16. Punishment

350 47 27
                                    

Happy Reading guyss!! 😄❤️
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

Setelah mandi Hanna melanjutkan pekerjaannya untuk mengalihkan perhatian dari pikiran-pikiran negatif yang membuatnya stress.

Hanna memegang perutnya karena merasa lapar, jam sudah menunjukan pukul 11.30 wib namun sarapannya tidak datang bahkan sekarang hampir menjelang makan siang.

"Aku tidak tau bahwa mereka menambah hukumanku. Apakah aku tidak diberi makan juga." Keluh Hanna.
'Akan sangat merepotkan jika aku terkena magh.'

Hanna kemudian berjalan ke tempat tidur dan bersandar di ujung tempat tidurnya. Hanna bernafas pelan, keringat dingin mulai membasahi dahinya dan nyeri magh yang ia benci pun mulai ia rasakan.

Sialnya tidak ada obat magh dilaci Hanna, karena selama ia tinggal disini maghnya tak pernah kambuh. Makanannya selalu tercukupi, walau kadang sedikit terlambat, namun tidak sampai menimbulkan gejala magh.

Hanna juga menyadari bahwa gejala maghnya timbul karena ia stress, Hanna terbebani dengan tuduhan tak berdasar keluarga Orland, apalagi ia sangat khawatir jika ibu membencinya.

Hanna kemudian menggapai obat di laci samping tempat tidurnya. Yang ia pegang sekarang adalah obat sakit kepala, Hanna berharap bisa tertidur saat meminum obat tersebut.
.
.
.

Hanna bangun dari tidurnya. Tubuhnya lemas tak bertenaga. Ia melihat jam di kamarnya pukul 13.48. Kepalanya pusing dan rasanya ia ingin muntah.

Hanna bangun dan pelan-pelan ke WC. Disana Hanna muntah-muntah di wastafel namun yang keluar hanya cairan bening yang rasanya pahit. Ia tak makan apapun sejak pagi tadi wajar saja muntahannya berupa cairan bening.

Hanna kembali ke ruangan kamar, ia melihat ada kertas di bawah pintu kamarnya.

Hanna mengambil kertas tersebut dan disana pelayan menulis pesan untuknya.

"Maaf nyonya, saya sudah mengetuk beberapa kali namun tak ada jawaban. Saya pikir anda sedang tidur atau di kamar mandi, jadi saya bawa kembali makanan anda. Tolong hubungi saya di nomor berikut jika anda sudah bangun. Saya akan antarkan makan siang anda." Tulis pelayan.

Hanna kemudian mengambil ponselnya di atas meja. Tak ada pesan atau panggilan dari siapapun. Padahal Hanna sangat berharap ibu mengiriminya pesan.

Hanna kemudian memberi pesan kepada pelayan agar mengantarkan makan siangnya. Hanna request untuk ditambahkan bubur dalam menu makan siangnya.
.
.
.
.

Tok... Tok...

Tak lama pintu kamar Hanna pun di ketuk.

"Saya membawa makanan anda, nyonya." Ucap Pelayan.

"Ya... Bawa ke dalam." Ucap Hanna.

"Maaf, saya tidak diizinkan masuk ke dalam kamar anda." Ucap pelayan.

"Kenapa?" Tanya Hanna.

"Saya tidak tau. Ini hanya perintah dari kepala pelayan." Ucap Pelayan tersebut dengan wajah gugup

"Kau anak baru?" Tanya Hanna.

"Iya... Saya baru di rekrut kemarin." Ucap pelayan tersebut.

"Siapa namamu?" Tanya Hanna.

"Nama saya Rin, nyonya." Jawab pelayan.

"Baiklah Rin, jadi kamu yang bertugas mengantarkan makanan menggantikan Sally?" Tanya Hanna.

"Ya..." Balas Rin.

"Kenapa sarapanku tadi pagi tidak diantar?" Tanya Hanna.

"Ah.. saya sudah menanyakan sarapan anda, namun pihak dapur menolak memberikannya. Katanya ini perintah dari tuan Orland, agar tidak memberikan anda sarapan. Kepala pelayan juga mengatakan hal demikian, bahwa ini perintah." Ucap Rin.

Business Marriage With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang