01. kabar baik.

862 60 0
                                    

Di pagi hari yang cerah, Yume berangkat menuju ke cafe miliknya. Saat sedang asik berkendara, smartphone miliknya berbunyi.

Yume menghentikan motor nya di pinggir jalan, di layar ponsel nya menunjukkan nama Kiraa, sahabatnya. Yume bergegas mengangkat.

Yume pov

"Halo, ra. Tumben pagi-pagi nelpon, ada apa?"

"YUMEE SUMPAH LU TAU NGGA??!!?" Ucapnya dengan kencang, setengah berteriak, yang membuat ku reflek menjauhkan ponsel dari telinga.

"Apa sih anjir pagi-pagi udah teriak aja, kenapa? Gua lagi dijalan nih, mau ke cafe. Cepetan" Aku sedikit sewot, gara-gara ini anak masih pagi udah tantrum aja.

"IIHHH LU PASTI JUGA SENENG YA ANJIR KALO DENGER BERITA INI."

"yaudah makannya apa?! to the point ah, lama banget."

"Adek lu, yume. Adek lu. Gua tau sekarang dia ada dimana!" Aku yang mendengar ucapannya terkejut, sampe oleng dari motor.

"Hah?!? Sumpah demi apa?? Lo jangan bercanda ya" Aku ngga percaya, sebab sudah bertahun-tahun ga ada jejak sama sekali, aku bahkan sudah siap kemungkinan terburuk.

"Kita ketemu aja deh, gimana? Biar enak ngejelasin nya." Sarannya

"Oke, di cafe gua gimana? Kita bicarain di ruangan gua."

"Oke! gua otw"

Aku langsung bergegas menghidupkan mesin motor dan melaju ke cafe tanpa perlu berlama-lama.


Di cafe.

Kiraa menjelaskan semuanya, kita ga bisa ketemu jejaknya karena emang sakura ngga ada di Indonesia! Tapi ada di Jepang, kampung halaman mama.

Aku lagi-lagi tercengang, bagaimana bisa sejauh itu? Aku benar-benar gak kepikiran ke sana. Apa penculik membawanya ke Jepang? Tapi, kenapa?

Banyak pertanyaan yang muncul di benak ku, tapi kesampingkan dulu soal itu! Yang penting lokasi Sakura sudah ketemu.

Sakura berada di Jepang, lebih tepatnya kota makochi. Tapi, tunggu sebentar! Bukannya kota itu kota yang dikenal karena keamanan nya kurang?! Banyak preman berkeliaran disana. Ditambah dia bersekolah di SMA furin.

Ah, aku jadi ber firasat buruk. Jangan-jangan dia sama seperti ku? Tidak diterima oleh orang lain, dan berakhir memilih sekolah seperti itu?

Aku memang mendapatkan beasiswa selama sekolah, tetapi saat SMA aku masuk ke sekolah yang dibilang bermasalah. Angkatan-angkatan sebelumnya selalu melakukan tindak kekerasan. Sampai masuk TV nasional.

Sekolah anak buangan. Kenapa masuk ke sana? Ya intinya aku cuma pengen ngerasain sensasi baru haha. karena jujur, saat itu saat dimana aku kehilangan motivasi untuk hidup.

Untuk apa, sialan? Untuk apa aku hidup? Semuanya pergi, tinggal aku sendirian disini.

Aku berpikir bisa 'pergi' saat masuk ke sekolah itu, tetapi kali ini semesta ga berpihak kepadaku. Fyi, aku bisa beladiri.

Saat SMP aku di sekolah dikenal sebagai siswi yang berprestasi, pokoknya image baik sudah menempel padaku. Tapi, tidak saat diluar.

Aku terkadang ikut pertarungan ilegal untuk melepaskan beban sementara, dari situ juga aku mendapat uang. Dikejar-kejar warga sama polisi juga pernah.

Ah, ga ada bagus-bagus nya! Semenjak mama papa meninggal karena kecelakaan hidupku jadi sengsara! Iya sih, aku di asuh sama rekannya papa, tapi ga ada enak-enak nya!

Ibarat permen karet, manis di awal. Papa angkat ku aku panggil papi ya. Semenjak papi masuk lapas, sifat asli keluarga nya mulai muncul.

Jujur, aku muak. Udah nyoba bunuh diri beberapa kali tapi ngga mati-mati. Emang ya, kalau belum waktunya ya ga bisa pergi.

┏ʕ •ᴥ•ʔ┛















Sekian untuk chapter hari ini! Tolong koreksinya jika ada typo yang bertebaran.

Rabu, 5 Juni.
- Seraa! -

[on hold] sister?! «windbreaker x fem!reader.»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang