Nadin masih betah tertidur di ranjang rumah sakit. Bukan karna apa, obat tidur yang diberikan sang dokter setelah sarapan tadi membuat Nadin sampai sore ini masih terlelap menjelajahi dunia mimpi indahnya.Gideon memasuki kamar inap Nadin ditemani oleh sekertarisnya. Gideon menatap jam tangan mahalnya, menunjukkan pukul 03.10 maka sebentar lagi dipastikan kamar ini akan didatangi pria keturunannya.
Setelah memastikan Nadin tidak terganggu dengan kedatangannya, Gideon meletakkan buah-buahan segar yang sudah dipotong-potong, susu dan beberapa pakaian baru dan dalaman baru untuk Nadin. Bukan tanpa alasan Gideon membawakan pakaian baru, menantunya, istri Yordan, memberikan saran agar Nadin dibekali pakaian baru, karna Nadin sama sekali tidak memiliki stok baju di rumah sakit. Maka dengan pasrah Gideon membawakan paper bag merah muda pemberian menantunya sekalian menjenguk perempuan yang perlahan mulai mampu menangkap hati Isakh yang liar.
Namun yang dilihat Gideon adalah Nadin yang tertidur, maka dengan berat hati ia pergi, tak mau bertemu dengan Isakh nantinya.
Sepeninggalan Gideon tak lama Nadin terbangun dari tidur lelapnya. Ia membuka mata bulatnya lalu menatap ke sekeliling kamar, tak ada tanda-tanda orang didalam kamarnya yang menjenguknya.
'berharap siapa yang jenguk? Hantu Gabriella?' Nadin menggerutu dalam hati.
Ia melongos, wajahnya masam. Namun seketika menjadi cerah kala melihat ada banyak buah dan susu di meja dekat ranjang sebelah kanannya.
Nadin dengan sigap meraih kotak buah-buahan itu dengan tangan kirinya yang bebas, namun terlalu jauh dan sulit dijangkau karna tangan kirinya terlalu pendek menggapai meja yang terletak di sebelah kanannya. Perempuan itu terlalu malas bangkit.
Terus mencoba sampai tak memperhatikan posisi duduknya yang terlalu dipinggir ranjang. Nadin terlalu miring, badannya tidak seimbang lagi dan akhirnya siap untuk meluncur ke lantai.
Nadin memejamkan matanya bersiap darah muncrat dari punggung tangannya.
Namun bukan sakit yang ia terima, Nadin justru merasakan lengan seseorang yang menahan badannya agar tubuhnya tidak terjatuh.
Nadin menatap lengan kekar yang melingkar di tubuhnya. Jantungnya seperti terhenti saat mencium aroma yang cukup familiar baginya
Aroma aquatic itu membuat kepala Nadin terasa dingin saat menghirupnya. Nadin mendongakkan kepalanya, menatap sang empunya lengan, menatap dalam, tanpa berkedip.
Mata bulatnya bertubrukan dengan mata elang Isakh.
"Sudah kukatakan jangan melakukan hal ceroboh" kalimat itu terlalu tajam untuk masuk kedalam telinga Nadin si lemah lembut.
Nadin berkedip untuk menghilangkan suara Isakh yang sedang memojokkannya, mata coklat terang miliknya sedang menikmati keindahan mata biru terang milik Isakh yang hanya berjarak satu jengkal dari wajah Nadin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Samudra
Romansa"Gelombang rambutmu bagai gelombang samudra yang bermuara ke pantai hatiku" - Isakh Filemon "Tapi gelombang samudra itu terlalu besar menciptakan ketakutan" - Nadean Oksana Abraham