BAB 5

7.3K 61 0
                                    

Arga berjalan menuju kamar utama nya yang tak jauh dari kamar yang ditempati Vera
Setelah sampai ia melihat beberapa Poto dia dan mera disetiap sudut kamar nya.

"Aku menikah dengan nya hanya untuk membalaskan dendam. Aku berjanji pada mu sayang, aku akan menyiksa raga dan batin nya untuk menebus semua perbuatan ayah nya pada mu sayang" ucap Arga sembari mengusap Poto mera dengan mata ber kaca kaca. Lalu ia meletakkan Poto nya dan memutuskan untuk tidur

Setelah tiba esok hari. Arga sudah siap dengan setelan seperti biasa nya untuk pergi ke kantornya, ia turun untuk sarapan terlebih dahulu bersama mama papahnya.

"Selamat pagi ma pah"ujar Arga lalu mengecup puncak kepala sang mama. Dan mendudukkan bokong nya ke kursi. "Tumben tumbenan  masakan kali ini enak ma ngga seperti biasa nya"sambung nya dengan menyantap lahap makanan didepan nya.

"Istri mu itu loh yang memasak semua"ujar mama nya santai

Hoekkk

Hoekkk

Hoekkk

Ia memuntahkan isi didalam mulut nya saat mendengar apa yang mamah nya bilang.

"Apa apaan kamu ini Arga jorok sekali setidak nya jangan didepan papah jika mau dimuntahkan padahal makanan enak gini".ujar papah nya melihat tingkah Arga yang menjijikan.

"Maaf pah aku tidak bermaksud merusak sarapan pagi papah dan mama tapi mendengar yang mamah katakan tadi membuat aku ingin memuntahkan nya"ucap Arga lalu minum dan berdiri

"Ya sudah ma pah aku berangkat lebih awal sebentar lagi ada meeting aku harus mengurus beberapa berkas, apa papah mau sekarang?" Tanya nya Arga pada sang papah

"Tidak...kau duluan saja nanti papah dan mamah menyusul"sahut sang papah.

"Baiklah"

Arga pun lekas pergi dari ruang makan itu.

"Veraaaa...!!"teriak nyonya Santi memanggil membuat Vera yang mendengar nya sedikit berlari dari arah dapur.

"Pelan pelan dong ma"ucap pak Wijaya sebelum Vera datang

"Nanti dia tidak kedengaran pah"jawab Bu Sinta

"Iyaaa Tante. Ada yang bisa Vera bantu?"tanya Vera saat ia tiba.

"Saya dan suami saya akan berangkat sekarang tadi Arga sudah berangkat duluan, jadi titip rumah ya, dan kamu.tante harap jadi istri yang baik untuk Arga urus Arga dengan benar"

"Baik Tante...oh yaa Tante  apa aku boleh  menjenguk ayah dirumah sakit?"tanya Vera dengan ragu. Sambil menundukkan kepala nya ia tidak berani jika harus menatap kedua mata mertua nya itu.  Lalu memberanikan diri menatap sang ayah mertua untuk meminta ijin juga.

"Jika soal itu tanyakan saja pada suami mu karena yang berhak memutuskan nya itu Arga bukan saya maupun istri saya jadi kamu bicara dulu pada Arga karena aku tidak bisa berbuat apa apa yang menyangkut Arga"jelas sang ayah mertua dan ia pun beranjak pergi dan disusul oleh bu santi.

Vera hanya bisa menghela nafas ia tidak tahu harus bagaimana bicara dengan suami nya itu, Ia sudah merasa bahwa meminta ijin pada suami nya itu hanya sia sia.

'ayah maafkan Vera, maafkan Vera yang tidak bisa menjenguk ayah...'gumam Vera dalam batin nya. Vera sangat merindukan ayah nya ia ingin tau bagaimana keadaan ayah nya apa sudah sadar atau belum air mata pun mengalir kala Vera mengingat ayah nya.

"Aku akan mencoba berbicara pada Arga"ucap Vera lalu menghapus air mata nya.

Didalam mobil yang dikendarai oleh sepasang suami istri pak Wijaya dan Bu Santi. Terlihat Bu Santi tersenyum senyum sendiri ia sedang membayangkan jika menantu nya itu sangat lah polos lugu baik dan penurut.

Karena larut dengan lamunan nya ia tak sadar jika sang suami sedari tadi memanggil manggil nya

"Mahh...mahhh!! Mamahh!!" Pekik pak Wijaya dia mengerem mendadak membuat Santi tersadar dan kaget hingga terjungkal kedepan.

"Pahhh... papah ini apaa apaan si ihh apa kalo bosen idup jangan bawa bawa mamah dong, mama Masi mau gendong cucu tau"bentak Santi pada Wijaya sembari mengusap usap kening nya yang terbentur.

"Apaa yang mamah pikirin si, dari tadi papah manggil manggil mamah malah senyum senyum ga jelas kayak orang gila tau"ujar Wijaya yang langsung tanjap gass lagi.

"Enak ajaa papah bilang mamah ga waras, mamah ga kasih jatah tau rasa papah ini"kesal Santi

"Mama ini merasa Vera itu anak baik pah, dia juga lugu dan penurut cocok juga untuk Arga, tadi juga pagi pagi dia bangun subuh untuk menyiapkan sarapan untuk kita, mamah harap Arga cepat luluh  dengan Vera agar cepat cepat punya cucu"tutur Santi pada Wijaya

"Papah juga merasa seperti itu, tapi tak mudah bagi Arga untuk menerima Vera mah apalagi ayah nya yang sudah membunuh mera"ujar Wijaya yang sependapat dengan istrinya itu

"Mamah punya ide pah, kita kembali saja ke negara Z biar kan mereka berdua yang menepati rumah"ucap Santi dengan tersenyum penuh arti yang hanya dibalas dengan anggukan oleh sang suami.











HENTIKAN TUAN ARGA ||•21+ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang