Debat.

126 21 1
                                    

             **FLASHBACK!**

Selina: "Kenapa ayah tidak mengetuk pintu? Lagi? Kita bertemu lagi dengan keluarga itu? Aku capek, pah!"

Arya: "Selina, jangan melawan orang tua. Kau harus ikut dengan papa lagi, mengerti?"

Ayahnya berkata dengan nada tinggi, Selina sangat kesal atas tindakan ayahnya. Dia sedang capek..kenapa ayahnya memaksa mereka untuk mendekati Atmaja untuk kepentingan pribadi.

Selina: "Baiklah.."

Ayahnya menutup pintu dan berjalan pergi dari kamarnya.

Selina: "Dasar orang tua.."

         **FLASHBACK ENDS.**

Selina menghela nafas dengan kesal, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Selina: "Sial. Aku harus ketemu sama si rambut mangkok itu. Mungkin aku harus bersikap baik padanya di depan ayah."

Selina masih berbaring di kasurnya, kekesalannya masih belum pudar dalam dirinya.

Selina: "Lebih baik aku tidur daripada aku terlambat besok ke sekolah, aku harap setelah bertemu dengan keluarga itu, tidak ada sesuatu yang buruk..harusnya."

Selina mencoba memejamkan matanya, dia mencoba keras untuk tidur sambil menghadap dinding.

Keesokan harinya.

Matahari mulai bersinar terang  menembus kaca kamarnya, sinar itu menyinari wajahnya. Dia perlahan bangun, tepat di jam 06.20 lagi.

Selina: "Aku seharusnya cepat mandi sebelum aku terlambat ke sekolah. Aku harap hari ini berjalan lancar."

Selina bangun dan duduk di kasurnya, menggosok matanya. Dia menguap.

Lalu selina beranjak bangun dari kasurnya, dia berjalan keluar kamarnya. Pergi ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit dia selesai mandi dan memakai seragam sekolah miliknya, dia berjalan keluar rumah dan melihat Selena.

Selina: "..."

Mereka tidak mengatakan sepatah kata pun. Hanya kediaman di antara mereka Rasanya canggung. Lalu, Mereka berjalan ke mobil masing masing dan mengendarainya ke sekolah.

Selina: "Hadeh.."

Selina menghela nafas sambil berkemudi, dia berkemudi dengan pelan, mengutamakan keselamatan.

Setelah sampai di sekolah, dia berjalan melewati lorong dan naik tangga untuk ke kelasnya, setelah sampai dia berjalan ke tempat duduknya. Dia tidak terlalu aktif.

Setelah beberapa menit waktu demi waktu telah berlalu dan bell berbunyi, pak Matthias masuk ke kelas.

(Pak) Matthias: "Pagi anak anak semuanya."

(Semua murid): "Pagi pak!!"

(Pak) Matthias: "Baiklah anak anak, jadi bapak akan mengadakan ulangan harian."

Mereka terkejut atas info yang di sampaikan. Ulangan ujian? Yang benar saja. Bahkan mereka belum belajar sekalipun, Selina hanya mengangguk, dia setuju saja.

Semua murid (kecuali Selina.): "Loh pak? Tapi kita belum belajar sekali pun! Undur besok aja dong pak.."

(Pak) Matthias: "Ga bisa di undur dong..kan sudah dibilangin belajar, salah kalian kalau ga belajar."

Mereka menghela nafas panjang, lalu (Pak) Matthias memberi soal ulangan harian tersebut. Selina dengan mudah menjawabnya, karena dia pintar.

Setelah beberapa jam waktu habis dan waktunya para murid untuk mengumpulkan buku dengan berisi soal untuk di nilai, seperti biasa, Selina mendapat nilai 100.

Waktu istirahat pun tiba, dia berjalan ke kantin dan membeli beberapa makanan dan minuman, dia duduk dengan teman temannya.

                   (SKIP!)

Pulang sekolah pun tiba, Selina berjalan keluar sekolah, dia menghela nafas.

Selina: "Bagus, aku ketemu dengan keluarga itu lagi, sialan. Seharusnya Selena dan papa sudah ada disana..sebaiknya aku naik bis."

Selina berjalan ke bus stop untuk menunggu bis tersebut dan melihat seseorang, itu..dia lagi.

        **Medi's Perspective .**

(Di dirgantara.)

Note: Medi berangkat dengan bus kali ini.

Medi duduk di kursinya dan berbicara dengan teman sebangkunya, Adrian. Setelah pak Yoo masuk kelas, medi memperhatikan apa yang dijelaskan. Dia terkenal cukup pintar.

Medi: "Untung soalnya cukup mudah.."

Medi berkata dengan bangga, dia mengerjakan tugas yang di kasih pak Yoo dengan mudah, Lalu bel berbunyi dan para murid sedikit pulang cepat karena rapat para guru.
Medi berjalan keluar dari sekolah, dia menghela nafas dengan kesal.

Medi: "Ketemu mereka lagi.."

Medi berjalan ke bus stop. Dia melihat, Selina. Mereka bertatapan dengan cukup lama. Medi menatapnya dengan kesal dan menghampirinya.

Medi: "Oh..lu lagi? Gw tau niat lu. Lu mau ke rumah gue kan? Jangan bohong."

Selina: "Memang? Terus kenapa? Apa masalahnya sama lo? Bacot banget."

Medi: "Chill out. Oh, kau masih dengan sifatmu yang arogan itu?"

Selina: "Diam."

Lalu bis datang ke mereka, mereka masuk ke dalam bis tersebut. Medi mendorongnya.

Medi: "Cepatlah."

Selina masuk ke dalam bis itu, hampir terjatuh.

Selina: "Sialan.."

Selina duduk, medi menghampirinya dan duduk di sebelahnya, mereka hanya diam. Kediaman mulai menyelimuti mereka.

Selina memecah kesunyian tersebut, dia berkata dengan nada yang tidak ramah dan kesal.

Selina: "Kenapa lo duduk di sebelah gua? Ada kursi banyak di bis ini. Kenapa kau milih disini?"

Medi: "Lalu? Memangnya kenapa? Gua ga peduli. Gua cuma duduk, bukan melakukan yang lain."

Selina: "Cih.."

Bis pun mulai berjalan, bis itu sedikit laju, Selina melihat keluar dari jendela. Amarahnya masih belum pudar.

Selina: "Lo tau ga? Gua ga heran banget sama klara, yang gua bicarakan waktu itu benar kan? Pasti si Klara itu ga mau sama orang kaya lo."

Medi: "Stop bawa bawa Klara. Dia ga ada di sini, Lo ga usah bacot. Cewek tolol."

Mereka pun sampai di tempat tujuan, hampir dekat dengan rumah medi. Medi berjalan pergi ke rumahnya. Selina hanya berjalan ke rumah medi untuk pertemuan kedua kalinya dengan keluarganya. Dia sangat kesal atas keputusan ayahnya kemarin.

       **TO BE CONTINUED!**

Cihuyyy akhirnya selesai :)

817 kata.

Medi X SelinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang