Chapter 4: Togame

920 111 12
                                    

[M/n] berjalan sambil memakan Taiyaki, mulutnya menggerutu kesal. Masih tidak terima ditinggalkan. "Kata pak Yama mereka pergi ke arah sini, jangan bilang mereka patroli sampai kawasan Shishitouren?"

"Ah, mungkin aja." balasnya pada diri sendiri, menendang kerikil kecil di jalan setapak. Kepalanya celingak-celinguk mencari-cari Hiiragi dan adik kelasnya.

___________

Di kawasan Shishitouren, suasana tegang tercipta saat Togame Jo, wakil pemimpin kelompok yang dikenal kejam mulai memukuli anggota kawanannya sendiri.

"Dan orang lemah tidak dibutuhkan di Shishitouren"

Togame menarik jaket Shishitouren yang digunakan oleh orang yang dirinya pukul.

Srchh!

Sakura, yang berdiri dan memperhatikan, menatapnya dengan ejekan. "Payah, kekuatan sebagai simbol yang absolut? Terdengar seperti kotoran bagiku," katanya sinis, mengorek telinganya.

Togame berhenti sejenak, menatap Sakura.

"Mengalahkan yang lemah agar di cap kuat? Ku pikir aku menemukan seseorang yang menarik," lanjut Sakura, menatap Togame yang menghampirinya.

Hiiragi yang berada disamping Sakura meringis, tiba-tiba menginginkan sosok idiot macam [M/n] secara ajaib mendadak muncul. Ah, tidak. Jika orang itu muncul juga, dia yakin semuanya akan semakin runyam.

"Aku kecewa."

Togame yang kini dihadapan Sakura terdiam mendengar kata-kata itu.

"ya ampun.." keluh Hiiragi tertekan.

Sugishita hanya diam, Nirei menatap gugup dan ketakutan, sedangkan Suo tersenyum.

___________

Di saat yang sama, [M/n] yang masih mencari teman-temannya, mendengar suara-suara dari kejauhan. Rasa penasaran membawanya ke arah sumber suara itu. Ketika ia tiba, ia melihat pemandangan yang menegangkan: Togame dan Sakura berhadapan satu sama lain.

"Oh, jadi di sini kalian semua," gumam [M/n] pada dirinya sendiri, masih memakan sisa Taiyaki-nya.

Semua mata langsung tertuju pada [M/n], yang mendapati dirinya tiba-tiba menjadi pusat perhatian. "Eh, apa?" ia berusaha menelan Taiyaki yang masih ada di mulutnya dengan cepat, mencoba memahami situasi yang ada.

Hiiragi menatap kesal, "kau lama!"

"[M/n]-san! Akhirnya kau datang!"

"Oh, sepertinya kegiatanmu sudah selesai, senpai"

"[M/n]-senpai..."

[M/n] membalas dengan tatapan tajam pada Hiiragi, bayangin ditinggalin dan malah yang disalahkan adalah dirinya. Aneh banget coba. "jangan salahkan aku! Kalian yang meninggalkan ku sendiri, mana nggak bilang-bilang. Kejam!"

Sebelum Hiiragi melanjutkan perkataannya, si rambut merah memotong.

"Mereka berdua yang sedang bertengkar seperti itu, dan aku masih harus jadi yang disalahkan juga oleh Hiiragi!" desis [M/n] dengan nada kesal, seraya memakan sepotong Taiyaki yang tersisa dengan wajah bad mood.

Hiiragi memalingkan wajahnya, sedikit merasa bersalah. "Gak usah minta maaf, bukan salah mu" ujar [M/n].

Ajaibnya dia tau apa yang akan dikatakan Hiiragi selanjutnya.

"Hmm, ini bukan cara bagus untuk melanjutkan hari." [M/n] merapikan rambutnya dengan frustasi, mencoba menenangkan diri sebelum melanjutkan dan menatap dua sejoli Togasaku.

"Tapi, baiklah. Sekarang kita harus menyelesaikan masalah ini, bukan—" kalimatnya terpotong saat matanya baru saja mendapatkan pemandangan murid kelas tiga yang sedang terluka di tanah.

𝐂𝐄𝐑𝐁𝐄𝐑𝐎𝐒 𝐖𝐀𝐑𝐓𝐇 | HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang