muda lagi, aluna berhenti sesaat ia mencubit keras lengan kanannya guna menyatakan bahwa seseorang yang berada di hadapannya itu asli Dan bukan ilusi semata.

Dan... Ya ini asli!

Air mata mulai mengalir dipeluk mata hazel Luna, ia Tersenyum menyembunyikan rasa trauma di balik topeng wajah bahagia.

Gadis itu mendekat, tangannya sudah berniat mengapai lengan wanita yang telah rela melahirkan dirinya, namun wanita itu langsung menpis kasar.

Luna Tersenyum getir, "bunda belum berubah" batinya Tersenyum miris.

"B-bunda? Giman kabarnya, baik? Sehat? Bunda sudah mak-"

"Diam!" Ucap Lia dingin, wanita setengah baya itu berlalu pergi dari lantai bawah menuju lantai tiga, meninggalkan kembali luka baru di hati mungil Luna.

Gadis itu memaksakan Tersenyum walaupun air mata tetap turun dengan deras di pipinya, "masih sakit seperti dulu bunda"

TBC
*
*
*
*
Sempatkan vote syg 😻

Semesta Untuk Aluna [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang