Pagi pagi Mas Ren udah semangat jalan jalan pagi sambil beli nasi kuning di depan komplek perumahannya. Jaraknya gak jauh, sekitar 300 meter dari rumahnya tapi lumayan lah hitung-hitung olahraga pagi jadi dia milih buat jalan kaki.
"Nasi kuning tiga bungkus sama gorengan sepuluh ya bu. Jadi berapa?" Tanya Mas Ren habis ambil gorengan sama nasi kuning yang udah dibungkusin.
"Empat puluh enam ribu Mas. Tapi kemarin suaminya mas beli nasi kuning juga tapi lupa bawa uang katanya jadi masih utang. Mau dibayar sekalian mas?"
Waduh! Pak Guanlin ada aja gebrakannya tiap hari bikin Mas Ren menahan malu. "Oh? Iya sekalian aja Bu. Berapa jadinya?"
"Jadi seratus dua ribu, Mas"
Renjun pun kemudian mengambil uang di dompet yang ia bawa, ia memberikan uang pas kepada Ibu penjual nasi kuning langganannya itu kemudian pamit pulang. Di jalan pulang Mas Ren jalan agak cepat biar cepat sampai rumah juga karena pengen banget ngejewer telinga suaminya yang udah buat dia malu.
"Aduh duhh sakittt" Guanlin yang lagi enak enak main burung itu sontak menoleh kemudian mengusap telinganya yang baru saja di tarik oleh seseorang yang ternyata suaminya itu. "Apa sih ah!" Kesalnya karena di tarik tanpa sebab.
"Bapak ini malu maluin aja! Bisa bisanya ngutang nasi kuning!"
Oh! Guanlin langsung terkekeh, ternyata karena itu pagi pagi dia dapat jatah jeweran dari suaminya. "Lupa bawa duit Piiiii" jawabnya.
Renjun berdecak kesal, "besok besok kalau keluar rumah tuh bawa duit!"
"Iya Piii iya"
"Selamat pagi bapak-bapak. Masih pagi kok udah berantem aja. Ajak ajak dong kalau berantem, biar Ryo jadi wasitnya" goda Ryo yang udah rapi dengan seragam sekolahnya di ambang pintu belakang.
Renjun berbalik, kemudian menghampiri anak tunggalnya itu. "Dasi mana?" Tanyanya karena Ryo belum memakai dasinya.
"Oh iya! Untung Papi ingetin" Ryo langsung berlari menuju kamarnya untuk mengambil dasi.
"Udahan main burungnya Pakk! Makan dulu" tegur Renjun yang berasa negur anak kecil yang suka main sampai lupa makan.
"Iya iya Bawel"
Renjun yang denger itu langsung ngacungin sapu yang tadi rencananya ia ambil buat nyapu dapur sebentar.
"Wets! Iya iya ampun" ucap Guanlin kemudian mendekat.
"Cuci tangan! Bau burung!" Tegur Renjun membuat Guanlin langsung menuju wastafel.
"Kalau bau burung bawah beda lagi ya Pi?" Lanjut Guanlin membuat Renjun ingin sekali memukulnya dengan sapu. Masih pagi tapi pembahasannya udah jorok banget!
Guanlin kemudian mendudukan dirinya di kursi meja makan kemudian mengambil satu bungkus nasi kuning dan tempe goreng.
"Pi!" Ucap Ryo panik.
"Kenapa? Mana dasinya? Ini udah hampir setengah tujuh loh nak, nanti kamu telat jalanan macet hari senin soalnya"
"Itu masalahnya! Dasi Ryo mana ya Pi?"
"Di gantungan belakang pintu?"
"Gak ada"
"Meja?"
"Gak ada Papi"
Renjun menghela, menghentikan kegiatannya menyapu lantai sejenak. "Makan dulu deh, Papi yang cariin biar cepet. Kamu sama Bapakmu itu sama, gak pernah bener kalau cari barang" Renjun langsung pergi menuju kamar Ryo coba cari dasi anaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELUARGA TIGA per EMPAT - GUANREN
FanfictionCuma cerita keseharian rumah yang berisi tiga orang dengan selaga berisiknya