Chapter 16 - Khawatir

20 13 0
                                    

Estu menunggu ayahnya selesai diobservasi sambil mengurus administrasi rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Estu menunggu ayahnya selesai diobservasi sambil mengurus administrasi rumah sakit. Lelah dan rasa lapar ia lupakan. Meski sudah lega, ia baru benar - benar tenang jika sudah melihat ayahnya. Berbicara soal Shani, gadis itu setia sekali mengekor dirinya. Padahal sudah berulang kali, Estu menyuruhnya pulang. Kini mereka menunggu didepan ruang ICU dimana ayahnya berada. Tak banyak orang disana sehingga mereka bisa duduk ditempat yang agak sepi.

"Uwah muka lo berantakan banget," ucap seseorang yang sudah Estu duga cepat atau lambat akan muncul. Siapa lagi jika bukan Karol, rumah sakit tempat ayahnya dirawat ini milik gadis tersebut bahkan ia bertemu dr.Azri tadi. Satu hal yang diluar dugaan Estu, gadis itu datang sangat cepat seolah rumah sakit ini rumah keduanya.

"Lu datang," respone Estu berusaha terlihat baik - baik saja. Ia agak malu kalau terlihat lemah sekarang.

"Iyalah gue dateng, Masa pas ortu teman lama ada masalah gue gadateng apalagi dirawat di RS punya ortu gue," ucap gadis dengan penekanan pada tiap kalimatnya membuat Estu meringis. Karol ini kalau ngomong memang frontal sekali.

"Eh lu bisa gausah ngomong kayak gitu ga, lagi keadaan kayak gini," mendengar ucapan Karol, Shani menjadi sewot, siapa juga yang tidak akan terpancing dengan kalimat seperti itu.

"Ha? Lo bacot," respone Karol terus menaikkan tensi di antara mereka.

"Udah woi," relai Estu sebelum timbul hal yang tidak diinginkan. Karol langsung membuang muka. Estu hanya bisa menghela napas melihatnya. Karol memang bisa menjadi sangat menyebalkan, tetapi Estu baru tahu gadis itu bisa menjadi seperti ini.

"Ini makanan ama bantal. Dipake baik - baik, mahal," ucap Karol sambil menyodorkan paper bag besar yang sedari tadi membuat  Estu penasaran.

"Eh gaperlu repot - repot carl, gua ga laper dan gapapa kok tidur di ruang tunggu ini," Estu menolaknya karena tidak enak dengan gadis itu.

"Gue ga peduli sama kebiasaan frugal living lo itu, tapi yang jelas lo gaboleh tumbang. Om Josef butuh lo habis ini. Jadi gausah sok tegar. Makan dan istirahat. Kalau ada apa gue suruh orang gue kabarin lo," jelas Karol sambil menarik lengan Estu agar memegang paper bag itu.

Ohh, dia khawatir batin Estu sambil menerima paper bag milik Karol. Pemuda itu akhirnya menyadari maksud dari tindakan Karol. Memang Estu tak habis pikir dengan cara Karol dengan mulutnya yang tidak terkendali  itu, tetapi satu hal yang ia tau. Gadis itu selalu membuat Estu merasa semua akan baik - baik aja.

"Ahaha, iya gua makan dan gue pake pemberian lo ini," tanpa sadar Estu tertawa karena cara gadis itu yang berkesan tsundere. Hatinya merasa tenang mungkin inilah kelebihan Karol selalu membantunya lepas dari kekhawatirannya.

"Kok lo diem aja si Es, dia ngomongnya sombong banget lo mentang - mentang orang kaya. Dasar gatau tempat," Shani marah melihat respone Estu.

"Hmm, omongonnya memang kasar, tapi kalau dia ramah gue malah heran. Oiya, Carl boleh minta tolong anterin Shani, udah malam gue khawatir kalau dia naik ojol dan gue gabisa nganterin dia karena gue gatenang kalau ga disini," pinta Estu. Ia menyerah berpura - pura baik - baik saja. Biarlah bebannya sedikit ia tumpukan pada Karol. 

"Sure," jawab Karol.

"Shan, lo pulang ama Karol ya. Anaknya galak tapi ga gigit kok. Gue jamin lo sampai rumah dengan selamat. Gue gaenak nahan lo ampe sekarang. Makasih ya udah nemenin gue dari tadi," ucap Estu pada Shani. Hari yang sudah malam memang membuat Estu tidak bisa membiarkan Shani disini.

Awalnya Shani menolak, apalagi Karol yang serupa anjing galak yang siap mengongong kapan saja. Namun, setelah dijelaskan oleh Estu akhirnya Shani bersedia meski enggan.

———— To Be Continue

You're My YellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang