TUJUH BELAS

1K 116 10
                                    

Nathan masih terduduk dengan lesu saat matahari pagi benar-benar menyinarinya yang duduk di tepi lapangan, mempersiapkan diri untuk berlatih pagi ini. Dia tidak menyangka Coach Shin memberinya response diluar dugaan. Semalam setelah Coach Shin pergi yang dilakukan Nathan hanya menangis hingga ketiduran, hingga saat terbangun Jeje sudah pergi dan berganti dengan Sandy yang sudah tertidur di tempat tidur lain di kamarnya.

“Udah nangisnya?” goda Marselino mengambil tempat duduk di samping Nathan, mengeluarkan sepatu dari tas tenteng kecilnya.

Menguap sambil menggosok kedua matanya, Nathan melihat kearah lapangan yang sedang disemprot oleh sprinkle. “Mataku berat sekali rasanya. Masih ingin tidur.”

“Lu tuh di lapangan aja semua orang dimarahin, giliran jatuh cinta sama patah hati, satu tim plus official dibikin ikut ngerasain.” Ucap Marselino.

Thanks ya.” Jawab Nathan sambil tersenyum.

Jadi ini adalah patah hati ketiganya dengan Sarah ya? Bagaimana bisa orang yang sama membuatmu jatuh cinta dan sakit hati dalam waktu berulang.

Berdiri melakukan pemanasan ringan, Nathan kemudian melangkahkan kakinya ke lapangan. Menyentuh rumput, membuat tanda dari dahi, dada, dan bahu kanan kirinya, menggenggam kedua tangannya dan berdoa.

“Tuhan, berkahi aku, berkahi setiap langkah yang aku ambil diatas tanah ini, dan berkahi mereka yang mencintaiku dan aku cintai. Maksud aku, Sarah juga Tuhan.”

--

Seorang wanita berusia awal tiga puluhan duduk di ruang tunggu lobby hotel, rambut brunette nya dibiarkan tergerai indah, disampingnya terdapat sebuah koper berukuran sedang. Matanya tengah sibuk melihat begitu ramainya situasi diluar hotel, para fans tim sepak bola – begitu informasi yang dia dapat dari security di area hotel.
Suara teriakan begitu riuh saat sebuah bus merah bertuliskan graviti INDONESIA dan ornamen-ornamen lain berhenti di lobby hotel. Puluhan pengamanan dari steward dan polisi terlihat langsung membentuk pagar betis, tidak lama pintu bis terbuka, menampilkan deretan laki-laki dengan seragam tim yang sama.

“Ah itu mereka datang!” batin wanita tersebut.

--

Menerima beberapa cinderamata dari para penggemarnya, Nathan terkejut saat melihat wanita yang dikenalnya mengangkat tangan dan melambai kearahnya.

Joy? Wat doe je hier?”

Perempuan bernama Joy itu menghampiri Nathan dan memeluk Nathan sesaat, “Seseorang, menghubungiku dan berkata, Joy adikmu hampir mematahkan tulang rusuk seseorang dengan kakinya, lalu sekarang dia terancam dikeluarkan dari sekolah.”

“Siapa yang menghubungimu?”

Joy menunjuk seseorang dengan dagunya, yang dibalas dengan dengusan oleh Nathan.

“Hai Joy, you’re arrived.” Sapa Sandy memeluk Joy. “Aku menelponnya dan Joy bilang, aku akan segera datang. Sebelum anak itu mengacaukan semuanya.” Sandy menirukan apa yang Joy katakan dalam sambungan teleponnya.

Come on, it’s just a simple things.” Kelit Nathan, tidak suka dianggap kecil oleh Joy dan Sandy. “Kau dari mana? Kenapa cepat sekali bisa sampai ke Indonesia?” lanjut Nathan.

Joy menghabiskan jus strawberry miliknya dan memakai shoulder bag nya, “Aku dari Thailand, bawa koper ini ke kamarku.” Ucapnya mendahului Sandy dan Nathan yang memasang wajah kesal.

--

Mas Hasbi
Aku jemput malam nanti, kita ambil cincin.

Sarah membaca pesan masuk dari Hasbi. Sejak kejadian perkelahian Nathan dan Hasbi, demi melindungi Nathan, Sarah memutuskan untuk menerima lamaran Hasbi. Mereka kini sedang dalam tahap mempersiapkan pesta pertunangannya. Tidak ada rasa excited sedikit pun dalam hati Sarah untuk menghadapi pertunangan ini, bahkan Alvin bilang, kita batalkan saja pertunangannya kalo lu ga mau kak! Gue ga mau lu jadi gila!

Pintu cafe terbuka, memunculkan seorang wanita dengan dress musim panas yang sangat cocok dengan tema Secret Garden. Sarah menyapanya, menawarkan beberapa menu yang tersedia hari ini. Sebelum akhirnya menanyakan nama pemesan yang akan diinput di sistemnya.

“I’m Joy Tjoe A On.” Ucap wanita tersebut, menghentikan jari Sarah.

Tjoe A On.. apakah Tjoe A On yang sama dengan Tjoe A On yang benar-benar dia rindukan belakangan ini?

If you think I know about Nathan, Yes Right! I’m his sister.” Lanjut Joy saat melihat perubahan yang terjadi pada gerak-gerik Sarah, membuat Sarah sedikit kelabakan.

“Bisa kita mengobrol sebentar?” ajak Joy.

Joy dan Sarah duduk berhadapan, ada beberapa kue dan Jus pesanan Joy yang tersaji dihadapannya. Menunggu Joy membuka pembicaraan, Sarah memainkan cincin pemberian Nathan yang masih setia melingkar di jarinya.

Meletakkan gelas Jus-nya, Joy menyandarkan punggungnya di sandaran kursi mengedarkan pandangannya pada seluruh penjuru cafe, “Aku pernah melihat foto-foto cafe ini di ponsel Nathan, melihat fotomu di kasir, melihat fotomu membereskan meja, melihat fotomu menyiapkan pesanan, dan melihat fotomu tersenyum dan Nathan melihatmu dengan senyum juga, dibangku sebelah situ.” Joy membuka obrolannya menggunakan bahasa inggris.

“Adikku cukup sering kemari sepertinya ya?”

Sarah mengangguk, “hampir setiap hari dia kemari ketika berada di Jakarta.”

“Nathan memang selalu bersemangat tentang hal-hal yang dia sukai. Sepak bola, party, kemeja putih, dan kau.” Lanjut Joy membuat Sarah bersemu mendengar dirinya disebut dalam deretan hal yang disukai Nathan.

“Sebelum dengan Nathan siapa laki-laki yang pernah dekat dengan mu?”

“Tidak ada, saya tidak berkencan.”

Giliran Joy yang mengangguk, sama seperti yang Nathan ceritakan, Sarah tidak berkencan.

“Seingatku Nathan hanya sekali berkencan saat masih berusia empat belas tahun, dengan seorang gadis yang dia kenal ditempat bimbingan belajar. Lalu berakhir begitu saja setelah mereka tidak lagi mendapatkan kelas bimbingan yang sama. Setelah dia dewasa, hanya Gina yang pernah dia sebut, sebelum akhirnya dia selalu menyebut Sarah, Sarah dan Sarah.
Bahkan dia berwacana akan mengganti kepercayaan setelah kau menerima lamarannya. Orang tua kami mengijinkan, tapi sepertinya takdir tidak ya.” Joy melihat Sarah yang hanya menunduk masih mempermainkan cincin di jarinya, Joy tahu cincin itu, Nathan membelinya sepulang dari Jakarta bulan lalu.

“Saya meminta maaf untuk apa yang terjadi diantara kami. Saya punya alasan untuk tidak bisa bersama Nathan. Saya ingin Nathan...”

“Terima kasih sudah membuatnya tidak menjadi terdakwa di kasus penganiayaan yang mungkin akan tunanganmu laporkan ke pihak kepolisian.” Sahut Joy membuat Sarah menutup rapat bibirnya.

“Aku bukan mengintimidasi dirimu. Aku hanya ingin berterima kasih kepadamu. Dan memberitahumu bahwa Nathan tidak pernah bermain-main dengan apa yang dia inginkan. Jadi selama dia masih mengejarmu dan kamu masih menginginkannya silahkan teruskan, sebelum kamu menyesali saat Nathan bahkan tidak lagi ingin mendengar namamu.” Ucap Joy mengakhiri pembicaraan mereka.

Nathan Tjoe A On - Love, MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang