01.00

6.5K 422 11
                                    

Indonesia.

"Huh, capek."

Casey berhenti. Ternyata jalan dari mansion keluarganya sampai jalanan kota sangat jauh. Jika Casey tebak, dengan berjalan kaki sekitar 45 menit aa untuk sampai di kota.

Casey merogoh saku celananya. Mengambil inhaler miliknya. Menghirup inhaler itu ketika ia mulai merasakan sesak.

Dari arah berlawanan ada seorang pemuda yang berjalan menuju Casey dengan sempoyongan.

"HEH HEH NGAPAIN KAMU?" pekik Casey terkejut. Inhaler yang dipegangnya sampai jatuh ke tanah.

Pemuda asing itu tiba-tiba memeluk Casey erat dan meracau tidak jelas.

"Hik Alee sayangggg hik,"

"Ale hik kok hik ninggalin Aren sendiri hik,"

"Lepasin! Casey bukan ale ale yang kamu sebut itu!" ketus Casey. Bukannya lepas, pelukan pemuda itu malah semakin erat.

"ASTAGAA, INI MASIH DINI HARI LOH??"

Perut Casey mual. Ia tidak tahan dengan bau alkohol yang tercium sangat jelas di hidung mancung milik Casey. Dan juga racauan pemuda itu membuat dirinya pusing.

Suara langkah kaki mendekat. Casey menatap siapa yang menghampirinya. Seorang pemuda dengan hoodie hitam. Pemuda itu memakai masker di wajah yang Casey tebak pasti jelek.

"Dia teman gue. Sorry dia nyusahin." ucap pemuda itu. Nada bicaranya amat dingin seperti kutub utara.

Tanpa berperi pertemanan, pemuda itu menarik pemuda yang memeluk Casey dengan kasar. Tanpa mengucapkan apapun lagi, pemuda ber masker itu berlalu pergi seraya menyeret pemuda yang satunya.

"EHH TUNGGU," dengan sedikit berlari, Casey menghampiri kedua pemuda itu. Setibanya di hadapan mereka, Casey mengembangkan senyum polos.

"Hehehe Casey ikut kalian dongg," ucap Casey. Wajah nya sengaja ia imutkan agar dia mengijinkannya ikut.

Masih dini hari, hotel mana yang buka? Kalaupun buka pasti udah penuh. Apalagi tadi malam adalah malam jum'at. Daripada jadi gelandangan dadakan, lebih baik numpang dulu ye nggak??

Awalnya pemuda ber masker itu tidak ingin mengijinkannya. Karena tempat yang ia tinggali adalah milik si pemuda yang kobam. Tapi melihat wajah Casey yang imut seperti kucing tetangganya, ia menjadi tidak tega. Dengan terpaksa ia mengangguk.

"Ayo."

Dengan riang Casey mengikuti kedua pemuda itu. Beruntung saja pemuda ber masker menggunakan mobil. Jika saja pemuda itu menggunakan motor, pasti Casey akan di taro di knalpot.

Casey duduk didepan sedangkan pemuda yang kobam dibaringkan di kursi belakang. Mulut pemuda itu masih terus meracau.Setelah mobil itu berjalan, Casey tiba-tiba melotot saat teringat sesuatu.

INHALER NYA KETINGGALANN!!!

----------------

"Nama lo Casey?"

Tanya pemuda bermasker tadi. Masker pemuda itu sudah di lepas. Ternyata di wajah yang Casey tebak jelek itu, ada sebuah luka panjang dari dagu hingga pipi. Terlihat sudah lama.

Dan pemuda mabok tadi, saat ini sedang tertidur dengan nyaman.

Casey mengangguk, "Iya, nama Casey itu Casey, salam kenal." ucap Casey disertai cengiran sehingga gigi kelinci si manis kelihatan.

Si ber masker terkekeh, merasa gemas dengan Casey, "Salam kenal, gue Atlezza."

"Hai Atlezzz~~" sapa si manis.

Merasa gemas dengan Casey, Atlezza mengacak-acak rambut halus milik Casey.

BRUKK

Serempak mereka menoleh ke asal suara itu. Ternyata pemuda yang mabuk tadi terjatuh dari sofa yang ia tiduri. Pemuda itu terbangun dan segera kembali duduk di sofa. Matanya masih merem melek dan tangan kirinya aktif mengusap kepala bagian belakangnya yang terkantuk meja.

"EHH LO SIAPA???" pekik pemuda itu seraya menunjuk Casey. Menatap Casey dengan mata yang melotot.

Casey mendengus. Ia menepis tangan pemuda itu, "Casey." balasnya singkat. Ia masih tidak terima di peluk pemuda itu tadi.

"Kok--"

"Dia tinggal disini dan harus lo bolehin." potong Atlezza cepat. Pemuda satunya melayangkan tatapan protes.

"Heh, ini apart gue yaa,"

"Dia yang udah nolong lo saat lo kobam gara-gara ditinggal mati Ale." balas Atlezza kalem.

Si pemabuk berdehem ringan, menghilangkan rasa sesak di dada saat mendengar ucapan Atlezza. Aleandra, orang yang sudah berpacaran dengannya selama 5 tahun itu memang kemarin baru saja meninggal.

"Gue Aakash." Si pemabuk mengenalkan diri.

Casey mengangguk angguk. Matanya menyusuri apartement itu. Kemudian netra biru itu menatap keduanya dengan memelas.

"Casey ngantuk, ingin bobo." ujar Casey. Memasang wajah semelas mungkin yang dimana membuat kedua pemuda itu menatapnya gemas.

"Pintu warna putih, lo bisa tidur disana." ucap Aakash.

Casey berterima kasih dan langsung berlari menuju kamar yang di tunjuk Aakash.

Aakash menyentuh pipinya yang baru saja di kecup Casey. Itu adalah ucapan terimakasih dari si manis.

"Lucu."

------------------

Di sisi lain, tepatnya di ruang keluarga Madhiaz, seluruh anggota keluarga yang semulanya sudah tertidur harus berkumpul di ruang keluarga. Mereka akan membahas si kelinci manis yang tiba-tiba kabur.

"Kanaraga pergi dari mansion." ujar kepala keluarga, Varka sebagai pembuka.

Tidak ada jawaban dari empat lelaki yang duduk di depannya. Namun, aura yang mereka keluarkan benar-benar pekat akan kemarahan.

"Apa yang daddy lakukan?" tanya si sulung. Ia menatap tajam orang yang ia panggil daddy itu.

"Tidak ada."

Mengabaikan tatapan tajam dan menusuk dari ke empat anaknya, Varka kembali berbicara, "Biarkan dia merasakan kebebasan dahulu. Kemudian kita akan merebutnya kembali."

Serempak dengan tatapan dingin, ke lima lelaki itu menampilkan sebuah seringai.

-------------------

CASEY -DiscontinuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang