Jay mengangguk dengan mulut yang masih mengunyah. "Ah, jadi mereka berdua yang bikin Bu Lia marah ke lo." Simpulnya.
Rajendra mendengus, menatap dua orang pelaku di depannya yang malah tersenyum tidak bersalah. "Heem, Bu Lia ngasih pr, gak? Videonya tiba-tiba dimatiin sama dia." Tanya Rajendra kesal.
Mereka berempat sekarang kembali berada di kamar Rajendra. Entahlah, kata Luna dan Naren kamar Rajendra lebih nyaman dari kamar mereka sendiri. Mereka berempat tengah memakan makanan yang disediakan rumah sakit, ah, hanya mereka bertiga, karena Jay memakan makanan yang dia beli dari kantin rumah sakit.
Jay mengangguk. "Ada, latihan soal dari bab 1 sampai bab 10." Jawabnya.
Rajendra melotot tidak percaya. "Gila apa, ya itu guru?!"
Jay menghela nafasnya. "Lo lupa? Dua minggu lagi kita ujian kelulusan." Jawabnya sambil terus melahap nasi goreng spesial yang dia beli tadi di kantin.
Rajendra mengangguk paham. Terlalu sering absen sakit membuatnya lupa bahwa sebentar lagi kelulusan. Luna dan Naren yang sedari tadi menyimak hanya bisa diam, mereka berdua tidak sama dengan Rajendra dan Jay.
"Kelulusan, ya. Pasti seru." Gumam Naren yang dapat di dengar Rajendra dan Jay.
Jay mengernyit heran. "Iya, seru banget malah. Lo gak sekolah emangnya?" Tanya Jay asal.
Naren tersenyum kecut. "Gue putus sekolah, gak ada harapan lagi buat anak penyakitan kayak gue, ngabis-ngabisin uang. Bahkan, keberadaan gue di sini juga sama aja, ngabisin uang." Ungkap Naren sendu.
Luna ikut sedih, mengelus punggung sang Teman mencoba menyalurkan kekuatan.
Jay memegang tengkuknya canggung, merasa bersalah karena bertanya demikian. "Sorry, gue gak bermaksud." Ucapnya menyesal.
Naren tersenyum. "Gak, gak apa-apa." Balasnya maklum.
⋆❀˖°
"Ren, kamu mau sayurnya gak?" Tawar Luna pada Naren sambil menyodorkan sayur berwarna hijau berbentuk pohon yang dibenci Luna.Naren yang mulutnya penuh makanan hanya menggeleng sebagai jawaban. Lalu memilih menyuapi Luna dengan sayuran itu. Memaksa sang Gadis untuk memakannya.
Luna cemberut, memakan sayur kemusuhannya itu dengan terpaksa.
Rena yang melihat itu terkekeh kecil, merasa gemas dengan dua pasien itu. Sedangkan Rajendra tidak peduli, tetap fokus pada makannya yang terbilang masih banyak.
Braakk
"Rajendra! Sepupu lo yang ganteng ini datang!" Seru remaja yang tersenyum lebar ketika pintu terbuka. Tanpa diberitahu Rajendra sudah tahu siapa pelakunya.
"Uhuk-uhuk." Naren yang mulutnya terus penuh oleh makanan tersedak kaget karena suara keras.
Rajendra dengan sigap menyodorkan air pada Naren, begitu juga dengan Luna yang langsung menepuk-nepuk pelan punggung Naren.
"Jayendra."
Jay terdiam ketika merasakan hawa mematikan dari salah satu penghuni kamar Rajendra.
Jay tersenyum pada Rena, sembari tertawa canggung. "Eh, Bunda," Jay dengan cepat menghampiri Rena, menyalaminya dengan senyum yang masih sama. "Bunda apa kabar? Bunda gak berangkat kerja?" Tanya Jay basa-basi.
"Mati gue."
Rena tersenyum manis, namun bagi Jay itu senyuman paling menyeramkan yang dipunya Rena.
"Bunda baik. Hari ini Bunda libur. Kamu sendiri Jay? Bolos?" Tanya Rena balik.
Uhuk. Jay terasa tertohok. Remaja itu memegang dadanya seakan-akan tertusuk dengan pertanyaan Rena.
"Jay gak bolos Bunda, hari ini sekolah juga libur." Jawab Jay.
"Libur? Ngapain?" Tanya Rajendra tiba-tiba.
"Hari ini semua guru rapat, buat ujian dua minggu lagi." Jawab Jay kembali.
Naren yang menotice tas besar yang sama saat Jay membawakan alat lukis Rajendra ikut bertanya. "Lo ngapain bawa tas?" tanya Naren melupakan kejadian kesedak tadi.
Jay melirik tas yang masih di punggungnya. "Mau belajar." Jawab Jay senang.
Naren mengangguk lesu, remaja itu bangkit dari duduknya. "Emm, kalau gitu gue sama Luna balik dulu." Pamitnya.
Rajendra paham mengapa Naren seperti itu. Pasti remaja itu teringat akan pembicaraan kemarin.
"Lo mau kemana?" tanya Jay menghadang Naren dan Luna untuk kembali.
"Ke kamarlah."
"Ngapain?"
"Tidur, daripada ganggu lo sama Rendra belajar." Jawab Naren yang kesal karena Jay terus menerus bertanya.
Jay menggeleng. "Gak bakal. Emangnya lo sama Luna gak mau belajar juga?"
Hai-hai!
Jangan lupa Vote dan Comment, ya!
Oh, iya. Follow juga jangan ketinggalan!
KAMU SEDANG MEMBACA
MEI || RENJUN
Teen FictionMei. Kata orang-orang Mei itu rasanya sangat panjang daripada bulan yang lain. Entah bagaimana Tuhan mengaturnya. Banyak juga yang bilang kalau suka-dukanya Mei itu melebihi bulan yang lain. Bahkan ada beberapa orang yang bilang kalau Mei adalah bul...