04

161 15 1
                                    

"Dulu aku hanya Pitcher biasa yang sering sekali menyusahkan catcher, bahkan aku tidak tau bagaimana cara melempar bola yang benar. Namun berkat kerja keras dan pelatihan dari Pelatih Hatake aku bisa menjadi seperti sekarang."

"Sekarang lah waktu kalian untuk mengasah kemampuan bermain baseball kalian. Tinggal enam bulan lagi menuju kousien, tentu saja akan ada seleksi untuk bisa bertanding di kousien. Sharusnya pelatihannya sudah matang. Ya kan, sensei?" Naruto menoleh ke arah Kakashi.

"Tentu saja, anak kelas 2 tahun ini benar-benar membuat ku terkejut. Terutama ace kami, Uchiha Kawaki."

Naruto mengernyit.

Uchiha?

Dia hanya tau satu Uchiha. Yaitu Uchiha Sasuke.

Mungkinkah Sasuke sudah menikah dan memiliki seorang anak? Atau memang ada Uchiha lain selain Sasuke?

"Benarkah Sensei? Aku jadi penasaran seperti apa lemparannya."

"Oh tenang saja, Naruto. Jika kau mau, kau bisa melihat mereka berlatih. Siapa tau dengan adanya kau, mereka memiliki motivasi baru untuk menang."

"Itu ide yang bagus, Sensei. Kebetulan hari ini aku tidak memiliki jadwal. Jadi aku bisa melihat mereka berlatih sampai sore!"

Suara sorakan terdengar di ruang aula. Terutama tim baseball, mereka semua bersorak gembira karena pelatihannya akan di lihat langsung oleh pemain professional tingkat internasional.

"Kemana Kawaki? Sepertinya aku melihatnya tadi di aula. Mengapa dia tidak ikut latihan hari ini?" Tanya Kakashi pada Miyuki, Catcher yang biasa menangkap lemparan Kawaki.

"Anoo, Kawaki sudah tidak dalam tim, Hatake sensei."

"Heehh, benarkah?"

"Hai! Sudah seminggu yang lalu."

"Apa yang akan kau lakukan, sensei? Bukankah sangat fatal jika seorang ace meninggalkan tim diwaktu seperti ini?"

Kakashi menghela napas. Jelas tidak tahu ingin menjawab apa pertanyaan Naruto barusan. Tentu saja itu sangat fatal. Membangun chemistry tim sangat susah dan butuh waktu lama. Apa lagi posisinya adalah seorang Ace tim.

Kawaki tidak bisa mengambil keputusan yang sembrono seperti ini.

"Sawamura, panggilan Kawaki sekarang! Aku menunggunya disini."

"Hai!"

"Sensei," Naruto melirik sekilas kearah Kakashi sebelum kembali menatap kearah anak anak yang sedang berlatih. Dia tidak yakin ingin menanyakan ini kepada senseinya. Tapi bagaimana lagi, hari ini benar-benar penuh kejutan.

"Katakan, Naruto."

"Sudah berapa lama Sasuke menjadi guru disini?"

"Kurang lebih 5 tahun."

"Jadi selama ini Sasuke berada di jepang?" Naruto akhirnya menatap langsung kearah Kakashi. Jelas terkejut dengan informasi yang diterimanya barusan. "Ku pikir.. aku mencarinya di seluruh penjuru jepang, tapi selalu gagal, bagaimana bisa.."

Kakashi gusar. Dia keceplosan! Seharusnya dari awal dia tidak perlu ikut campur dalam hubungan kedua mantan muridnya ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur, lagi pula Kakashi lah yang membantu Sasuke saat wanita itu dalam kondisi tidak baik-baik saja. Termasuk membantu Sasuke bersembunyi dari Naruto dan keluarganya.

"Naruto, kau sudah memiliki kehidupan baru, dunia baru bersama istri dan anakmu, jadiㅡ"

"Bukan soal itu, Sensei. Aku hanya ingin tahu mengapa dia meninggalkanku tanpa alasan yang jelas."

"Narutoㅡ"

"Hatake Sensei."

Kakashi berdecak saat melihat sosok Kawaki yang menghampirinya. Saat bocah itu sudah berdiri tepat di depannya, dia dengan cepat menjewer telinganya. "Bocah nakal! Bisa bisanya kau keluar dari tim tanpa memberitahuku?!"

"Ck! Jangan lakukan itu! Aku malu tahu!" Kawaki mencoba melepaskan tangan Kakashi dari telinganya. Sudah sakit, malu pula di liatin oleh adik kelas.

"Sekarang berikan aku alasan mengapa kau keluar dari tim?" Katanya sembari melepaskan tangannya dari telinga Kawaki. Menatap bocah 15 tahun itu dengan malas.

"Aku sudah tidak berniat untuk bermain baseball. Membosankan tahu!"

"Benarkah? Bukankah dari kecil kau sangat ingin sekali menjadi pitcher pro dan bermain di kousien?"

Kawaki mendengus. "Itu kan waktu aku masih kecil. Sekarang aku sudah besar. Cita-citaku juga sudah berubah."

"Pokonya kau harus tetap berada di dalam tim!"

"Aku tidak mau!"

"Aku adalah kepala sekolah, kau tidak bisa membantah."

"Jangan menggunakan jabatanmu seperti itu!"

Keduanya seakan melupakan sosok Naruto yang sedari tadi hanya melihat interaksi keduanya dengan berbagai macam pemikiran di kepalanya.

Aneh.

Anak yang berada di hadapannya sekarang adalah seorang Uchiha.

Dan anak yang bernama Uchiha Kawaki ini terlihat sangat dekat dengan Kakashi.

Lalu Uchiha Sasuke adalah guru di sekolah ini.

Astaga!

Kepalanya seakan mau pecah memikirkan semua ini.

"Mhm.. sensei.."

Kakashi mengalihkan perhatiannya kepada Naruto. Dia bahkan melupakan mantan murid nya itu. Astaga. Ini semua gara gara Kawaki!

"Ah, maafkan aku, Naruto."

"Tidak tidak! Tidak apa, sepertinya kalian sangat dekat," katanya yang di balas anggukan oleh Kakashi.

Kemudian dia melihat kearah kawaki yang sedang melihat temannya berlatih. "Bagaimana jika kau perlihatkan lemparanmu padaku, Kawaki?"

Naruto tertegun saat mendapat tatapan permusuhan dari bocah didepannya. Sungguh, dia hanya ingin melihat lemparannya, bukan menyuruhnya melakukan tindak kriminal!

"Aku tidak mau!"

"Kawaki." Kakashi memperingati.

"Sudah ku bilang, aku tidak akan kembali ke baseball, Hatake sensei."

Kakashi menghela napas lelah. Kawaki dan keras kepalanya.

"Lihat, didepanmu adalah Uzumaki Naruto, kau sering berkata kepadaku jika kau ingin seperti beliau, inilah saatnya kau bisa menunjukan kemampuanmu didepan idolamu, Kawaki."

"Aku sudah katakan, aku tidak akan kembali ke baseball. Itu berarti dia bukan lagi idolaku."

"Kawakiㅡ"

"Sensei, biarkan saja, mungkin Kawaki butuh waktu untuk berpikir." Naruto tersenyum kearah Kawaki. Mengulurkan tangannya untuk menepuk pundak bocah itu, namun gagal, Kawaki lebih dulu menghindar dari sentuhannya.

"Aku tidak tau apa yang terjadi denganmu. Mungkin kau sedang dalam situasi yang sulit. Tapi apapun itu, jangan pernah korbankan cita-citamu untuk suatu hal."

Kawaki mengedikan bahu. Dia membungkukan badannya sebelum berjalan pergi. Meninggalkan Naruto yang masih menggengam erat kepalan tangannya. Entah mengapa dia merasa sedih saat melihat tatapan kebencian dari anak itu.

"Naruto, tidak usah dipikirkan perkataan Kawaki barusan. Anaknya memang seperti itu."

Naruto hanya tertawa. Memaklumi emosi remaja yang sering berubah ubah.

"Sepertinya aku harus kembali, sensei. Aku harus menjemput putraku."

"Ah benar, bagaimana kabar Boruto?"

"Dia tumbuh dengan sangat baik."

Kakashi mengangguk. "Syukurlah, aku sudah lama tidak melihatnya. Titipkan salam dariku untuknya."

Naruto tersenyum. Membungkuk hormat kearah kakashi sebelum akhirnya berjalan pergi dari lapangan latihan baseball

Things Better Left UnsaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang