05

244 16 1
                                    

"Apa yang kau lakukan!"

Sasuke menyentak tangan Naruto dari pergelangan tangannya. Dia melihat pria itu menutup pintu ruang kelas sebelum berbalik menghadapnya.

Awalnya Sasuke sedang berjalan kearah parkiran. Namun di lorong kelas 1 dia bertemu dengan Naruto yang sepertinya memiliki tujuan yang sama sepertinya.

Ntah apa yang membuat pria itu senekat ini. Naruto menarik tangannya untuk memasuki ruang kelas yang sudah kosong karena hampir seluruh murid sudah dipulangkan, hanya tersisa beberapa siswa yang berada diluar area kelas seperti kantin, ruang klub dan lapangan.

"Aku tidak akan melepaskanmu sampai kau memberitahuku alasanmu meninggalkanku."

"Itu sudah berlalu belasan tahun!"

"Dan aku tersiksa belasan tahun karenamu, Sasuke! Bisa kah kau memahami perasaanku?"

Sasuke tidak mengharapkan jawaban seperti itu.

"Minggir! Biarkan aku pergi!" Sasuke tidak mengindahkan perkataan Naruto. Dia berjalan kearah pintu. Berusaha menyingkirkan tubuh Naruto yang menghalangi pintu.

"Tidak akan, sebelum kau menjawab pertanyaanku."

"Itu tidak penting! Semua sudah berlalu. Tidak ada yang perlu dibahas."

"Kau meninggalkanku saat aku sangat mencintaimu dan kita akan menikah, sialan! Kau bilang itu tidak penting? Apa selama ini hanya aku yang mincintamu?!" Naruto menatap tajam Sasuke.

"Benar. Aku tidak pernah sedikit pun mencintaimu. Jadi biarkan aku pergi!"

"Katakan sekali lagi." Katanya, menatap tajam Sasuke.

"Aku tidak pernah mencintaimu!" Sasuke membalas tatapan Naruto tidak kalah sengit sebelum mengeryit saat melihat Naruto yang tertawa karena jawabannya barusan. Sialan, orang gila ini.

"Cepat minggir!"

"Baiklah. Aku akan mencari tahu sendiri jika kau masih tidak ingin berkata jujur."

"Apㅡ" matanya membelalak saat merasakan benda kenyal menyentuh bibirnya.

Uzumaki brengsek Naruto baru saja menciumnya?!

Sialan!

Dia sudah punya anak dan istri. Tidak seharusnya dia berbuat seperti ini!

"Emph!" Sasuke memukul dada Naruto sekuat yang dia bisa. Berharap lelaki itu menghentikan aksinya.

Namun bukannya berhenti, pria itu malah semakin berani untuk melumat bibirnya. Mencicipi setiap inci dari bibir Sasuke.

Setelah sepuluh menit, Naruto baru melepaskan pangutannya. Melihat Sasuke yang menatapnya penuh kebencian. Tapi tidak masalah baginya.

"Kau mencintaiku, Sasuke. Bahkan sampai sekarang." Katanya sembari menyeringai puas.

"Kau brengsek!"

"Dan pria brengsek ini masih menginginkanmu." Naruto kembali mencumbu bibir yang selama ini di rindukannya. Dia tersenyum di sela pangutannya karena Sasuke akhirnya membalas pangutannya.

Dia tahu itu.

Uchiha Sasuke sangat mencintainya.

"Ada apa?" Naruto menatapnya bingung saat Sasuke berhasil mendorong tubuhnya menjauh. Dilihatnya wanita itu sedang merogoh tas nya dan mengambil ponselnya sebelum mengangkat telepon dari ntah siapa.

"I-ibu masih di ruang guru. Sebentar lagi Ibu akan keparkiran."

"Mhm." Setelah itu Sasuke kembali memasukan ponselnya. Mengabaikan raut bertanya Naruto.

"Kawaki."

Sasuke dengan cepat menatap kearah Naruto. Agak kaget saat pria itu menyebut nama anaknya.

"Dia.. anakmu?"

Sasuke tidak sadar jika dia baru saja menahan napas saat mendengar pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Naruto.

Tidak mungkin pria itu tau.

"Tentu saja." Jawabnya berusaha untuk setenang yang dia bisa. Sasuke berpura-pura merapihkan penampilannya untuk menghindari tatapan pria itu

"Sekarang biarkan aku pergi. Anakku sudah menunggu." Saat tangannya sudah mencapai gagang pintu. Pergelangan tangannya kembali di cekal oleh Naruto. Mata pria itu masih setia mengarah kearahnya.

"Apakah.. apakah dia anakku?"

Sasuke berdecih. Menghentakan tangan Naruto. "Tsk! Percaya diri sekali." Dengan itu Sasuke meninggalkan Naruto yang masih berdiri ditempatnya.



Things Better Left UnsaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang