10

2.2K 72 2
                                    

"Assalamualaikum Bu," salam Asya saat sambungan telfonnya terhubung dengan Arumi.

"Waalikumsalam, Ya allah nak, kamu dari mana saja? Mama cari ke kos kemarin tapi nggak nemu." Terdengar nada khawatir dari suara Arumi. Asya menelan ludah, dia harus menjawab apa jika di tanya soal Aksa? Apa dia belum di jemput? Dia belum di bawa ke rumah?

"Maaf Bu, Asya ada sedikit cek cok dengan teman kos, jadi Asya memutuskan untuk pindah kos," bohong Asya.

"Ya allah sayang, kan sudah Mama bilang, mulai dari kemarin kamu itu udah jadi anak kami, bagian dari keluarga kami. Kamu nggak usah pindah kemana-mana, rumah mu di sini," tutur Arumi yang sejak tadi menyebut dirinya Mama, hal itu membuat Asya agak risih.

"Mohon maaf Bu tapi-"

"Kamu ada di bank sekarang kan? Ibu akan menjemputmu sekarang, tunggu di sana ya. Mama tutup dulu ya syang, Assalamualaikum." Setelah menjawab salam Arumi, sambungan telfon langsung terputus, Asya ketar-ketir sendiri. 

"Gue harus lari kemana? Gue harus bersembunyi di mana?" gumam Asya yang mulai gelisah menggigiti jarinya sendiri. Nasib baik dia tidak di temukan di tempat pelariannya malam ini tadi. Tuha benar-benar berpihak padanya, namun sepertinya kali ini tidak akan berlaku lagi.

Asya teringat akan pesan dari Arya tadi, yang lebih tepatnya sebagai suatu peringatan.

"Apa gue minta bantu Egi?" Asya kemudia menghubungi nomor sang pacar, berdering namun tak diangkat.

Asya terus menerus menelfon, namun tak kunjung di angkat.

"Asya." 

Asya lantas terkejut saat mendapati Arumi sudah berada di hadapannya sekarang, saking kagetnya hp Asya langsung terlempar jatuh ke bawah.

"Astaga maaf sayang karena tiba-tiba mengagegatkanmu," sesal Arumi mendekati Asya dan mengelus punggungnya.

"Ma-maaf Bu, sa-say tidak apa-apa," gagap Asya mencoba mengambil kembali hp nya yang sudah tergeletak mengenaskan.

Asya mencoba menghidupka hp nya, namuk tak kunjung hidup juga.

"Astaga sayang, maafkan Mama. Sebagai perminta maaf, bairkan Mama membelikanmu handphone baru, buang saja hp mu itu," ujar Arumi hendak menggapai hp Asya.

"Nggak usah Bu, Ini masih bisa di perbaiki," tolak Asya menjauhkan hp nya dari jangkauan Arumi.

"Baiklah kalau gtu, tapi tetap saja Mama akan membeli hp baru," tegas Arumi. Asya hanya menatap horor hpnya. Bagiamana dengan kehidupannya sekarang. Sejauh manapun dia menghindar, dia tidak akan bisa keluar dari pengawasan keluarga Aksa.

'Ini semua gara-gara Kesya!' batin Asya dan benar-benar emosi dengan sosok bernama Kesya.

"Nah kalau gtu sekarang kita ke rumah dulu ya," ajak Arumi.

"Saya lagi kerja Bu," tolak Asya.

"Tenang saja saya udah membicarakannya dengan Pak Arya. Semuanya akan baik-baik saja, yuk." Asya cuman bisa pasrah saat Arumi menarik tangannya meninggalkan meja kerjanya.

*******

'Welcome to hell.' Asya menatap horor bangunan yang akan menjadi kandangnya.

"Pintar juga kamu bersembunyi gadis kecil," tukas seorang lelaki saat Asya baru saja mengijakkan kaki ke dalam rumah.

Asya menelan ludahnya mendengar hal itu. Dia hanya bisa menunduk.

"Saya kira kamu akan bertahan lama main petak umpetnya," ledek Gerhana yang juga ikut nimbrung mengucilkan Asya. Ingin sekali Asya melepas pansus nya dan melempar ke wajah Gerhana yang menyebalakan.

MohagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang