4.

540 60 9
                                    

Sasuke meninggalkan Sakura yang menangis saat dirinya membawa kedua anaknya pergi bekerja. Ternyata Mia masih ada didepan rumahnya sambil menekuk lututnya. Apa dia kira hal itu bisa membuatnya luluh? Tidak sama sekali.

Ia berniat tidur di hotel malam ini kalau istrinya tidak menelfon ayahnya untuk membatalkan sewa jasa babysitter. Sasuke sudah sangat muak, baru satu malam saja rasanya sangat sesak. Bagaimana bisa ia membiarkan kedua anaknya yang lucu ini di asuh olehnya.

Mereka bahkan terlihat sangat gembira sekali begitu tahu akan ia ajak ke perusahaannya. Sasuke lebih rela dirinya kehilangan proyek besar dibandingkan harus merelakan anaknya di asuh oleh wanita seperti Mia. Baru bekerja saja kelakuannya sudah seperti itu.

Sesampainya di perusahaan semua orang tampak memperhatikan. Mereka terkagum-kagum oleh visual anak dari si bos. Mereka benar-benar tampan dan cantik, dan para karyawannya juga menunggu anak yang akan lahir nanti. Mereka merasa anak yang nantinya akan lahir ini lebih luar biasa lagi.

Saat memasuki lift bahunya di tepuk oleh Itachi. Kakaknya hanya geleng-geleng kepala melihat anaknya benar-benar dibawa ke perusahaan. Semalam Sasuke menelfonnya dan ia juga menceritakan soal Mia yang terlihat palsu dihadapan istrinya.

Kalau Sasuke sudah berkata demikian artinya benar karena pemikirannya sangat kritis. Sakura mungkin kelelahan hingga meminta bantuan Ayahnya untuk mencarikan babysitter. Tetapi kalau membahayakan lebih baik tidak usah. Ditambah Sakura sedang hamil.

Tadi pagi ia ingin membicarakan perihal ini dengan kedua orangtuanya. Saat dimeja makan mereka berdua sudah berangkat mengantar si kembar sekolah. Mungkin ia dan Sasuke harus bicara berdua dengan mereka.




" Uncle Itachi, ayo main " Ucap Chio yang begitu bersemangat saat melihat Itachi berada dihadapannya.

Ia melihatnya beberapa hari yang lalu saat dititipkan dirumah neneknya. Hari itu pamannya mengajak Chio, Sarada juga Kei dan Ken untuk jajan di kedai ice cream.

" Nanti ya sayang, Uncle ada rapat pagi ini " Ucapnya. Itachi mencubit pipi keduanya lalu mengacak rambutnya. Tidak terlihat ada Sakura, sepertinya adik iparnya itu tidak ikut.

Pagi ini ada rapat penting, dan ia sampai tidak enak hati karena harus mengandalkan kakaknya. Ia juga meminta maaf karena pekerjaannya mungkin akan dihandle olehnya. Itachi menyanggupinya karena dirinya sedang senggang.

" Kak, tolong handle ya. Aku mau urus anak-anakku " Kakaknya mengangguk. Ia merasa masalah adiknya cukup pelik sampai dirinya harus ikut turun tangan.

" Mereka sudah sarapan belum? " Tanyanya dan Sasuke mengangguk. Ia menyuapinya tadi.

" Sarapan sudah, untuk makan siang mungkin ke restoran kantin saja " Sahutnya dan kedua anaknya menarik-narik tangan Sasuke untuk segera masuk kedalam lift.

" Lalu, bagaimana kondisi Sakura? " Tanya Itachi begitu mereka memasuki lift. Sasuke menatap Sarada yang menepuk-nepuk kakinya. anak perempuannya itu ingin dirinya menggendongnya ternyata.

" Kekhawatiranku selalu dianggap salah tempat. Padahal aku hanya melakukan hal yang terbaik. Aku menjaga keutuhan rumah tanggaku " Sahutnya. Setelah rapat selesai ia akan melakukan videocall dengan kedua orangtuanya. Sasuke tentunya harus berbicara juga daripada hal ini berakibat fatal pada keutuhan rumah tangga anaknya.

" Bersikaplah lebih lembut, kondisinya sedang hamil. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan janinnya?  Setelah rapat datang keruangan Kakak, kita bicarakan dengan mereka " Sasuke mengangguk. Lift berdenting dan mereka keluar bersamaan.



.

.

.

.


Sakura menatap Mia yang duduk di teras sambil menekuk lututnya. Begitulah tempramen suaminya. Dan Sakura tidak tahu kalau suaminya sampai menyeret Mia keluar seperti ini.

Sakura mendekat dan meminta maaf. Namun sepertinya Mia kecewa dengan sikap Sasuke. Wanita itu hanya diam, uluran tangannya bahkan tidak direspon.

Waktu Sakura sangat sedikit. Ia sudah pesan taksi untuk pergi ke kantor suaminya. Kalau tidak menyusul bisa-bisa Chio dan Sarada merecoki rapatnya. Atau mungkin kakak iparnya datang untuk menggantikan? Ah ya.. Biasanya memang seperti itu.

Dan kalau Sakura tidak mau mengalah, bisa dipastikan Sasuke meninggalkannya sendirian malam ini. Ia tidak mau hal itu terjadi, dan sekarang ini ia harus bergegas.



" Masuk Mia "Perintahnya namun Mia menggeleng dengan cepat. Tubuhnya yang tiba-tiba bangkit membuat Sakura kaget bukan main. Untung saja dia tidak memiliki riwayat jantung dan semacamnya.

" Tidak! " Kening Sakura mengkerut saat wanita muda itu membentaknya. Ia tidak punya waktu untuk bertengkar karena harus menyusul suaminya ke kantor sekarang juga.

Kasihan kalau Chio dan Sarada sampai mengganggu pekerjaannya. Ia datang kesana bermaksud untuk menemani keduanya bermain kalau memang mereka tidak ingin pulang. Asal jangan sampai membuat Sasuke marah lagi.

" Aku tidak bisa menemanimu karena harus segera ke kantor suamiku " Tuturnya. Namun pandangan Mia seakan menentangnya, Sakura menghela nafas. Ini akan membuang waktunya yang berharga. Karena Ayah mertuanya bilang wanita ini tengah butuh pekerjaannya akhirnya ia bersikeras mempertahankan.

Ia tahu bagaimana susahnya mencari pekerjaan di Ibukota dengan pendidikan yang Mia miliki.

" Kenapa suami anda sangat jahat? Padahal saya tidak melakukan apapun " Kalau sudah tahu hanya ada suaminya di meja makan seharusnya tidak perlu mendatanginya. Sasuke paling tidak suka diganggu saat sarapan ataupun jam makan lainnya.

Moodnya pasti akan memburuk. Dan sulit mengembalikannya sampai pria itu pulang kerja. Belum lagi para karyawannya yang pastinya kena semprot suaminya juga.

" Aku sebagai istrinya saja tidak bisa mengontrol emosinya " Mia berdecak. Bagaimana bisa istrinya tidak tahu? Mereka pasti sudah tinggal bertahun-tahun bukan?

" Kenapa Nyonya meninggalkanku? Bagaimana kalau suami anda menyerangku lagi? " Ia menahan tangan Sakura yang hendak pergi. Namun Sakura melepaskannya dengan wajar, ia tidak bisa. Ia lebih memilih menyusul suaminya daripada menemaninya disini.

Sakura tidak suka bicara dengan nada kencang. Dan suara Mia kali ini membuat telinganya sakit.

" Ini bahkan lebih penting daripada menemanimu. Kalau kamu masih ingin bekerja masuklah. Kamu bisa bantu membereskan yang lain "

Mia menatap kepergiaannya dengan pandangan kesal. Keluarga yang aneh. Ia menghentakkan kakinya kedalam, Ia akan melihat apa yang bisa dibawanya kali ini.




..to be continue..


Kayanya sekarang pembaca sasusaku mulai sedikit ya..

Haruskah ganti karakter lagi??

My Husband #1 (Season 2) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang