Hari sebelum pertandingan world cup qualification melawan Irak dimulai, Nathan dan Joy memutuskan untuk menghabiskan waktu mereka dengan makan malam disalah satu pusat perbelanjaan disekitar Senayan. Joy, berkali-kali mengeluh karena Nathan kini sudah memiliki ketenaran melebihi selebritis, sehingga Joy harus membantu mereka mengambil foto.
Sejak pertandingan melawan Tanzania beberapa hari yang lalu, Joy baru menyadari bahwa adikknya sekarang sudah menjadi Idola. Ratusan supporter wanita meneriakkan namanya tiada henti, bahkan ada yang membawa spanduk besar bergambar wajah Nathan. Joy semakin sebal saat adiknya sudah menyadari bahwa dia tampan. Nathan tak hentinya tersenyum, melambaikan tangan dan bahkan si anak sialan itu membuat love sign dan membuat gempar seluruh isi stadion.
“Aaaaah aku bisa gila pergi denganmu!” gerutu Joy saat baru saja mengakhiri sesi foto dan tanda tangan bersama Nathan dan penggemarnya.
Nathan tertawa, “Bagaimana jika aku membuka fan meeting with Nathan Tjoe A On?”.
Joy dan Nathan kembali tertawa, saat kemudian langkah Nathan terhenti mendapati Sarah dan Hasbi keluar dari outlet perhiasan. Sarah terlihat berjalan dibelakang Hasbi sedangkan Hasbi terlihat sibuk dengan ponselnya dan menenteng satu paperbag bermerk dari toko perhiasan.
“Saraaaaaah, my soon to be sister in law!!!!” teriak Joy menghampiri Sarah dan memeluknya, mengabaikan Nathan yang meniup rambutnya kesal karena kakaknya pasti akan memulai drama.
Sementara Hasbi, lelaki itu menengok dan melihat kearah Joy dan Sarah dengan pandangan yang sama bingungnya.
“Pardon? What you Say?” tanya Hasbi saat Joy melepas pelukan Sarah.
“My soon to be sister in law?” ulang Sarah.
“Siapa yang anda maksud?” Hasbi masih merasa aneh dengan Joy yang baru kali ini dia temui.
“Of course Sarah!”
“Wait, but she is my fiance!”
Joy memutar bola matanya, “Ku pikir kau ajudannya, mana ada tunangan yang membiarkan kekasihnya berjalan sendiri dibelakangnya?”
Dasar tukang drama, batin Nathan menyiksakan Joy mulai membuat keributan. Pandangannya beralih ke Sarah yang juga sedikit kelabakan menghadapi tingkah Joy.
Hasbi menoleh dan mendapati Nathan berdiri bersedekap mengamati mereka bertiga, “Oh adikmu yang manis itu merengek memohon bantuan kakak perempuannya ya?”
“Mas, sudah jangan ribut disini dilihatin banyak orang.” Sarah berusaha memperingatkan Hasbi.
Sementara Joy tertawa remeh, mendekat kearah Hasbi, “Aku hanya berperan sebagai kakak yang baik. Memperingatkan kepada seorang pencuri untuk tidak menginginkan dan mengambil apa yang seharusnya menjadi milik adikku. Tunggu saja, akan ku cari cara agar adikku mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya.”
--
Sarah tidak lagi perduli dengan perdebatan yang terjadi antara Joy dan Hasbi, yang kini menjadi fokusnya adalah Nathan, yang juga tengah menatap kearahnya. Lelaki itu mengenakan kaos putih seperti biasanya dengan celana pendek berwarna hitam, ditangannya ada gelang berwarna hitam dan perak, rambutnya sedikit lebih rapi dari biasanya, mata tajamnya terlihat lebih cekung, seperti kurang tidur.
Nathan tak sekalipun membalas pesan Sarah, dan tak sekalipun pula dia mengirim pesan ke Sarah. Pesan terakhir yang Sarah terima dari Nathan adalah ketika lelaki itu memintanya menatangi gedung parkir sebuah lokasi, untuk menyaksikkan Nathan dengan sangat brutal menghajar Hasbi, setelah itu tidak adalagi pesan yang saling mereka kirimkan. Untuk saling mengetahui kabar hanya ada instagram story dan WhatsApp story keduanya yang masih saling bisa dipantau.
Hasbi memanggil Sarah untuk segera mengikutinya saat disadari meladeni ocehan Joy adalah hal yang sia-sia. Joy tipikal perempuan yang benar-benar tidak bisa disela omongannya.
Mereka berdua berpapasan melewati Nathan yang berjalan ringan menghampiri Joy, sekilas Sarah melirik, berharap Nathan tersenyum kepadanya atau menyapanya tapi sama sekali tidak, pandangan Nathan lurus tertuju pada Joy, tidak memperdulikan sama sekali Sarah yang berpapasan dengannya.
--
“Aku seperti melihat wanita sinting marah-marah di pusat perbelanjaan.” Ucap Nathan saat mendekati Joy.
Gadis itu memukul kepala belakang Nathan, “Kenapa diam saja? Harusnya saat aku mengomel kau membawa Sarah pergi kemana gitu, kalian habiskan waktu berdua, mengobrol, memperbaiki hubungan.”
“Joy, berhentilah menonton drama romantis. Kau sudah benar-benar gila.” Nathan berlalu meninggalkan Joy yang berteriak memanggilnya.
Memang Nathan akui, memiliki Joy sebagai kakaknya adalah anugerah terindah, perempuan gila itu bisa menjadi garda terdepan baginya sejak kecil ketika ada yang menganggunya. Seperti saat Nathan memutuskan bercerita tentang Sarah beberapa hari yang lalu, dengan gerak cepatnya Joy menghampiri Sarah membicarakan beberapa hal yang dirahasiakan dari Nathan, pun hari ini, Joy mendamprat Hasbi.
Ngomong-ngomong soal Sarah, Nathan merasa gadis itu menatapnya lama tadi dan mencuri pandang saat mereka berpapasan. Membuat Nathan ingin sekali tersenyum lalu menyapanya, membawanya ke cafe dan mengobrol bersamanya. Benar kata Joy, harusnya tadi dia membawa Sarah pergi saja.
--
Seminggu setelah kejadian pertemuan di Mall dan Nathan menyelesaikan semua pertandingannya bersama timnas Indonesia dengan hasil cukup memuaskan. Satu kali imbang melawan Irak dan satu kali menang melawan Filipina, dengan hasil itu Indonesia dinyatakan lolos untuk melanjutkan ke putaran ketiga September nanti.
Berdiri dihadapan Secret Garden, Nathan memasuki cafe tersebut, pemandangannya disambut Sarah yang tengah sibuk menata pastry di etalase. Nathan berhenti, dia merasa ini sama seperti saat pertemuan pertamanya dengan Sarag di kunjungan pertama di cafe ini. Bedanya saat itu Sarah tersenyum dan menyapanya, kali ini mereka hanya saling menatap dan terdiam.
Nathan dan Sarah duduk berhadapan disalah satu meja di cafe tersebut, Nathan meletakkan sebuket bunga dan sebuah paperbag berukuran besar di meja. Belum ada yang memulai pembicaraan, mereka memilih menghabiskan waktu dalam diamnya.
“Aku sudah selesai dengan pertandingan disini, dan akan kembali ke Belanda setelah ini.” Nathan memutuskan membuka suara.
Sarah mengangguk, menelan ludah membasahi kerongkongannya yang terasa kering, “Kapan kau akan kembali?”
“Mungkin September atau November, aku kurang tahu pasti. Ini untukmu. Mungkin ini hadiah terakhir dariku, karena saat kembali ke Jakarta mungkin kamu telah menikah dan menjadi seorang istri.” Ucap Nathan.
“Hasbi bukan lelaki yang baik, jadi aku harap kau bisa menjaga dirimu. Berlatihlah beladiri agar bisa menghajar Hasbi jika lelaki itu membuat masalah.”
Sebuah senyum terukir dibibir Sarah, senyum nelangsa, karena Nathan sepertinya benar-benar menyerah untuk mengejarnya.
“Terima kasih sudah mengorbankan dirimu agar aku tidak mendapatkan masalah. Aku berterima kasih untuk semuanya. Terima kasih sudah pernah menajdi sangat sempurna untukku.” Lanjut Nathan lalu berpamitan.
“Nath, terima kasih sudah selalu mencintaiku.” Ucap Sarah akhirnya, menghentikan langkah Nathan sesaat, sebelum lelaki itu akhirnya melangkah meninggalkan Sarah.
Tangis Sarah pecah, gadis itu menyesal mengapa dirinya tidak mau berjuang seperti Nathan memperjuangkan dirinya. Saat dia memilih berjuang dia justru memperjuangkan karir Nathan dan merelakan kisah cinta mereka yang tidak sempurna ini berakhir begitu saja. Sekarang mau bagaimana? Pesta pertunagannya dengan Hasbi tinggal menghitung hari dan Nathan sudah kembali ke Belanda. Tidak ada cara lagi untuk kembali selain menikmati saja takdir yang sudah mereka pilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan Tjoe A On - Love, Maybe
FanficCafe mungil dibelakang hotel yang menjadi tempat tinggal selama TC punggawa Tim Nasional Sepak Bola Indonesia mendadak menjadi favorite saat Ernando dan yang lain mencari tempat sepi untuk beristirahat. Nathan yang bosan memutuskan menyusul Ernando...