TUJUH

1.1K 96 2
                                    

Sarah terkejut saat ponselnya hang karena terlalu banyak notifikasi muncul di layarnya. Gadis itu bahkan sudah menunggu hampir tiga puluh menit untuk memastikan notifikasi berhenti, tapi ternyata tak pernah benar benar berhenti. Diintipnya layar ponsel sekilas, hampir dua ribu notifikasi muncul dilayarnya. Ada logo instagram, whatsApp dan misscall yang belum sempat dia cek.

”Ini kenapa begini..” gumamnya sambil mulai mengecek ponselnya.

Hal pertama yang dia cek adalah panggilan masuk dari Sania sebanyak lima kali dan Yudis sebanyak dua kali. Lalu beralih ke instagram milik Secret Garden Cafe, ada following hampir delapan ratus, beberapa nama dia kenal, seperti Justin, Ivar, Nathan, Rafael, Marselino, Ridho dan masih banyak lagi, sedangkan tujuh ratus lima puluh sisanya dia tidak mengenali.

Ada banyak foto yang dibagikan oleh Justin dan teman-temannya, foto makanan dan minuman, ambience, foto dan video candid mereka tempo hari juga ada, bahkan ada yang mengupload foto kue kering yang Sarah kirimkan ke hotel tempo hari. Justin benar, endorse gratis dari mereka sepertinya akan sangat bermanfaat. Jemari Sarah mulai mengklik tanda follow back  ke akun yang dia kenal.

Selesai dengan akun milik Secret Garden, gadis itu beralih ke instagram pribadinya, sama- hampir seribu followers mengikutinya. Dia kembali melihat beberapa foto yang menjadikan dirinya sebagai tag-ing person. Sama dengan sebelumnya, Sarah kembali mengikuti akun-akun yang dia kenal.

NathanTjoe-A-On started following you.

Jari Sarah terhenti membaca notifikasi itu, dia yakin Nathan tidak mengikuti Secret Garden, tapi lelaki itu mengikuti akunnya. Di klik nya nama Nathan untuk melihat feed Instagram, terpampang banyak foto yang tidak jauh dari dunia-nya, sepak bola. Foto terakhir ada foto tentang makanan yang pernah dia pesan dari Secreet Garden lengkap dengan caption dan tag nama cafe tersebut.

Ada satu foto Nathan yang menarik perhatiannya, Nathan mengenakan stelan jas rapi dengan peci hitam mencium bendera, terlihat malu-malu.

”Hoy!” Sarah menjatuhkan ponselnya saat Yudis menggebrak meja kasir, ”Apaan sih lu disalamin dari masuk cafe ga denger, pake tws lu?”

Sarah memungut ponselnya, diiringi dengan tatapan mata Yudis, ”Lagi liat notifikasi masuk banyak banget gegara mulai pada upload feed yang ide Justin waktu itu.”

Yudis merebut ponselnya, melihat layar dan mencebikan mulutnya, ”Feednya muka Nathan nyium bendera iya?”

”Itu tadi kepencet pas lu kagetin gue.” jawab Sarah sambil keluar dari meja kasir dan duduk disalah satu kursi.

”Mereka udah di bandara kayaknya, gue liat berita tadi di instagram.” Yudis menyusul duduk disisi lain meja.

Sarah mengangguk ringan, ”Bagus lah, semoga menang, biar lolos ke kualifikasi piala dunia.”

”Trus lu apa kabar sama Nathan?” tanya Yudis memulai, ”Jangan bilang ga ada apa-apa deh, pas kemaren mereka disini, gue sama Sania ngomongin kalian.”

”Ya emang ga ada, sama kayak yang lain pelanggan, temen doang, sekarang orangnya pergi yaudah.” jawab Sarah masih membuka instagramnya, sudah diputuskan untuk mengikuti balik akun instagram Nathan.

”Dimaaas, gue pesen americano dingin ya satuuuuu!” teriak Yudis, lalu beralih ke Sarah. “Heh, gue sama Sania ga buta ya, tuh cowok emang ketawa-ketawa sama temennya, tapi matanya ke elu, apalagi kalo elu ikut senyum apa ketawa tuh cowok ampe jilat bibirnya, kek pen makan elu.”

Mata Sarah membulat, “Astaghfirullah gila serem banget si lu!” ucapnya sambil tertawa.

Sarah tau yang dimaksud Yudis, bahkan Nathan sendiri sudah menyampaikannya kan semalam. Tapi ya sudah jadikan itu rahasia antara dia dan Nathan, dan CCTV cafe tentu saja.

--

Nath, oh God, Your suitcase has passed twice!” seru Rafael, Nathan yang ternyata sejak tadi melamun tergelagap, mereka sudah berada di bandara Noi Bai dan sedang menunggu bagasi.

Nathan mengangguk, ”I’ll wait until third.” jawabnya seadanya.

Justin merangkulnya, “You never broken heart before?”

Hanya melirik, Nathan tak berniat menjawabnya, bertepatan dengan kopernya yang akhirnya lewat untuk ketiga kalinya, diambilnya koper abu-abu dengan tag N.T dan meninggalkan area conveyor bagasi. Memasang airpods max dan menyalakan music di itunes nya.

“Nathan kenapa?” tanya Jeje pada Ridho saat melihat Nathan besandar di pilar bandara dan memejamkan matanya.

Ridho menaikan kedua bahunya, ”kayaknya udah betah di Jakarta dia.”

Paham benar dengan perasaannya kali ini, Nathan lebih memilih meredam gejolak rasanya sendiri, jangan menghibur diri, it’s okay to not to be okay right? Ada waktu beberapa jam sebelum besok dia harus baik-baik saja, harus berlatih lebih keras lagi, meredam galaunya dengan melahap semua menu latihan yang disiapkan jajaran kepelatihan. Jadi nikmati saja dulu.

Itunes nya yang tidak pernah memutar lagu galau tiba-tiba memunculkan lagu galau dengan beat rendah, mendayu, membuatnya semakin meresapi penolakan dari Sarah. Penolakan yang menusuknya dari hati-hati sampai ke ubun-ubun, bukan karena gadis itu tidak menyukainya, tapi karena gadis itu mengingatkan mereka punya cara berdoa yang berbeda, bahkan jauh sebelum mereka bertemu, bahkan cara berdoa mereka tidak akan pernah bisa sama meskipun Nathan mengusahakannya.

Mungkin benar apa yang dikatakan Sarah, Nathan hanya penasaran karena pertama kali ada perempuan yang bahkan untuk disentuh saja tidak bisa, yang setiap mereka berhadapan selalu memundurkan dirinya untuk memberi jarak, yang ketika ditatap berlama-lama akan membalasnya dengan senyuman tulus tanpa menggoda. Ya Sarah benar, Nathan hanya penasaran, Nathan yakin besok saat coach shin melempar menu latihan Nathan melahapnya dan akan melupakan segala rasanya untuk Sarah. Toh setelah ini mereka akan berpisah dan tidak akan bertemu lagi bukan?

Nathan Tjoe A On - Love, MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang