V

20 4 0
                                    

Rasanya hari ini Hongjoong ingin memukul Mingi dengan laptop di genggamannya, jika tidak mengingat mood lelaki itu yang sedang buruk, mungkin Mingi sudah habis di tangannya sekarang.

"Lu kenapa sih?!"
"Udah cil, gua mau bolos aja. Males gua"

Tiba-tiba saja mood Mingi berubah drastis, yang biasanya sangat semangat menggoda Hongjoong, kali ini Mingi terlihat seperti koala kurang tidur. Lemas banget.
Telapak tangan Hongjoong menyentuh dahi sang kekasih.

"Sakit? Ke UKS ya?"
"Nggak, mau pulang aja. Gua lagi cuti kerja juga. Pengen turu"

Tumben sekali pikirnya. Tapi Hongjoong hanya mengangguk dan ikut Mingi ke rumahnya. Nggak ngapa ngapain. Dia cuman takut Mingi tiba-tiba sakit lalu tepar kan nggak lucu.

Duduklah dia di sofa lalu memainkan smartphone nya, tiba-tiba Mingi merebahkan dirinya dan menaruh kepalanya di paha Hongjoong. Dia hanya terkekeh dan mengelus rambut Mingi.

"Kenapa?"
"Nggak apa-apa"

Keheningan melanda mereka, hingga Hongjoong pun hanya bisa mengelus rambut Mingi dengan lembut. Kekasihnya sendiri sudah sibuk menutup matanya dari tadi.

"Joong"

Tumben, tumben banget Mingi memanggilnya dengan nama. Pasti sada yang salah dengan lelaki ini.

"Lu kenapa sih nyet?! Kayak nggak biasanya"

"Nggak, gua cuman mau tanya. Lu udah nemu jawabannya belom? Karatan nih gua nungguinnya"

"Belom lah, teka teki nggak ada jawabannya gitu"

Ternyata tidak, Hongjoong mengurungkan niatnya untuk berasumsi bahwa kekasihnya ini berubah, nyatanya tetap seperti biasanya, ngeselin.

"Yaudah. Gua kasih clue terakhir nih"

"Lhoh kok terakhir sih?!"
Hongjoong tentu saja protes, pasalnya dia belum kepikiran apapun tentang jawaban yang tepat.

"Males ah nungguin. Makanya ini clue terakhir, besok lu harus jawab"

"Iya in deh. Biar nggak ngambek"

Oknum yang rebahan di sofa itu hanya bisa terkekeh geli, lalu membuka matanya dan menatap Hongjoong.

"Satu kata ini lu ucapin pas kangen banget sama seseorang, gua contohnya."

Hongjoong ingin gumoh, dia muak. Berakhir dia hanya menatap Mingi dengan jijik dan lanjut mendengarkan apa yang ingin disampaikan sang kekasih.

"You say it, you don't feel it. But it comes with feeling"

"Idih sok Inggris" Cibir Hongjoong.
"Ini clue cil, elah"

"Pas ngomong, lu nggak bakal ngerasain. Tapi kata ini datang karena perasaan. Perasaan rindu lu ke seseorang"

Ini kenapa Mingi berubah menjadi sangat puitis secara tiba-tiba? Hongjoong bertanya-tanya, rasanya seperti bukan Mingi.

"Sok puitis"

"Udah ah, itu clue nya. Kalo nggak bisa nebak, besok gua kasih jawabannya"

Hongjoong hanya memutar matanya malas disertai helaan nafas. Lalu kembali mengelus rambut Mingi. Tiba-tiba jari telunjuk Mingi menoel hidung Hongjoong sambil tersenyum.

Fix aneh, FIX. Kekasihnya ini aneh, sangat aneh.

■□■□■□■□■

Mingi menghela nafas setelah Hongjoong pulang, besok adalah hari tersibuk untuknya. Hari peringatan dimana orang tersayangnya tiada. Kakaknya, Seandra Yunho.
Semilir angin malam mulai menerjang masuk ke jendela rumahnya, Mingi merasa kedinginan.

Dibukanya kamar mendiang kakaknya yang masih tertata rapi dan bersih, Mingi sangat menjaga kebersihan kamar milik kakaknya tersebut. Dia tak akan membiarkan debu hinggap di barang peninggalan berharga itu.
Mingi duduk di kasur kakaknya dan menatap nanar ke jendela dengar gorden abu abu juga tali yang menggantung di sana.

Ingatan Mingi masih jelas, dimana dia meraung dengan keputusasaan nya empat tahun lalu. Nyatanya empat tahun tak membuat Mingi lupa akan kematian kakaknya.
Rasa bersalahnya kian menumpuk setiap saat, andaikan saja.

Andaikan saat itu....
Tapi kenyataan nya Mingi sudah kehilangan kakaknya.
Selamanya.

Dia memejamkan matanya dan bersandar di kasur kakaknya. Lantai yang dingin tak membuat Mingi berkehendak naik ke kasur. Tidak sedikitpun dia berniat beranjak.
Matanya memandang kosong ke arah tali yang menggantung di sana. Ruangan yang gelap dan hanya ada cahaya bulan yang menyusup membuatnya semakin betah berdiam diri.

"Sean....."

■□■□■□■□■

Duduklah Mingi di sebuah makam yang sudah tersedia sebuket bunga mawar putih juga sebotol air mineral. Dia duduk tanpa peduli celana hitamnya kotor karena tanah makam.

"Seandra.... Kangen"

"Maaf cuman bawain air mineral, aku lagi bokek"
Mingi berbisik pelan dan tersenyum tipis, bagaikan orang gila. Lalu tiba-tiba dia menangis.

"Seandra.... Jangan tinggalin gua...."

Meskipun Mingi terlihat absurd dengan tingkah yang biasa dia lakukan. Terlihat hiperaktif dan sangat moodbooster, tapi nyatanya Mingi sangat kesepian.
Lalu Hongjoong?

Hongjoong memang meredakan kesepian Mingi, tapi baginya hanya sedikit. Setiap dia pulang ke rumah, semuanya kembali sepi. Tanpa Seandra, hidup Mingi menjadi sangat monoton.

"Seandra... Pulang dong, maafin aku. Aku cuman sendirian di rumah"

Mingi dengan sesegukan meminta dengan memelas di makam kakaknya, walaupun semuanya percuma saja karena Seandra tak akan pernah kembali.

Sekarang jam menunjukkan pukul satu siang. Matahari yang masih bersinar terik tak masalah bagi Mingi yang baru saja pulang dari makam kakaknya dengan wajah sembab. Dia tidak peduli dengan kuliahnya atau kerja part timenya, dia hanya ingin berdiam diri di kamar kakaknya.

Didudukanlah dirinya di lantai dengan segelas teh manis yang biasa kakaknya minum. Dia lagi lagi menghela nafas lelah. Matanya menatap kosong ke arah tali yang menggantung di sana.

"Seandra... Maaf"

Pikiran Mingi mengabur, entah apa yang sedang mempengaruhi dirinya.
Diambilnya sebuah diambilnya sebuah cutter di diatas meja nakas milik kakaknya dan mengeluarkan mata pisau nya lalu dia arahkan ke pergelangan tangan kirinya.

Pikiran Mingi kalut, perasaan bersalahnya lebih mendominasi sekarang. Kesalahannya kepala sang kakak yang tidak dapat dia perbaiki lagi. Selamanya.
Mingi sangat menyesal, seakan dia menanggung beban hidup yang sangat berat. Beban akan kematian kakaknya yang sangat menghantui hidup seorang Renjuan Mingi.

Nafasnya sesak, rasanya oksigen yang ditarik ke dalam paru-paru nya dipaksa masuk tanpa sekehendak sang pemilik tubuh. Keringatnya bercucuran dari dahi hingga menetes ke dagu. Jangan lupakan genangan darah di keramik putih bersih di kamar Seandra.

"S-sean..."

Dengan nafas memburu, Mingi mengucapkan satu kata dengan susah payah. Netra matanya bergetar melihat pergelangan tangannya yang sudah berlumuran darah, dia memotong urat nadinya sendiri.

Nyatanya bunuh diri tidak secepat dan semudah yang dia bayangkan. Mingi harus melewati beribu-ribu kesakitan saat ini yang sangat menyiksa dirinya. Kapan dia mati, mungkin begitu pikirnya.

Mingi tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi Seandra saat itu, saat dimana kakaknya itu menggantung diri di kamar ini. Di sana, tepat di tali yang Mingi sediakan untuk menggantung dirinya setelah kematian kakaknya. Tapi akhirnya dia lebih memilih kematian yang berbeda dengan jalan yang dipilih kakaknya.

"Seandra badjingan.... Sulit banget mau ketemu kamu doang. Mana ketemunya di neraka lagi"

Tbc.
Loading....

Love, in 5 letters - [Minjoong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang