Back to d-1 Gideon menerima laporan dari sekretarisnya profil semua karyawan baru di perusahaannya.
Gideon membaca setiap profile dan CV para karyawan baru di beberapa divisinya di atas meja kerjanya. Ruangan yang di dominasi coklat dan hitam itu, menjadi satu antara ruang kerja dan tempat tidur.
"Nadean Oksana Abraham, cantik, polos dan sepertinya berbakat. CV-nya secara gamblang menyiratkan ia bukan seorang kepala namun ekor, hmm.. interesting. Sepertinya akan cocok, semoga saja. I surrender to You God, give his the best way this time."
Setelah membaca seluruh profile karyawan barunya, Gideon berjalan menuju pintu kamarnya, berjalan keluar.
Ia mengetuk pintu kamar anak sulungnya. Tak lama keluar seorang pria matang berkepala tiga dengan penampilan santainya, pria itu habis mandi sepulang kerja.
"Ada apa, pa?" Yordan Filemon adalah pria yang 90% mirip dengan ayahnya, pria matang itu mengusak rambutnya yang masih basah dengan handuk, melihat papanya dengan lamat.
"Ada yang ingin papa rundingkan, datanglah ke kamar papa." Setelah mengatakan itu, Gideon pergi membuat tanda tanya besar di kepala Gideon, tumben sekali, pikirnya.
.
.Yordan memasuki ruangan Gideon, wangi tabacco khas papanya menjadi wangi yang menguasai ruangan ini dan tentunya wangi itu menjadi ciri khas keluarga Filemon.
Gideon memberikan sebuah map merah kepada Yordan. Yordan membukanya dan membaca apa yang tertera disana.
"Nadean Oksana Abraham? Ada apa dengannya?"
"Dia adalah salah satu karyawan baru perusahaan cabang kakek." Jawab Gideon tak memuaskan pertanyaan Yordan.
Yordan menaikkan satu alisnya, Gideon tersenyum, anak sulungnya itu memang kurang peka.
"Papa ingin menjodohkannya."
Yordan membelalakkan matanya, tidak percaya. Siapa Nadean ini sampai ayahnya ingin menjodohkan nya? Apakah dia saudara jauh Filemon? Tapi emang ada yang tak ia kenal?
"Papa menjodohkannya dengan adikmu"
Spontan Yordan membuang muka mendengar perkataan ayahnya.
"Itu tidak akan berhasil." Jawabnya singkat lalu berjalan pergi dan tak lupa meletakkan mao merah itu kasar.
"Makanya papa meminta bantuan mu, papa yakin dia mungkin akan mau,perkataanmu selalu didengarkannya" jawab Gideon terdengar ragu.
Yordan berhenti di tengah ruangan itu.
"Ini semua papa lakukan demi masa depannya, nak. Apa kau tidak kasihan dengannya yang workaholic? Bekerja terus menerus akan merusak masa depannya, ia tak akan bahagia dengan itu, nak" Gideon mencoba membujuk sulungnya agar bungsunya itu mau membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Samudra
Romance"Gelombang rambutmu bagai gelombang samudra yang bermuara ke pantai hatiku" - Isakh Filemon "Tapi gelombang samudra itu terlalu besar menciptakan ketakutan" - Nadean Oksana Abraham