No Chance for Greyson Chance

6 0 0
                                    

Aku pernah punya kenalan, kita samarkan namanya menjadi Ve, aku berkenalan dengannya saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar dulu. Dia adalah anak laki-laki keturunan Tionghoa yang menetap di Malaysia. Kami bertemu karena berasal dari satu fanbase, yaitu 'Diary of a Wimpy Kid', dia masih berumur empat belas tahun sementara aku berumur sebelas tahun saat kami bertemu.

Waktu itu bahasa inggrisku juga belum lancar, jadi penulisanku saat bicara dengannya sangat asal-asalan dan jelek. Aku hanya berbicara dengannya sebisaku, tapi aku sangat bersyukur bisa bertemu dengannya, karena akibat pertemuan itu, aku jadi meng-evaluasi kembali kemampuanku untuk berkomunikasi menggunakan bahasa inggris.

Dia adalah orang yang sangat ramah, aku berbagi banyak hal dengannya. Lalu ia mengenalkanku kepada Greyson Chance. 

Lucunya, bukan hanya mengenalkanku pada Greyson Chance, ia juga juga mengaku-ngaku sebagai teman akrabnya Greyson Chance dan berpura-pura sebagai Greyson Chance, entah apa tujuannya untuk bersikap seperti itu. Mungkin karena masih remaja, masih labil dan mencari validasiku untuk dianggap keren.

Tapi, fokusku bukan untuk menceritakan perihal itu dalam bagian ini. 

Aku ingin menceritakan kekagumanku pada Greyson Chance pada saat itu.

Akibat pertemuanku dengan Ve, aku jadi terkagum-kagum dengan Greyson Chance

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akibat pertemuanku dengan Ve, aku jadi terkagum-kagum dengan Greyson Chance. Menurutku, Greyson Chance itu sangatlah unreal. Wajahnya sangat cantik. Penuh kelembutan.

Dulu juga sangat banyak perempuan Indonesia yang menggilai Greyson Chance. Fanbasenya sangat ramai di Twitter. 

Kecuali aku. Saat itu sebenarnya, aku tidak terlalu tertarik dengan Greyson Chance. Aku lebih tertarik dengan temanku sendiri: Ve.

Namun semakin diperhatikan, Greyson Chance ini wajahnya manis juga. 

Dalam fanbase itu, aku bertemu dengan teman-teman baru. Asal mereka ada yang dari Jakarta, Lampung. Ada pula yang berasal dari Palembang, Jawa Tengah, lalu beberapa berasal dari Bali. Pikirku, betapa beruntungnya! Karena Greyson pernah mengunjungi Bali, itu berarti mereka pernah menemui Greyson Chance.

Aku mencari-cari fakta tentang Greyson, ternyata saat ia remaja juga pernah mengunjungi Jakarta. Tepatnya saat ia melakukan world tour. Ia bilang, ia menyukai Nasi Goreng dan Pisang Goreng.

Bahkan dulu aku suka membaca fiksi penggemar mengenai Greyson Chance. Aku sempat mengira orang yang ada di mimpi-mimpiku adalah Greyson.

Dalam angan-anganku. Aku ingin menikahinya. Aku ingin punya keluarga yang artistik. Di mana Greyson akan memainkan piano saat aku melukis. Kupikir: Oh, betapa indahnya untuk mendapatkan inspirasi lukisan dari nada-nada yang dia ciptakan.

Lalu akan aku ceritakan ke semua orang. "Aku mencoba untuk melukis dari nada-nada yang suamiku ciptakan."

Penuh harmoni, penuh warna dan penuh harapan. Itu bayanganku saat itu. Se-grandeur itu, se-PDA itu, se-dramatis itu. Meskipun sejatinya sesederhana aku melukis dan ia bermain piano.

Karena hal tersebut. Maka kuputuskan untuk belajar di salah satu sekolah vokasi negeri yang berlokasi pada Jakarta Timur. Sebenarnya, Greyson Chance bukanlah satu-satunya hal yang membuatku ingin masuk sekolah vokasi, melainkan aku juga memiliki ketertarikan dalam dunia seni.

Seingatku, tanggal di hari pertama masuk sekolah masih dekat dengan ulang tahunku. Aku sangat bersyukur bisa diterima di sana. Aku merasa inilah hadiah yang Allah berikan kepadaku.

Aku langsung mengabari teman dekatku saat itu via email. Namanya Alif. Kami sama-sama diterima di sekolah yang kami inginkan. Ia menemaniku dalam senang, sedih maupun susah, membaca semua curhatan-curhatan tidak pentingku, mengingatkanku untuk tidak mengakhiri hidupku- lagi.

Seminggu kemudian kami melakukan perkenalan. Kami memperkenalkan diri kami masing-masing di depan kelas. Aku masih merasa senang sekali untuk bisa belajar di salah satu sekolah impianku. Aku kira aku tidak akan diterima. Ternyata, aku diterima masuk!

Alif bilang, dia mau ikut ekstrakurikuler basket, bertanya padaku, apakah ada ekskul yang ingin aku ikuti? Aku jawab, ya, ada, aku ingin ikut ekskul jurnalistik dan musik.

Sebulan kemudian semasa rehat-rehat di kelas. Aku iseng untuk membuka instagramku.

Deg!

Satu postingan dari Greyson Chance menjadi postingan pertama yang aku lihat.

Masalahnya, bukan suatu postingan yang aku sukai.

Ia memasang bendera LGBTQIA+ di instagramnya. Kalau kata orang-orang, dia keluar dari kloset. Dalam postingan itu, dia membuat suatu pernyataan panjang bahwa ia adalah seorang homoseksual.

Saat itu, hatiku merasa sangat hancur. Aku membeku. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Aku mengabari Alif. Lantas reaksi Alif? Dia tertawa.

Tentu, kau pikir, dengan rencana yang sudah tersusun matang sedemikian rupa. Kau pikir, kau benar-benar akan menuntaskan segalanya.

Tetapi tidak, Allah berkata lain, Yang Maha Mengetahui selalu punya takdir yang lain.

Penantianku dalam pertemuan dengan Greyson berakhir begitu saja setelah empat tahun lamanya. 

Setelahnya, aku menangis, merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Kenapa harus Greyson. Kenapa ia begitu? Aku pikir, mungkin Greyson ini memiliki trauma, mungkin Greyson ini terkena pengaruh buruk, mungkin Greyson ini blablabla..- aku cari terus menerus kenapa ia menjadi seperti ini. 

Namun, preferensi seksual adalah preferensi seksual. Perihal seksualitas itu rumit dan tidak bisa diubah. Bahkan kita berada pada spektrum seksualitas masing-masing. Aku tidak punya pilihan lain selain melepas Greyson. 

Meskipun begitu, aku masih ngotot, sangat ngotot. Aku masih menginginkan rencanaku berjalan, terlalu meyakini aku akan berakhir dengannya. Berminggu-minggu kemudian, dengan segenap kengotot-an dan ke-sok-tahuan itu, aku memutuskan untuk menemui guru agamaku untuk bertanya.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al-Baqarah: 216) 

Finding BetelgeuseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang