Chapter 1: Pertemuan

1.3K 143 10
                                    

Di sebuah ruang kosong yang redup, atmosfir tegang terasa begitu kental. Seorang laki-laki muda, wajahnya penuh dengan ketidakpercayaan, berdiri di hadapan dua sosok yang tampaknya akan meninggalkannya.

Matanya memancarkan keputusasaan dan ketidaksetujuan.

"Jangan tinggalkan aku. Tolong, tolong, kita keluarga, kan? Kenapa kalian meninggalkan ku?" Lelaki muda itu memohon dengan nada yang penuh dengan kesedihan.

Salah satunya dengan wajah datar dan seorang laki-laki lain dengan tatapan dingin menjawab dengan nada tegas. "Jika kau ingin bersama kami, buang mereka semua. Termasuk, dia." kata laki-laki itu menunjuk ke arah sebuah foto di dinding.

Foto yang menunjukkan seorang anak laki-laki yang sedang tersenyum dan memeluk seseorang.

"Aku tidak akan melakukan itu! Umemiya keluargaku juga-" lelaki muda itu berusaha membela.

"Lalu, selamat tinggal," potong laki-laki yang lain dengan suara dingin, tampaknya tidak mau berkompromi.

"Tidak!" teriak lelaki muda itu. Tangannya mencoba menggapai mereka. Namun, sudah terlambat. Mereka pergi, meninggalkannya sendirian dalam kehampaan yang menyakitkan.

***

[M/n] duduk di ranjangnya, napasnya terengah-engah. Dia meraih air di meja kecil di samping tempat tidurnya, mencoba menenangkan dirinya. Matahari mulai menerangi ruangan kecilnya, menyinari wajahnya yang pucat.

Mimpi itu terasa begitu nyata, begitu menyakitkan, meskipun sudah lama tidak menghantuinya.

Dia meraih wajahnya, mencoba menenangkan diri sendiri. "Hanya mimpi," gumamnya pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa kenyataan di depan matanya tidak sama dengan apa yang baru saja dialaminya dalam mimpi.

"Dasar mimpi tolol, kenapa kau datang lagi setelah sekian lama?" Gerutu [M/n], bayangan dua sosok dan kata-kata mereka masih menghantui pikirannya.

Dia merenung sejenak, mencoba mengingat-ingat apa yang mungkin memicu kembali mimpi itu setelah sekian lama. Tapi, pikirannya kosong.

Dring!

Alarm ponselnya berdering. Dia menoleh, matanya menyipit dan mengambil ponselnya. Dan, dia terkejut saat melihat waktunya yang menunjukkan keterlambatannya untuk masuk sekolah.

"Goblok! Goblok! Mimpi itu benar-benar mengacaukan segalanya," [M/n] mengeluh sambil bersiap-siap dengan cepat. Dia mengenakan seragam sekolahnya dengan gerakan terburu-buru, mencoba mengejar waktu yang terlewat.

Setelah selesai, dia menatap sekilas ke arah foto di dinding, yang kini terlihat lebih menyenangkan daripada bayangan dalam mimpinya. "Ume... Entah kenapa hari ini firasat ku mengatakan akan ada sesuatu yang menarik." Gumamnya pada foto anak laki-laki itu sebelum bergegas meninggalkan kamar dan keluar dari rumahnya.

__________

Cafe Hotosu

Brakk

"Koto-channn!!!" Teriak [M/n] yang cukup mengangetkan orang-orang yang berada disitu. Tatapan bingung diarahkan padanya, namun gadis yang dia panggil Koto tersenyum padanya.

"Oh, apa ini [M/n]? Tumben sekali kau kesini. Biasanya subuh-subuh kau sudah ada disekolah," ucap Kotoha gadis yang dipanggil oleh [M/n], dia menatap heran laki-laki tersebut.

Sakura Haruka, dahinya berkedut mendengar itu. Apakah orang ini termasuk orang terlalu rajin hingga saat subuh sudah masuk ke sekolah? Juga... Sial, orang ini tinggi sekali hingga membuatnya sedikit mendongak.

𝐂𝐄𝐑𝐁𝐄𝐑𝐎𝐒 𝐖𝐀𝐑𝐓𝐇 | HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang