Pertandingan Indonesia melawan Korea Selatan adalah pertandingan terakhir yang Sarah dan Alvin tonton secara langsung di Qatar, besok mereka sudah harus pulang ke Jakarta. Mereka harus kembali ke rutinitas awal tentu saja. Malam ini mereka menonton di premium tribun atas paksaan Nathan yang menginginkan mereka menonton dengan nyaman. Tapi sepanjang jalannya pertandingan Sarah benar-benar tidak konsentrasi, masih terpikir tentang pesan dari Pak Faisal.
Indonesia kembali unggul 10-12 dari Korea Selatan melalui adu pinalti. Sungguh ini adalah drama sepak bola pertama bagi Sarah. Melihat mereka semua berjibaku bermain lebih dari seratus dua puluh menit membuat Sarah merasa lelah secara mental. Tapi setiap melihat bagaimana Nathan dan timnya bersemangat melakukan serangan dan perubahan taktik Sarah merasa mendapat kekuatan penuh untuk kembali mendukung.
Selesai pertandingan, beberapa pemain naik menuju tribun untuk memeluk keluarga mereka yang hadir, sementara Nathan hanya menitip pesan melalui seorang steward untuk menjemput Sarah agar mereka bisa mengobrol di lorong menuju ruang ganti. Hanya satu orang yang diijinkan turun, maka Alvin masih tetap duduk bersorak riang dengan suporter lainnya.
Senyum Nathan mengembang saat melihat Sarah turun, gadis itu menunggu Nathan selesai berselebrasi bersama tim dan officialnya.
“Sweety pea~” seru Justin menghampiri Sarah.
“Congratulation everybody!” seru Sarah terbawa suasana, disambut tepukan tangan dari beberapa orang yang mengenal Sarah.
“I'll be here for a while, okay?” ijin Nathan pada tim nya.
“Take you’re time.”
Nathan berdiri, berada dihadapan Sarah, dipisahkan oleh lorong yang tidak terlalu lebar. Senyum Nathan tak berhenti terukhir, nafasnya masih tersengal, bajunya masih sangat basah, bahkan Sarah masih bisa melihat keringat bercucuran turun dari dahinya membasahi sisi wajah Nathan. Sesaat pipi Sarah bersemu merah, menyadari betapa Nathan-nya sangat tampan.
“Kalian hebat sekali, sungguh aku sampai menangis melihatnya.” Seru Sarah.
Dia hanya mampu mengangguk sambil menetralkan nafasnya, “terima kasih.” Sepenggal kata keluar dari mulut Nathan saat nafasnya membaik.
Sarah melihat arah pandangan Nathan, lelaki itu menatap cincin yang melingkar dijari Sarah. “Ada apa? Berniat memintanya?”
Nathan tertawa ringan, “Tidak, itu sangat cantik kau pakai, membuatku merasa memilikimu. Meskipun sebenarnya belum atau mungkin tidak bisa.”
Giliran senyum terukir di bibir Sarah. “Besok aku akan pulang, tidak perlu mengantarku.” Seru Sarah saat Nathan membuka mulutnya.
“Baiklah.” Jawab Nathan mengangguk, “Kau tidak ingin berfoto dengan aset negara? Mumpung aku masih seperti ini?” tawar Nathan.
“Ide bagus, mari berfoto.” Sarah mengeluarkan ponsel dari tasnya, lalu mengarahkan untuk mengambil foto selfie berdua.
Satu
Dua
Tiga
Nathan mendekat dan melingkarkan tangannya ke bahu Sarah, membuat gadis itu menoleh kearah Nathan, sedangkan Nathan tersenyum sangat manis dihadapannya.
“Ih Nathan ga boleh gituuuu..” rengek Sarah.
“Oh maaf, aku hanya terbiasa berfoto seperti itu dengan para fans.” Jawab Nathan menahan senyum. Bohong Nath! Kau mengambil kesempatan kan, gumam Nathan dalam hati, “Mari kita ulang.”
Mereka kembali mengulang foto dengan memberi sedikit jarak. Sarah segera mengirimkan fotonya kepada Nathan setelah lelaki itu merengek takut Sarah menghapus fotonya.
“Aku juga akan kembali ke Rotterdam setelah rangkaian acara ini berhasil. Doakan kami lolos olimpiade ya.”
“Tentu saja.” Jawab Sarah mengangguk gemas, “Kalian pasti berhasil.”
Hening, mereka bingung harus mebicarakan apalagi, tapi Nathan menikmati suasana malam ini.
“Sarah, saya cinta sama kamu.”
Sarah menoleh, menatap Nathan yang melihatnya. Dadanya nyaris meletus mendengar ucapan Nathan. Berani-berani nya Nathan bilang seperti itu. Hei, selama ini hanya suka kan yang selalu Nathan ucapkan.
Ucapan Sarah tergantung diujung lidahnya saat dari ujung lorong suara salah satu official tim memanggil Nathan untuk pendinginan mandi dengan air es.
“Aku pergi ya, aku hubungi nanti.” Seru Nathan berlari meninggalkan Sarah sendiri, mematung melihat kearah Nathan berlari.
--
Hasbi adalah lelaki yang usianya mungkin terpaut dua atau tiga tahun diatas Nathan dan lima tahun diatas Sarah. Tipikal lelaki idaman semua calon mertua di Indonesia. Sarah yakin jika ibu-nya masih ada pasti akan sangat senang. Lulusan dari universitas ternama dan saat ini bekerja sebagai ASN golongan III disalah satu instansi pemerintah. Tinggi dan berkulit terang dengan jenggot tipis dan potongan rambut rapi.
Sarah melihat Alvin tengah menikmati tontonan film di pesawat, dia belum bercerita tentang pesan Pak Faisal kepada Alvin.
“Dek”
“Apa?” Alvin menjawab tanpa menoleh kearah Sarah.
“Kamu ingat Mas Hasbi ngga anak pak Faisal?”
“Inget, kenapa?”
Jengkel tak mendapat atensi dari Alvin, Sarah mematikan layar didepan Alvin, membuat anak itu menggerutu.
“Minggu depan mereka mau ke rumah kita.”
“Ngapain?”
“Melamar kakak.” Jawab Sarah pelan, melamar – batin Sarah.
Alvin diam, mencerna kalimat Sarah, dilihatnya Sarah memejamkan mata, frustasi.
“Kok Mas Hasbi yang ngelamar, kan kakak pacarannya sama Nathan?”
“Kakak ga pacaran sama Nathan.”
“Iya deket lah pokoknya. Kok bisa kak? Terus kakak mau terima apa gimana? Nathan gimana kak?”
Benar, bagaimana dengan Nathan? Selama ini hanya Nathan lelaki yang berterus terang dengan perasaannya terhadap Sarah. Hanya Nathan yang mati-matian mengejarnya, menghapus gengsi, mengacaukan hari-hari Sarah dengan cerita unik yang tiba-tiba tertulis setiap harinya. Hanya Nathan yang mengatakan akan melamarnya. Hanya Nathan yang mengatakan cinta padanya.
Hanya Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan Tjoe A On - Love, Maybe
ФанфикCafe mungil dibelakang hotel yang menjadi tempat tinggal selama TC punggawa Tim Nasional Sepak Bola Indonesia mendadak menjadi favorite saat Ernando dan yang lain mencari tempat sepi untuk beristirahat. Nathan yang bosan memutuskan menyusul Ernando...