kejadian sore itu secara tidak langsung membuat freen dan becky mengerti kemana arah pembicaraan orang tuanya. walau tak menyebutkan siapa, tapi perdebatan mereka jelas menyiratkan fakta bahwa salah satu dari kedua anaknya memang tidak dilahirkan dari rahim michell.
freen dan becky terpukul oleh kebenaran yang baru mereka ketahui, namun terlalu takut untuk bertanya lebih jauh. hanya menghindar dan mencoba saling menenangkan lah yang bisa mereka lakukan saat ini.. mereka belum sanggup untuk mendengar kebenaran lain yang akan terungkap selanjutnya.
malam itu becky menangis sampai tertidur, begitu juga freen.
menjelang tengah malam freen terbangun karna kram hebat dilengannya. dia meringis, namun setelah membuka matanya dia tersenyum sambil menatap wajah si penyebab kram didepannya. becky tidur menjadikan lengan freen sebagai bantalnya. meski bekas air mata masih jelas disekitar wajahnya, namun becky terlihat sangat lelap, dia menangis sampai kelelahan.
freen menurunkan kepala becky dengan hati hati tak lupa membenarkan selimut yang menutupinya kemudian turun dari kasur perlahan, takut pergerakannya membangunkan becky.
kejadian sore tadi masih terngiang ngiang ingatannya.
freen pun melangkah dan berdiri dekat jendela,
"huuuuuufffttttt," menghembuskan nafasnya panjang kemudian berbalik menatap becky yang masih terlelap dikasurnya.
"jika memang aku yang mama dan papa maksud, apa kau masih mau menganggapku kakak bec ?" gumamnya dalam hati.
disaat yang sama tanpa freen ketahui, air mata mengalir pelan disudut mata becky yang terpejam, entah apa yang dimimpikannya.
setelah lama termenung, ternggorokannya terasa kering. dengan langkah lemas dia melangkah turun menuju dapur. namun langkahnya terhenti saat melewati ruang keluarga yang terlihat remang remang, satu lampu meja masih menyala disana.
"freen."
suaranya lemah wajahnya pun terlihat sembab. michell memanggil namanya setelah menyadari kehadiran freen diruangan itu. "becky mana ?" tanyanya lagi, kali ini raut wajah itu terlihat khawatir.
"becky tidur ma." jawab freen pelan, lalu meneruskan langkahnya kedapur, mengambil air dikulkas dan meminumnya.
michell menghampiri freen perlahan dan langsung memeluknya dari belakang, menempelkan wajahnya dipunggung freen. tidak ada percakapan diantara mereka, namun perasaan hangat dari air mata michell yang membasahi bajunya membuat freen tau jika mamanya sedang menangis. freen tak bereaksi, dia diam menunggu.
setelah beberapa saat, michell sudah lebih tenang. freen perlahan memutar badannya menghadap michell, mereka saling menatap sejenak sebelum michell menundukkan kepalanya. "maafin mama." air matanya kembali mengalir, freen segera menarik michell kedalam pelukannya.
"gak apa apa ma." suaranya terdengar sangat lembut walau hatinya tak baik baik saja. "freen sayang mama, walaupun freen bukan anak mama." michell melepaskan diri dari dekapan freen dengan gelengan yang cepat. "no, sayang." michell menangkup wajah freen yang sudah basah dengan kedua tangannya. "jangan bicara gitu." bibirnya bergetar.
freen tersenyum. "terima kasih udah mau merawat dan membesarkan freen ma."
tapi kata kata freen saat itu berhasil membuat michell sedikit tertawa, hanya satu kali. kemudian dia menggenggam tangan freen dengan erat. "kamu mau dengerin cerita mama?"
freen mengangguk.
mereka pun duduk diruang makan, dan michell mulai menceritakan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
in between
RomanceFiksi... Jangan baper... Cerita halu... Yang gak suka boleh di skip >>> ****** mari kita menghalu bareng 🤭