Yudis memasuki Secret Garden dengan terburu, mencari Sarah yang tengah sibuk melayani beberapa pelanggan yang memesan. Cafe sedikit ramai karena ini sudah mendekati jam makan siang, tapi Yudis harus segera membawa Sarah apapun alasannya, waktunya tidak banyak.
“Dimaaaaas! Ariiiiis! Salah satu kesini please gantiin Sarah, gue harus bawa Sarah sekarang!” teriak Yudis dari depan pintu dapur.
“Ada apa sih?”
Yudis berdiri membereskan tas milik Sarah, “Copot apron lu, ikut gue sekarang.”
“Kemana?”
“Ke Plaza Senayan, ayo buruan!”
“Eh lagi rame ini cafe.”
Menarik Sarah lebih cepat, Yudis memaksa gadis itu untuk duduk di kursi kemudi mobilnya. “Lu yang setir, lu bisa lebih ngebut dari pada gue.” Seru Yudis.
Mobil hitam milik Yudis melaju cukup kencang dan bisa membelah kepadatan di tengah jam makan siang yang sebentar lagi tiba. Sementara Yudis, dia sibuk dengan ponselnya dan mengomel, cepetan dikit Sarah, Sania udah nungguin, waktu kita ga banyak dan yang lain sebagainya tanpa memberikan alasan mereka sebenarnya beribut-ribut siang ini karena apa sih.
--
Sebenarnya hanya membutuhkan waktu tujuh menit untuk mereka mengemudi dari Secret Garden ke Plaza Senayan, tapi karena hari sedang turun hujan dan jam mendekati makan siang, lalu lintas mulai terasa padat. Bahkan untuk mencari parkir saja mereka butuh waktu sedikit lebih lama.
Yudis masih terus berjalan dengan terburu menuju ke arah Sogo, mau tidak mau Sarah juga harus mempercepat langkahnya agar tidak terpisah dari Yudis. Tak lama berjalan Sarah mulai menyadari arah dan tujuan Yudis, membawa Sarah ke sebuah acara launching produk olahraga yang bekerja sama dengan Timnas Sepak Bola Indonesia. Ya, Sarah tidak salah, karena saat tiba-tiba Sania datang dan menariknya mendekat kearah kerumunan dia melihat Nathan tengah duduk bersama beberapa orang lainnya diatas stage.
“Nathan harus tau sekarang! Kelamaan nunggu bantuan dari Ernando pas latihan toh sama aja latihan juga mereka dijaga ketat!” seru Sania.
“Ya terus mau gimana?” Sarah masih bingung pandangannya masih terus tertuju pada Nathan yang bergantian dengan beberapa orang lainnya menjawab pertanyaan, sesekali terdengar riuh teriakan dari beberapa penggemar Nathan.
“Maju lu maju dulu yang penting jangan dibelakang banget.” Ujar Yudis dan Sania mendorong Sarah agar mereka bisa mendekat ke arah Stage.
Mereka bertiga berada ditengah-tengah kerumunan penonton dan beberapa baris dibelakang para tamu VIP, tapi Sarah masih bisa melihat Nathan dan sebenarnya jika Nathan sedikit menajamkan pandangan pasti dia bisa menemukan Sarah, terhimpit diantara Yudis dan Sania.
Menunggu beberapa menit belum ada kesempatan untuk memberikan kode kepada Nathan bahwa ada Sarah diantara para penonton yang hadir, sampai akhirnya pembawa acara memberikan pertanyaan kepada Nathan tentang bagaimana rasanya berkerjasama dengan brand olahraga lokal, tepat sebelum Nathan menjawab teriakan Sania menggema membuat semua orang menengok kearahnya.
--
“Nathan! Sarah failed to get engaged with Hasbi!”
Nathan mencari sumber suara, karena teriakan itu begitu mengundang perhatiannya. Sarah batal bertunangan dengan Hasbi katanya, dan ya setelah mengedarkan pandangan dia menemukan Sania dan Yudis berlompat dan mengangkat tangan diikuti sorakan dari penonton. Saat itu pula tatapan Nathan bertemu dengan Sarah. Gadis itu tersenyum kearahnya, membuat hati Nathan merasa hangat, menahan untuk tidak tersenyum nyatanya bibirnya tidak bisa diajak bekerja sama, Nathan tersenyum bukan hanya tersenyum bahkan dia nyaris tertawa.
Sarah-nya, batal bertunangan!
Acara telah selesai, Nathan dan beberapa tamu yang menjadi narasumber dalam acara tersebut turun dari stage dan segera dikawal untuk memasuki kendaraan yang akan membawa mereka kembali ke tujuan masing-masing. Yudis, Sarah dan Sania sempat ikut mengejar rombongan untuk bertemu Nathan, tapi mereka kalah dengan para penggemar lain yang sudah terlebih dahulu mengejar mereka.
“Gila fans timnas ya, udah hampir kayak fans k-pop.” Ucap Yudis.
“Nathan notice ga ya sama omongan gue tadi. Gue udah teriak ampe mo potek lak-lakan gue.” Sania meraba lehernya.
“Kayaknya dia notice deh soalnya dia senyum sama gue.” Jawab Sarah.
“Coba deh tunggu aja, kalo dia notice pasti dia bakalan kirim pesan ke elu. Ga mungkin ngga.”
--
Sampai cafe hampir tutup, tak ada pesan masuk satupun dari Nathan, lelaki itu benar-benar tidak notice teriakan Sania sepertinya. Membuka social media pun sama, tidak ada update apapun dari instagram Nathan. Sarah sedang akan mengirim pesan kepada Nathan saat pintu cafe nya terbuka.
“Maaf kami sudah close order kak.” Ucap Sarah tanpa melihat kearah pintu.
“I don't want to order. I want to meet my dearest, Sarah Noorman.”
Kepala Sarah terangkat cepat, dia mendapati Nathan berdiri didepan meja kasir, dengan setelan seragam latihan dan tas ransel dipunggungnya. Sebagian anak rambut di dahi Nathan terlihat basah, beberapa jerawat muncul di sisi pipi kanan dan kirinya. Benar ini Nathan, tidak salah lagi.
Sarah dan Nathan saling bertatapan sebelum kemudian saling melebarkan senyumnya, meresapi kerinduan satu sama lain yang tertahan, rasa hati yang patah dan suara detak jantung yang kembali menyusun kepingan hatinya.
“Mbak!” seru Dimas dan Aris keluar dari dapur memecah keheningan diantara mereka. “Eh ada mas Nathan.” lanjut Dimas, disambut senyum Nathan.
“Iya Dimas?” jawab Sarah.
“Bentar lagi kita balik ya.”
“Dimas sama Aris lembur bentar ya. Saya butuh bicara sama Nathan. Ngga bisa kalo ngobrol berdua aja.”
--
“So?” tanya Nathan membuka pembicaraan, mereka tengah duduk berhadapan ditengah cafe, sementara Dimas dan Aris sedang duduk di meja lain sambil bermain ponsel.
Sarah tersenyum, “I’m still single. Look, there is no engagement ring. Only this cartier ring from the boy that order mineral water and salad every day on this cafe.” Sarah mengangkat tangannya sambil tersenyum memamerkan jarinya yang masih setia mengenakan cincin dari Nathan.
“What happened to that guy?”
“Hasbi?”
Nathan mengangguk, Sarah menegakkan duduknya, “Seorang gadis mengaku hamil anak dari Hasbi dan menggagalkan acara pertunangan. Orang tua hasbi sakit dilarikan ke rumah sakit. Lalu pertunangan kami batal karena Hasbi menikahi perempuan itu.”
“Wow, so shocking.” Ujar Nathan.
“Everyone was shocked. So am I.”
“You become a supermodel now?” tanya Sarah.
“Hmmm.. maybe.. mengisi waktu luang saja selama patah hati.” Jawab Nathan.
“I’m sorry to hear that.” Sarah tersenyum.
“Sarah, please tell me, What should I do and not to do when I propose you and you accept my proposal.” Ucap Nathan mantap menatap kedalam mata Sarah. Membuat gadis itu merona menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan Tjoe A On - Love, Maybe
FanfictionCafe mungil dibelakang hotel yang menjadi tempat tinggal selama TC punggawa Tim Nasional Sepak Bola Indonesia mendadak menjadi favorite saat Ernando dan yang lain mencari tempat sepi untuk beristirahat. Nathan yang bosan memutuskan menyusul Ernando...