part 9

209 30 2
                                    

"mengapa waktu itu kau pergi ?"

"aku terpaksa !!! "

"terpaksa ? kau pikir dengan meninggalkannya hidupmu akan lebih baik huh?"

"saat itu, hanya itu pilihannya."

"kau brengsek !!"

"memang dan aku mengakuinya."

"kau hanya memikirkan dirimu sendiri !!!"

"aku melakukannya bukan untuk diriku michell !!!" air matanya pun mengalir deras.

"lalu untuk siapa? siapa lagi yang kau miliki di dunia ini selain dia ?"

"dan apa yang kau lakukan ? kau meninggalkannya jiso !!!  kau meninggalkan bayi yang keluar dari rahimmu sendiri tanpa rasa bersalah." michell menumpahkan semua kekecewaannya dengan derai air mata.




ya, setelah beberapa waktu berdamai dengan egonya, hari ini michell menemui jiso.


"aku meninggalkannya agar dia tak terjebak dalam kehidupanku yang sial ini !!! aku melakukan semua itu karna aku tau kau bisa merawatnya jauh lebih baik dari pada aku."

michell terduduk di kursi samping brangkar jiso, tangannya terangkat menutup mulutnya berusaha meredam suara tangisnya yang semakin kencang.

"kau tau dengan jelas keadaanku saat itu, seberapa hancurnya aku. hidup dan karirku hancur, tak ada brand yang mau memakai model dengan masalah sepertiku, tidak ada yang mau mempekerjakanku, bahkan untuk membiayai diriku sendiri pun aku tak mampu !!!  lalu bagaimana aku bisa mengurusnya? bagai mana aku menghidupinya? bagaimana aku memenuhi semua kebutuhannya? bagaimana aku mencukupi gizinya..? jika saat itu dia terus bersamaku --" jiso tercekat, kalimatnya terhenti menahan tangisnya. "jika saat itu aku membawanya, mungkin dia tidak akan tumbuh sejauh ini,  tubuh kecil itu tak akan mungkin bisa bertahan." tagis jiso pecah, menyakitkan.



lalu,
hanya suara tangis keduanya yang terdengar dalam ruangan itu,. mereka berdua menangis tanpa ada yang berusaha menghentikannya.
perlahan tangan keduanya pun terjalin, saling menggenggam dengan erat pertanda saling menguatkan,  membiarkan semua air mata itu jatuh tertumpah.

hingga tangis keduanya mereda dengan sendirinya.


michell memulai percakapannya. "bagai mana dengan pengobatanmu? apa ada hal lain yang kau butuhkan?" dia ingin membantu menyiapkan apapun kebutuhan jiso saat ini.

jiso menggeleng, "tidak ada, sepertinya aku hanya tinggal menunggu waktuku." keduanya pun terdiam cukup lama.

jiso mengumpulkan keberaniannya menatap michell penuh harap.

"boleh aku melihatnya?" pertanyaan itu keluar dari mulutnya dengan hati hati, dia takut michell akan bereaksi seperti saat pertemuan mereka sebelumnya.

michell membalas tatapannya datar, tak ada emosi terlihat disana.

"hanya fotonya." sanggah jiso cepat setelah sadar tidak mendapat jawaban dari michell. "aku hanya ingin melihat fotonya. setidaknya aku sudah bisa melihatnya." ucap jiso lagi.

"aku harus pergi." jawab michell lalu berdiri dari kursinya. "ada kasus yang harus kutangani."

jiso hanya bisa mengangguk lemah. hatinya hancur, tapi apa yang bisa diharapkan, jiso sadar inilah konsekuensi dari tindakannya dulu.

"nanti aku datang lagi." ucap michell yang sudah didepan pintu. "persiapkan dirimu."

"hah?" tanya jiso tak mengerti.

in betweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang