chapter 9

642 48 7
                                    

"lu menang boleh menjadi akar, memberikan manfaat walaupun sang pohon tidak mengetahuinya. tapi lu juga harus memperhatikan diri lu sendiri, jangan mau di manfaat saja. lawan lah dan tujukan bahwa diri lu itu adalah pemimpin nya"
















langit terlihat berwarna jingga dengan awan tipis yang menghiasinya. sang mentari sudah berada di ujung bumi segera bergantian dengan munculnya rembulan.

seorang remaja bermanik hijau panggil saja duri, sedang berada di dalam rumah kaca milik sekolah. rumah kaca itu di penuhi oleh berbagai macam jenis tanaman, dari bunga anggrek sampai pohon buah semangka.

duri mencatat setiap tumbuan, apa  berkembang dengan baik atau tidak. manik hijaunya memperhatikan bunga mawar. bunga yang indah tapi berduri. tangannya ingin memetik bunga itu tapi di urungkan oleh nya.

tanpa duri sadari seseorang sudah memperlihatkan dirinya sedari tadi. dia hanya diam melihat apa yang duri lakukan.

Duri memutuskan untuk pergi setelah lama memperhatikan bunga mawar. tangannya menggenggam erat papan yang digunakan olehnya.

dengan dua kali putaran pintu rumah kaca itu terkunci dengan sempurna. duri mencabut kunci pintu lalu dimasukkan ke saku celananya.

manik hijau itu menatap pupuk tanaman yang di letakkan di samping rumah kaca. helaan nafas terdengar di tempat yang sunyi itu.

"mereka lupa memindahkan pupuk ini. lagi"ucap duri

saat hendak mengambil pupuk duri merasakan ada yang menepuk pundak nya. duri menoleh ke belakang, ternyata tidak ada siapa pun.

"mungkin perasaanku saja. eh kok, mana pupuk nya"ucap duri kaget. pasalnya saat berbalik lagi pupuk nya sudah hilang.

"lu ngapain masih di sekolah?"tanya Gempa sembari membuang tisu.

"bukan urusan kau"jawab duri

"sampai kapan lu mau di perbudak oleh mereka?"tanya Gempa

"sampai kau mati monster"jawab duri

duri berlari pergi meninggalkan Gempa seorang sendiri di sana. Gempa hanya menatap dingin punggung duri yang sudah menjauh.

"monster ya. kenapa lu memanggil gue monster, sedangkan ada sebutan Ibis. yang lebih pantas untuk gue"ucap Gempa sebelum melangkah pergi.





























toko pertanian.

"pupuk cair sudah, pupuk organik sudah, tanah organik sudah, bibit bunga matahari sudah,......"ucap duri sembari mengecek barang barang yang di butuhkan untuk ekskul berkebun. 

"Bu, ini semua berapa ya?"tanya duri

pelayan toko itu terlihat menghitung barang barang yang dibawa duri. " total nya lima ratus ribu dek"ucapnya. dan duri membayar dengan lima lembar uang seratus ribu.

setelah membayar duri berjalan menuju rumah tok aba dengan dua kantong plastik besar di kedua tangannya, dan satu karung pupuk organik di pundaknya.

orang orang yang berpapasan dengan duri menatap nya heran. bagaimana tidak. tubuh duri itu bisa di bilang kecil, dengan tinggi 159 cm dan berat badan 48 kg. cukup mengherankan bagaimana bisa tubuh kecil duri bisa menahan beban yang berat itu.

tiba tiba rasa sakit kepala menyerang duri, dia memegang kepala nya berharap bisa menghilangkan rasa sakit. namun nihil, tubuh nya ambruk ke samping dan samar samar duri mendengar ada orang yang memanggil nya.

Mengembalikan Ikatan Persaudaraan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang