Kakak 15 "Sini gua ceritain!!"

19 3 0
                                    

Sabella terdiam seketika. Apa iya pertanyaan itu harus dijawab? Fikri mulai menatap Sabella heran, dia pikir Sabella bakal langsung jawab 'enggak!', ternyata malah terdiam seolah skakmat.

Disaat keduanya saling diam, datanglah seorang pelayan yang dengan ramah menyapa mereka, lalu menyodorkan buku menu, kertas pesanan, dan sebuah pensil sambil berkata, "silahkan ditulis menu pesanannya, kalau sudah bisa langsung kasih ke resepsionis aja ya kak, nanti langsung kita proses pesanannya.."

"Oh iya kak, makasih.," kata Sabella sambil mengambil lembar pesanan dan pensil yang diberikan oleh pelayan.

Si pelayan pun menanggapi Sabella dengan sopan, lalu pergi. Setelah itu Sabella melirik Fikri yang sudah fokus pada buku menu ditangannya, "Lu mau pesen apa, Fik?," tanya Sabella santai dan bersiap menulis pesanan pemuda dihadapannya.

"Hmm.." sahut Fikri yang masih membolak-balik setiap lembar buku itu.

"Loh? Apaan, kok hmm?," tanya Sabella terheran-heran.

"Hmm..," sahut Fikri yang membuat Sabella semakin emosi.

"Hisssh! Lu mau kopi?," tanya Sabella tanpa basa-basi.

"Gak! Gue gak minum kopi.." jawab Fikri datar lalu kembali membolak-balik buku menu ditangannya. Hingga pandangannya pun jatuh pada secangkir minuman hangat yang bertuliskan 'Cappucino'. Fikri pun menunjukkan gambar itu kepada Sabella sambil berkata, "nah! Ini nih.. Cappucino!"

Sabella yang tadinya masih kebingungan memilih menu, tiba-tiba tersentak. Ia menatap aneh Fikri dan berkata, "Hah?! Cappucino? Bukannya sama aja sama kopi?!"

"Beda, Bel..," jawab Fikri dengan ekspresi merasa paling benar.

"Fikri, Cappucino itu mengandung kopi!," ujar Sabella dengan sabar.

"Tapi beda, Bel!,"

"Beda gimana? Kalo lu gak minum kopi, lu jangan minum cappuccino lah!"

"Ribut lu! Terserah gue lah!,"

"Lah? Lu gak minum kopi kenapa?"

"Gak mau aja."

"Hah?!"

"Apa 'Hah?!'?? Udah buru tulis!,"

Ekspresinya yang seolah tidak ada beban itu sangat menjengkelkan bagi Sabella. Ia berdecik pelan sambil berkata, "iya! Iya! Ini gue tulis.."

Setelah selesai menulis menu yang dipesan, Sabella beranjak menuju meja resepsionis untuk memberikan kertas pesanan mereka dan mengembalikan buku menu. Dan sekembalinya dari sana Sabella hanya duduk tenang sambil memainkan ponselnya.

Fikri pun begitu, dia sibuk menumpuk mainan Uno stacko yang sebelumnya dia ambil dari meja depan saat Sabella pergi ke meja resepsionis. Sambil asyik sendiri menyusun mainan itu, Fikri tiba-tiba bertanya, "tadi Lo bilang mau ngobrol-ngobrol di kafe. Mau ngobrolin apa emang?"

Sabella tersentak sesaat, dia pikir Fikri lupa seperti biasanya, 'udah tuh anak fokus banget lagi numpuk stacko nya..', batin Sabella terheran-heran. Setelah mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja, Sabella bertanya dengan santai, "Alwi kenapa pindah ya? Padahal dia udah lama sama kita, dia juga udah sukses disini, jadi model, pinter, masuk club basket sekolah pula.. tau-tau udah pindah aje.. lu tau Fik, kenapa?"

"Lu nangis-nangis gara-gara dia pindah, tapi lu gak tau alesannya?," tanya Fikri yang malah semakin fokus main Uno stacko.

"Ya, wajarlah gue nangis.. lagian bilang mau pindah tiba-tiba banget, terus pindahnya jauh lagi.. ke New Zealand, kan?," yang ikut memainkan Uno stacko yang ditumpuk Fikri.

"Iya," jawab Fikri singkat.

"Terus, dia kenapa?,"

"Lu mau tau banget?,"

"Iyalah!,"

Fikri lalu menggaruk dagunya yang tidak gatal, lalu bergumam, "gimana ya?"

Sabella mulai menatap curiga pemuda dihadapannya, dan dengan polosnya bertanya, "Fik! Lo jangan-jangan (beneran pernah pacaran sama dia ya)?"

Dengan cepat Fikri menepis pikiran buruk Sabella, lalu berkata, "Heh! Iya dah! Sini gua ceritain!!"

...

KAKAK ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang