08. Perubahan.

27 8 2
                                    

Sore hari ini langit nya begitu cantik, dengan langit yang berwarna oranye dan pink -disertai dengan bentuk awan yang bervariasi membuat mata tak bisa berpaling darinya.

Ditepi jalan yang sunyi, terdapat seorang perempuan dan laki-laki yang sedang berjalan bersama. Betul, mereka adalah Hanin dan Arsyad. Mereka berjalan bersama dengan tujuan pulang kerumah nya masing-masing, disinari dengan sunset sore ini yang membuat tuan dan puan itu terlihat indah.

Mereka berlatih di pagi hari dan selesai pada sore hari, kini mereka sedang berada dalam perjalanan pulang. Mereka tak banyak bicara sebab tenaga nya sudah habis karena kegiatan latihan mereka, namun sesekali Hanin mengajak Arsyad untuk mengobrol dengan obrolan yang ringan.

Sadar akan langit nya yang sedang berpenampilan cantik, Hanin mengangkat kepala nya dan melihat pemandangan anugrah Tuhan.

"Langit nya cantik banget ya" Hanin mengeluarkan ponselnya untuk memotret pemandangan langit yang sangat cantik.

"Kenapa difoto?" tanya Arsyad. Entah apa yang dipikirkan-nya sampai-sampai ia menanyakan sesuatu yang menurut Hanin tak perlu ditanyakan.

"Yaa karena langit nya cantik," jawab Hanin dengan keheranan akan pertanyaan Arsyad.

"Kan bisa diliat aja, ga usah difoto"

Bingung akan perkataan Arsyad yang menurut Hanin tak sepemikiran dengan nya, ia mengerutkan alisnya dan melirik kepada Arsyad.

"Menurut gue ya, foto ini tuh bisa mengingatkan kita pada kejadian yang mungkin aja gabisa terulang kembali. Dengan foto ini, gue bisa inget kejadian sekarang ini nanti"

"Dan juga, gue bisa bagiin pemandangan indah ini ke orang-orang lewat handphone ini. Dengan begitu, mungkin aja orang-orang yang liat foto ini mereka bakal keluar dan ikut menikmati pemandangan cantik langit hari ini"

Penjelasan panjang lebar Hanin tak masuk kedalam pemikiran Arsyad, ia berpikir bagaimana jika foto itu terdapat kenangan yang tak ingin kita ingat kembali? Bukan kah akan sangat merepotkan bagi perasaan kita?

"Kenapa? pemikiran gue bertolak belakang lagi ya sama lu?" tanya Hanin yang melihat Arsyad menggaruk kan kepalanya setelah ia berbicara panjang lebar tadi.

Arsyad hanya mengangguk kan kepala nya sebagai jawaban, ia tak enak hati pada Hanin sebab pemikiran nya selalu bertolak belakang dengan nya.

Hanin terkekeh melihat Arsyad yang seperti ini, ia pikir dirinya tak bisa menyesuaikan dengan laki-laki ini, namun ternyata tak butuh waktu lama ia bisa akrab dengan Arsyad.

Ternyata di muka bumi ini, terdapat manusia yang bermacam-macam ya

"Ayo jalan lagi, udah sore banget nih"

Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan mereka kembali, pijakan santai yang membawa mereka berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan mereka akan berpisah untuk sampai pada tujuan nya masing-masing.

;

"Hanin pulang, bu." Salam Hanin saat ia membuka pintu rumahnya dan masuk kedalam. Ia menemukan ayahnya yang sedang menikmati minuman sambil menonton film kesukaan nya diruang tamu, dan ibunya yang sedang memasak untuk makan malam hari ini didapur yang tak jauh dari ruang tamu.

"Loh, kok kamu sendiri nin? Haidar mana?" Tanya sang ibu yang melihat kedatangan putri nya. Hanin yang bingung akan pertanyaan ibunya, ia memiringkan kepalanya dan mengerutkan dahinya.

"Kan dia nyusul ke kamu nin," sambung sang ibu. Hanin semakin bingung, ia pun melepaskan sepatunya dan menghampiri sang ibu.

"Haidar ngga ada nyusul ke aku bu," ujar Hanin. Sekalian, ia membantu sang ibu menyiapkan peralatan makan untuk malam ini.

"Loh, pagi tadi ga lama kamu pergi, dia bilang mau nyusul kamu loh. Katanya kesekolah kamu," yakin sang ibu. Diana tak salah ingat, putra bungsu nya memang meminta izin padanya untuk pergi ke tempat kakaknya berlatih.

"Engga bu, aku dari pagi juga cuma berdua latihan nya. Engga ada haidar yang kesana," paksa Hanin.

"Yaudah, coba kamu telfon dia. Udah mau gelap ini," pinta Diana.

Hanin segera mengeluarkan ponselnya dan mencari nama kontak sang adik untuk menghubunginya, ia mengarahkan telfon genggam nya ke telinganya untuk menunggu jawaban sang adik.

Satu panggilan tak terjawab, dua panggilan tak terjawab, dan untuk yang ketiga kalinya pun tak terjawab. Kemana sih anak ini, biasanya adiknya selalu langsung mengangkat panggilan nya, namun entah kenapa kali ini tak ada panggilan yang dijawab, satu pun.

"Gimana nin?" Tanya sang ibu yang sudah mulai khawatir.

"Ga dijawab jawab bu," ujar Hanin yang ikut khawatir pada adiknya.

"Haduhh, kemana ya Haidar.."

Sang ibu terus khawatir pada putra sulungnya, sedangkan Hanin yang terus sibuk menanyakan keberadaan haidar pada teman-teman nya pun tak mendapatkan sedikitpun petunjuk.

"Udah.. Dia pasti tau jalan pulang kok, mending makan dulu," sahut atmaja. Sang ayah terus memperhatikan mereka yang sangat khawatir pada putra bungsu nya, ia mencoba menenangkan istrinya dengan mengelus pundaknya dan memintanya untuk mengisi perutnya terlebih dahulu.

Akhirnya mereka memutuskan untuk makan malam tanpa putra bungsu nya. Makan malam kali ini terasa sangat sepi, sebab orang yang selalu bisa menimbulkan tawa kini tak hadir. Hanya ada suara gesekan antara piring dengan sendok, tidak ada yang memulai obrolan, ugh.. benci banget gue suasana yang begini.

"Udah telepon adek kamu?" tanpa aba-aba, sang ayah tiba-tiba saja bertanya pada putrinya. Hanin yang terkejut melebarkan matanya dan menganggukkan kepalanya berkali-kali sambil menunjukkan bukti bahwa ia sudah menelepon adiknya.

"Beneran ngga ada nyusul ke kamu?" Tanya sang ayah lagi, kali ini Hanin menggelengkan kepalanya sebagai tanda balasan tidak.

"Gimana ini mas?" Sedangkan sang ibu terlihat sangat khawatir hingga frustasi memikirkan putranya.

"Tenang.. habis ini kita cari bareng-bareng," ujar Atmaja. Ia berusaha untuk menenangkan Diana yang semakin khawatir pada Haidar.

Sedetik itu terdengar suara pintu terbuka dan memperlihatkan orang yang sedari dari dikhawatir kan oleh se isi rumah, Haidar yang baru saja pulang dengan raut wajah datar dengan kepalanya yang ditutupi oleh tudung hoodie, ga biasanya.. abis ngapain dah ni bocah?

Sang ibu yang menyadari kehadiran putranya langsung beranjak dari duduk nya dan pergi menghampiri Haidar, ia menempelkan telapak tangannya ke pipi sang bungsu dengan sangat khawatir.

"Kamu gapapa kan dek? Ya ampun.. keringetan gini.. kamu abis dari mana aja dek?"

Haidar tak menjawab apapun, ia hanya diam dan menatap sang ibu, lanjut menatap sang ayah, dan terakhir ia menatap kakaknya dengan tatapan yang penuh kekecewaan. Haidar menepis tangan sang ibu dan pergi begitu saja tanpa sepatah katapun, ia pergi masuk kekamar nya dan menutup pintunya dengan sangat kencang.

"Haidar!" Atmaja berteriak marah. Bagaimana mungkin ia tak marah, semua orang mengkhawatirkan dirinya, sedangkan ia malah bertindak seperti itu.

Hanin yang melihat tingkah adiknya yang tak biasanya menyadari pasti ada yang tak beres dengan adiknya, semoga ga terlalu serius masalahnya...

>>>

🎉 Kamu telah selesai membaca Dunia selalu punya kejutan untuk kita. || Ning Ning [Aespa] w/ Jaemin [NCT] 🎉
Dunia selalu punya kejutan untuk kita. || Ning Ning [Aespa] w/ Jaemin [NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang