9. Memories

0 0 0
                                    

Nadin menatap senja dari jendela kamarnya.

Dulu sekali, Nadin pernah sangat menyukai senja, suka hujan dan suasana listrik padam.

Dulu.

Gabriella, kakak Nadin adalah perempuan yang sangat menggilai senja. Setiap senja tiba, perempuan yang berstatus kakak Nadin itu akan bersiap-siap dengan coklat panas, biskuit mama dan boneka kelincinya untuk menyaksikan matahari yang hendak bersembunyi.

Gabriella akan merekam kenangan itu didalam kamera DSLR mereka yang pada akhirnya kamera itu rusak saat kakak Nadin itu membawanya saat berlibur.

Nadin membeli kamera mirrorles guna mengambil gambar lebih baik, namun berakhir menangis satu malaman dan tidak ada satu senja pun yang direkamnya.

Nadin meneteskan air matanya saat mengingat kebiasaan Gabriella yang suka mengajaknya untuk menikmati momen kesukaan kakaknya. Nadin akan memeluk Gabriella sambil menghirup dalam wangi khas kakaknya, vanilla.

Sekarang, Nadin benci senja, benci hujan dan listrik padam.

Flashback

14 September 2019 adalah hari perayaan ulangtahun kampus Art Institute of Singapore yang bercabang di negri Nadin tinggal.

Dresscode tahun ini adalah princess and prince. Nadin dengan princess kesukaannya yaitu Merida.

Tak perlu banyak mengubah diri, rambut gelombang sepinggang Nadin yang berwarna coklat sangat cocok dengannya. Nadin memakai gaun biru gelap dan gold pada sisi-sisi tertentu membuat kesan mewah.

Nadin sangat menawan hari itu dan juga menikmatinya dengan bahagia. Ini adalah tahun pertama ia menjadi seorang mahasiswa, Nadin harus mencari relasi seluasnya.

Nadin melihat Grace, teman semasa SMA nya yang sangat pendiam itu hanya duduk di pojokan tanpa berminat bergabung, ia hanya sibuk dengan ponselnya.

Nadin membiarkan saja, memang begitu sifat temannya itu. Nadin lebih memilih bergabung dengan teman-teman baru di dalam kelasnya yang kebetulan banyak senior juga bergabung.

Nadin melemparkan senyum ramahnya, berusaha memberikan tanggapan terbaiknya kala banyak senior yang bertanya dan mengajak mengobrol.

"Guyss, kalian tau gak?!!! Today we will have the largest shareholder in our campus" Jesika yang merupakan angkatan 2 tahun lebih tua dari Nadin berucap meriah.

"Aku harap pemilik saham terbesar kita buka bapak tua buncit dengan kacamata lansianya hahahaha"

Semua orang yang mendengar Catherine tertawa membenarkan, pasti akan sangat membosankan jika yang memberi pidato adalah pak tua. Come on guys, ini adalah kampus seni.

"Gue yakin yang punya bukan kak tua. Pak tua jam segini udah bobo, gak punya selera seni yang baguslah, lebih milih selimutan" James berucap sarkas dan banyak yang membenarkan perkataan itu.

"Guysss.... Gue udah tau siapa pemilik saham tersebar kampus kita. Nihh kampus bocorin side profilenya" Gea menyodorkan hp mahalnya di tengah kerumunan orang yang sedang berkumpul itu.

Nadin melirik sekilas, namun karna banyaknya orang yang kepo dengan sang pemilik kampus itu, Nadin hanya mampu melihat warna mata yang menarik dan menonjol bagi Nadin, warna mata itu biru terang.

Suara mic dari panggung membuyarkan atensi sekelompok mahasiswa yang sedang berebut untuk melihat ponsel Gea.

Sang pembawa acara sedang membuka acara perayaan ulangtahun kampus, semuanya mendengar dengan baik, layaknya mahasiswa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita dan Samudra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang